JAKARTA - Kasus penyelundupan Harley Davidson dan sepeda Brompton yang diduga kuat melibatkan jajaran direksi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. menjadi momentum untuk melakukan perbaikan dalam industri penerbangan. Selama ini industri penerbangan Indonesia hanya dikuasai dua kelompok besar, yaitu grup Garuda dan grup Lion, sehingga berdampak kurang baik bagi perkembangan industri penerbangan.

Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI) Mardani H. Maming mendukung langkah tegas Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir bersama dengan Dewan Komisaris Garuda Indonesia yang memberhentikan sementara jajaran direksi yang diduga terlibat.

"HIPMI sangat mengapresiasi gerak cepat Menteri BUMN. Saya kira ini momentum yang tepat untuk membersihkan BUMN dari praktik-praktik tidak profesional dan membahayakan industri penerbangan nasional," ujar Maming dalam keterangan yang diterima Gresnews.com, Senin (9/12).

Namun Maming mengingatkan, agar ‘bersih-bersih’ di Garuda ini dilanjutkan oleh pemerintah dengan memperbaiki struktur pasar penerbangan nasional. Menurut dia, perilaku ugal-ugalan direksi Garuda dalam mengelola korporasi berawal dari hilangnya iklim persaingan di industri penerbangan.

"Akibatnya, direksi merasa di atas angin semua. Semua pesaing sudah tersingkirkan. Maka, muncul tabiat buruk, saatnya kita ugal-ugalan. Ini sangat berbahaya," papar Maming.

Sebab itu, Maming berharap agar pemerintah membuka keran bagi pesaing-pesaing Garuda dan kawan-kawan. Dia mengatakan, saat ini maskapai-maskapai nasional telah terkonsolidasi ke dalam dua grup besar yakni Lion Group, yang beranggotakan Lion Air, Batik Air, dan Wings Air. Kemudian, grup lainnya Garuda Group.

"Hanya dua grup ini yang menguasai (memonopoli) dan bagi-bagi pasar. Persaingan hilang. Dampaknya, pengelolaan manajemen korporasi semakin tidak hati-hati dan konsumen mengalami kenaikan harga tiket yang luar biasa mahal," papar Maming.

Belajar dari kasus Pertamina, maskapai semestinya tak dibiarkan tanpa pesaing kuat. "Dulu Pertamina kinerjanya jelek sekali. Setelah dibuka keran pasar, Total, Petronas, Shell dan kawan-kawan masuk, malah dia (Pertamina) membenahi diri dan layanan bagus," ujar Maming.

Sebab itu, Maming meminta agar pemerintah merelaksasi regulasi pasar di industri penerbangan nasional. Dia khawatir bila dua grup maskapai penerbangan itu terus menguasai pasar Indonesia maka akan timbul persaingan bisnis tidak sehat, yang ujung-ujungnya merugikan konsumen. "Tambah lagi pemain-pemain dengan merelaksasi regulasi kalau memungkinkan. Pemainnya jangan itu-itu saja," ucap dia. (G-2)

BACA JUGA: