JAKARTA - Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini melambat lebih rendah dari tahun lalu. Ada banyak persoalan ekonomi yang harus segera dibenahi bila menginginkan target pertumbuhan sebesar 6% seperti yang ditargetkan oleh Presiden Joko Widodo tercapai.

Ekonom senior yang juga pendiri CORE Indonesia Hendri Saparini menjelaskan pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada 2019 tidak mencapai 5,1% atau lebih rendah dibandingkan dengan capaian pertumbuhan pada 2018. "Perkiraan tahun ini pertumbuhan ekonomi hanya berada di angka 5,05% atau 5,06%," kata Hendri kepada Gresnews.com usai sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (20/11).

Menurutnya, pada kuartal III tahun ini sudah disampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi hanya 5,02%, sementara saat ini tinggal satu kuartal lagi dan diprediksi hanya berada pada 5,05% sampai 5,06%. Namun untuk pertumbuhan ekonomi pada 2020, Presiden meminta pertumbuhan ekonomi mencapai 6%. Permasalahannya adalah apa yang harus dilakukan untuk mencapai 6% itu sementara proyeksi 5,3% di APBN tidak tercapai?

Ia mencermati mengapa sumber pertumbuhan ekonomi saat ini tidak maksimal. Padahal Indonesia merupakan eksportir, akan tetapi tidak berdampak pada pertumbuhan ekonomi saat ini. Indonesia juga memiliki banyak sumber investasi tapi tidak tumbuh secara signifikan.

"Perlu ada terobosan untuk mendatangkan investasi," kata Hendri.

Hendri menyebutkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi perlu membangun struktur ekonomi yang lebih kuat. Misalnya dengan menciptakan peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berkualitas.

Lalu meningkatkan daya beli masyarakat menengah bawah melalui kebijakan fiskal dan industri, meningkatkan produktivitas sektor unggulan terutama pertanian dan manufaktur. Tak kalah penting juga melakukan revitalisasi industri dan pemanfaatan rantai pasokan global untuk penguatan struktur industri. (G-2)

BACA JUGA: