JAKARTA,GRESNEWS.COM - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah berupaya menekan biaya produksi tenaga listrik semurah mungkin. Agar harga jual ke masyarakat bisa semurah mungkin.

Oleh karenanya Menteri ESDM Ignasius Jonan mengaku sangat keras terhadap para kontraktor yang menawarkan harga listrik dengan tinggi. Ia mengaku sempat mengusir kontraktor pengembang proyek tenaga listrik arus laut, karena pengembang tersebut menawarkan kepada pemerintah harga yang sangat tinggi sebesar USD20 sen perkilowatt hour (KwH)

"Saya  sempat tanya berapa biaya per Kwh (Kilowatt perjam) pengembang menjawab USD20 sen, jadi langsung saya usir keluar, karena sangat mahal," ujar Jonan di Jakarta, Rabu (21/22).

Jonan menyebut, bahwa pemerintah sedang menggenjot pembangunan pembangkit listrik dengan  tariff di bawah USD10 sen per Kwh. Menurutnya biaya USD10 sen  perKwh juga dinilai masih terlalu mahal dan kurang efisien. Sehingga pihaknya tidak akan menyetujui apabila biaya operasional listrik yang ditawarkan pengembang tidak lebih baik dari harga saat ini.

Anggota Komisi VII DPR RI  Joko Purwanto mengatakan, adanya kontraktor pengembang yang menawarkan harga tinggi dalam  proyek tenaga listrik arus laut akan merugikan negara. Untuk itu pemerintah harus bersikap tegas dan memberikan pengawasan yang ketat.

"Karena kalau investasinya bertambah, karena harus memasukkan juga dugaan ada-nya Mark-Up yang menyebabkan biaya produksi menjadi besar Jelas Hal tersebut Tidak di Benarkan," kata Joko kepada gresnews.com, Jumat (23/12).

Politisi PPP ini mengatakan, swasta selaku pengusaha dan investor pasti ujung-nya adalah keuntungan. "Untuk itu kalau kita mampu mengawasi dan memangkas biaya-biaya yang tidak perlu. Maka bisa di pastikan biaya produksinya akan kecil, sehingga Harga jual Listrik ke masyarakat pun otomatis akan murah," tegasnya.

BUKTI ADA PEMBURU RENTE - Secara terpisah, Bhima Yudhistira dari Institute Development of Economic and Finance (Indef)  menyebut adanya pihak yang menawarkan harga listrik tinggi sebesar USD20 sen per Kilowatt hour (KwH), menunjukkan  dalam proyek tenaga listrik arus laut itu masih ada pemburu rente yang berkeliaran. "Ini yang buat rantai pasok energi menjadi mahal," kata Bhima kepada gresnews.com, Jumat (23/12).

Menurutnya, guna menghindari terjadinya praktik korupsi dan dugaan mark-up, pemerintah harus menggandeng KPK. Selain itu  pemerintah harus melanjutkan program reformasi yang telah dimulai Satgas Pemberantasan Mafia Migas. "Bahkan transparansi harus dibuka selebar-selebarnya, dan negosiasi harus diketahui publik," jelasnya.

Menteri ESDM Ignasius Jonan sebelumnya menyatakan, sedang mempelajari biaya operasional pembangkit listrik tenaga surya yang dipunyai Uni Emirat Arab ( UEA). Pengoperasian PLTS di negara itu dinilai sangat murah. Dua pembangkit listrik tenaga surya yang dimiliki UEA masing-masing bisa menghasilkan 150 MW dan 200 MW. Sementara biaya operasional pembangkit listrik surya  sangat murah tidak lebih dari USD 3 sen per Kwh. Sementara dibandingkan di Indonesia biaya per Kwh dapat lebih dari USD10 sen per Kwh.

Padahal daya beli masyarakat untuk listrik masih masih sangat rendah. Sehingga biaya produksi listrik sebisa mungkin ditekan agar, harga jual di masyarakat dapat ditekan seminimal mungkin.

BACA JUGA: