JAKARTA - Sektor pertanian terus mengalami penurunan pertumbuhan setiap tahunnya. Perlu ada terobosan untuk meningkatkan produktivitas pertanian, salah satunya dengan cara memanfaatkan teknologi informasi.

Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian Universitas Lampung (UNILA) Bustanul Arifin menjelaskan tahun lalu pertumbuhan pertanian hanya 3,87% di bawah pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,17% per tahun. Ini menunjukkan sektor pertanian belum menjadi income multiplier and employment multiplier dari perekonomian.

"Perlu melakukan terobosan dengan revolusi industri 4.0 memanfaatkan big data, cloud technologi, artificial intelligence dan lainnya," kata Bustanul kepada Gresnews.com, Jumat (6/9).

Menurutnya, sudah saatnya menjalankan pertanian 4.0 yakni dengan menggunakan teknologi baru dan canggih, terintegrasi dalam suatu sistem. Semua itu dapat meningkatkan kemampuan petani dan stakeholders lain dalam rantai nilai pertanian dari lahan ke konsumen (hulu ke hilir). Harapannya terjadi peningkatan produksi-distribusi pangan dan produk agroindustri lain.

Ia menjelaskan Pertanian 4.0 ini akan lebih produktif, konsisten, efisien dalam waktu dan sumber daya. Selain itu juga menguntungkan bagi petani dan stakeholders lain. Serta memudahkan berbagai institusi saling bertukar informasi menggapai peluang dan kesempatan mewujudkan sistem produksi pangan dan pertanian yang lebih berkelanjutan.

Ruang lingkup dari Pertanian 4.0 ini adalah pertanian presisi berbasis aplikasi drone, robotic, artificial intelligent secara masif. Selain itu dilakukan Pertanian Cerdas (Smart Agroindustry) yakni yang dapat melakukan pengujian mutu produk tanpa harus merusak produk. Hal lain yang juga penting adalah sistem agro berupa logistik digital dan untuk pemasarannya menggunakan sistem e-Commerce. (G-2)

BACA JUGA: