JAKARTA, GRESNEWS.COM – Jelang pergantian masa kepemimpinan ketua umum sejumlah partai, banyak tokoh senior partai baik pendiri maupun ketua umum incumbent diwacanakan kembali mencalonkan diri. Sejumlah pengamat menilai latar belakang maraknya tokoh senior yang diajukan karena mereka dianggap sebagai perekat soliditas partai dan memiliki patronase yang kuat.  

Pengamat politik dari Universitas Padjajaran Idil Akbar menilai setidaknya ada dua hal sebab partai tersebut masih mencalonkan tokoh-tokoh seniornya untuk menjabat sebagai ketua umum. Pertama, mereka masih dinilai sebagai patron, perekat soliditas partai dan mungkin juga garansi dalam meraih suara di pemilu. Kedua, dalam kasus Megawati misalnya, ikatan yang bersifat ideologis juga berpengaruh.

"Faktor sebagai anak biologis dan ideologis dari Soekarno masih tetap punya pengaruh," ujar Idil pada Gresnews.com, Kamis (18/12).

Ia menambahkan dalam kasus SBY, pengaruh ketokohan dan citra politik masih memainkan peran. Sedangkan dalam kasus Hatta radjasa mungkin agak sedikit berbeda, karena PAN dalam soal kepemimpinan dibpartai cenderung sedikit cair dan kompetitif. Hanya mengapa Hatta yang masih diajukan untuk dicalonkan menurut saya lebih karena faktor kekuatan modal.

Menurutnya, hal ini tentu berdampak pada proses regenerasi partai. Namun pertimbangan kepentingan politik jangka pendek untuk pemilu 2019 yang lebih mereka kedepankan untuk menjaga eksistensi partai. Hanya saja jangan sampai abai dengan dinamika dininternal agar potensi pemimpin yang lebih konstruktif tetap bisa tumbuh dan berkembang.

Saat ditanya apakah ada faktor gagalnya kaderisasi partai sehingga tokoh senior partai dicalonkan kembali, ia menilai untuk kebutuhan jangka pendek belum bisa disebut gagal. Namun jika ini terus dibiarkan maka memang perlu dipertanyakan sejauh mana proses kaderisasi di partai mampu mencetak generasi yang mampu memimpin. Ia mencontohkan dalam kasus PDIP, Megawati sudah perlu memberi ruang partisipasi bagi kader lain. Dan hal itu memang harus didorong oleh beliau sendiri. Begitu pula halnya dalam kasus Susilo Bambaang Yudhoyono (SBY) di partai Demokrat

Senada dengan Idil, pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Jakarta Bakir Ihsan mengatakan tokoh senior partai bisa dicalonkan kembali karena sejumlah hal. Pertama, patronage dalam sistem kepartaian masih sangat kuat yang membuat ketergantungan pada sosok tertentu. Kedua, kaderisasi gagal dilakukan oleh partai sehingga krisis calon pemimpin partai yang mumpuni. Ketiga, adanya politisi pro status quo, karena keuntungan yang didapatkannya.

"Kaderisasi gagal karena mekanisme organisasi tidak berjalan secara fungsional. Mekanisme organisasi tidak jalan karena kadertidak memiliki kapasitas dan kualitas memadai, bisa juga karena patronage yang terlalu kuat," ujar Bakir pada Gresnews.com, Kamis (18/12).

Sebelumnya, sejumlah partai politik yang mengadakan pemilihan ketua umum cenderung mengajukan tokoh senior misalnya yang sudah pernah menjadi ketua umum. Adapun sejumlah partai tersebut misalnya PDIP yang mencalonkan kembali Megawati, Demokrat dengan Susilo Bambang Yudhoyono, dan PAN dengan Hatta Rajasa. Adapun Golkar juga mencalonkan kembali Aburizal Bakrie namun ditentang sejumlah kader muda sehingga mengakibatkan konfilik di internal partainya.

BACA JUGA: