JAKARTA, GRESNEWS.COM - Tahun politik ternyata ikut mempengaruhi kinerja ekonomi khususnya di sektor pasar modal. Sebelum pemilihan legislatif (pileg), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami peningkatan tetapi setelah pileg IHSG malah terjun bebas. Hal itu disinyalir terjadi karena para pemain pasar modal masih perlu jaminan bahwa tahun politik ini akan berjalan dengan aman hingga pilpres berlangsung, bahkan hingga pemerintahan baru terbentuk nanti.

Kinerja IHSG selama ini memang sedikit banyak dipengaruhi oleh sentimen pasar, khususnya terhadap momen-momen yang berpeluang menimbulkan gejolak seperti pemilihan umum. Karena itu meski pileg 9 April kemarin berlangsung aman, belum tentu membawa dampak positif bagi industri pasar modal Indonesia. Hal itu terjadi karena para investor masih harus diyakinkan bahwa pilpres juga berlangsung aman.

Direktur Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Jefry Haryadi pilpres yang berjalan aman hingga terbentuk pemerintahan baru nanti, sangat diharapkan oleh masyarakat pasar modal saat ini. Terlebih bagi lembaga seperti BPJS Ketenagakerjaan yang banyak menempatkan dananya pada sektor pasar modal agar dapat memberi benefit pada para peserta. Tak heran jika Jefry berharap kondisi aman di tahun politik terus terjaga hingga akhir sehingga pasar modal bergairah.

Jika itu terjadi, Jefry optimis IHSG akan kembali terdongkrak ke angka 5000-5300 poin dari angka saat ini di kisaran 4900-5000 poin. Bahkan, kata Jefry, angka IHSG di 5300 poin bisa bertahan hingga akhir 2014, dengan catatan pemilu presiden 9 Juli nanti berjalan dengan lacar dan aman. "Artinya kalau pemilu aman, baik dan tidak ada gejolak kita yakin akan mencapai 5000 sampai 5300," kata Jefry, di Jakarta, Sabtu (19/4).

Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang mengatakan selama kurun waktu pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden, para pelaku pasar modal akan terus mengamati manuver partai politik. Apalagi jika capres yang terpilih tidak sesuai dengan harapan pelaku pasar modal, kondisi tersebut akan membuat pergerakan saham cenderung terus bergejolak. "Kemana nanti IHSG kalau presiden bukan harapan pasar?" kata Edwin.

Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) Hoesen tidak terlalu merisaukan hal itu. Dia mengungkapkan berdasarkan catatannya setiap penyelenggaraan pemilu IHSG selalu memiliki tren positif. Misalnya pada pemilu 1999, 2004 dan 2009 di masing-masing tahun pemilu tersebut ternyata mencatat pertumbuhan positif. Di tahun 1999 IHSG naik sebesar 70,06 persen. Di tahun 2004 naik sebesar 44,56 persen dan tahun 2009 naik sebesar 86,92 persen.

Dia mengungkapkan pertumbuhan IHSG pada tahun pemilu juga dipengaruhi situasi pada setiap tahun. Pada pemilu 1999 misalnya, merupakan tahun pemulihan krisis dimana pemilu dilangsungkan setelah krisis moneter di tahun 1998. Penyelenggaraan pemilu tahun 2009 juga terjadi setelah krisis moneter di tahun 2008.

Untuk itu Hoesen mengharapkan agar pemilu tahun ini berjalan dengan lancar dan tidak membuat anarkis. Jika terjadi kekisruhan pasar dan rupiah maka tidak mungkin pasar yang ditopang oleh asing akan mengalami penurunan. "Kan investor mau investasi di negara yang aman. Kalau nggak aman ya mana nyaman untuk berinvestasi," kata Hoesen.

BACA JUGA: