Ilustrasi logo PT Pertamina (Persero) (dunia-energi.com)

JAKARTA - PT Pertamina (Persero) telah membentuk anak usaha baru yang merupakan trading arm pada September lalu: Pertamina International Marketing and Distribution (PIMD), yang berdomisili di Singapura. Itu mengingatkan kembali akan sepak terjang Pertamina Energy Trading Limited (Petral).

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan kendati berbeda dengan Petral, ini memang harus diawasi. "Agar tidak terulang peristiwa seperti Petral," katanya kepada Gresnews.com. Jumat (11/10).

Menurutnya, informasi yang diperlolehnya memang PIMD ini berbeda tapi tidak menutup kemungkinan bila kelak dimanfaatkan oleh mafia migas. Seperti umumnya pepatah yang menyebutkan maling selalu lebih pandai dari pemilik rumah.

Sikap Pertamina yang terbaik adalah menerima adanya masukan ini dan membuktikan bahwa PIMD memang berbeda dengan Pertal. Terkait domisili kantornya di Singapura juga rentan dan jauh dari pengawasan sehingga wajar juga bila dicurigai. Namun memang dalam perdagangan minyak dan gas para pemainnya banyak di Singapura sehingga untuk menekan cost dibuka di sana.



Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menegaskan Petral merupakan trading arm Pertamina dalam impor minyak mentah untuk kebutuhan domestik, sedangkan PIMD merupakan trading arm untuk menjual produk Pertamina maupun produk pihak ketiga di pasar international. "Jadi jelas PIMD jangan disamakan dengan Petral, karena PIMD fokus untuk menghasilkan pendapatan tambahan melalui penjualan di luar negeri. Jadi bukan untuk memenuhi kebutuhan domestik," kata Fajriah kepada Gresnews.com di Jakarta , Rabu (9/10).

Menurutnya, pemenuhan kebutuhan minyak mentah maupun produk BBM domestik tetap dilakukan sesuai amanat pemerintah yaitu oleh fungsi di internal Pertamina melalui Integrated Supply Chain atau ISC.

Saat ini, PIMD juga berperan untuk menangkap peluang bisnis pasar Bunker Asia Tenggara terutama di Singapura, dan hal ini adalah bisnis yang sifatnya operasional. Ke depan. Perusahaan ini juga menggarap peluang penjualan produk lainnya langsung ke end customer di pasar internasional dengan membangun bisnis ritel dalam rangka memperkenalkan brand Pertamina secara global.

Terkait dengan bisnis bunkering, Fajriyah menjelaskan bahwa shipping company di Singapura lebih memilih membeli bunker dari perusahaan Singapura, karena terkait dengan tax refund, sehingga untuk menjangkau pasar bunker di sana, Pertamina harus membentuk perusahaan di Singapura. Target yang dipatok untuk penjualan bunker PIMD di tahap awal sekitar 60.000 MT per bulan. Dan targetnya akan meningkat terus hingga 200.000 MT atau sekitar 5% dari market share bunker di Singapura yang memang sangat besar.

Selain itu, PIMD juga diproyeksikan untuk dapat memasuki pasar penjualan bahan bakar ritel dan LPG di wilayah regional yakni Filipina, Thailand dan Myanmar. "Kalau perusahaan migas lain bisa menggarap pasar kita, kenapa Pertamina tidak?" ungkapnya. (G-2)








BACA JUGA:
.