Ilustrasi (Foto:kemlu.go.id)

Situasi genting di bumi para Nabi mulai terasa setelah terjadinya reformasi besar-besaran
masyarakat Tunisia. Semangat itu telah merembes pula sampai ke kota Cairo dan daerah
sekitarnya. Aksi unjuk rasa yang berpusat di kota pemerintahan Tahrir menjadi bukti nyata
betapa besar semangat masyarakat Mesir untuk membebaskan tanah air dari rezim Mubarak.

Akibatnya membuat pemerintah berwenang saat ini yang juga disokong oleh Amerika dan Israel
memberlakukan status darurat militer dan jam malam di kota Cairo. Sehari setelah diberlakukannya darurat militer di Mesir (28/1/ 2011), situasi mulai mencemaskan, pasar distrik Qattamea Cairo terlihat ramai dipadati warga termasuk sebagian mahasiswa Aceh yang mendominasi kawasan ini, belanja berbagai persiapan dapur di tengah situasi negara  yang tak menentu.

Bertambahnya permintaan sembako membuat para pedagang tampak kewalahan melayani warga. Hari ini Rabu (2/2/11) sebagian harga sembako telah mengalami kenaikan, termasuk harga gas di wilayah Qattamea yang semula hanya 12 LE kini menjadi 25 LE.

Begitu juga tranportasi ke beberapa tempat, dari Qattamea ke wilayah Sayyeda Aisya mengalami
kenaikan dari 1.25 LE menjadi  2 LE. Malah dari Qattamea menuju Hayyu ‘Asyir (kawasan Nasrh City) sangat susah untuk mendapat angkutan, karena para supir juga mempertimbangkan resiko yang timbul. Sejumlah warung kopi di Qattamea terlihat masih ramai dipadati warga yang ingin mengetahui situasi terkini kota Cairo lewat siaran televisi setempat.

Mahasiswa Aceh yang saat ini berjumlah kurang lebih 370 orang terpencar di pinggiran kota
Cairo. Tercatat tidak ada satupun mahasiswa yang menempati wilayah Tahrir, pusat pemerintahan
yang sangat rawan dengan berbagai aksi massa, disamping karena sewa rumah disana yang melambung tinggi.

Sebagian besar mahasiswa Aceh mendominasi wilayah Qattamea, sisanya menempati kawasan
Nashr City, Metro, Hussain dan beberapa asrama yang dikhususkan untuk mahasiswa asing. Ada juga beberapa mahasiswa yang memilih tinggal di provinsi luar kota Cairo.

Pemutusan koneksi internet selama beberapa hari lalu di sebagian besar wilayah Cairo juga
pemblokiran status jejaringan sosial membuat mahasiswa kesulitan membangun komunikasi seperti biasa. Hanya beberapa tempat saja yang luput dari pemblokiran. Malah pada hari jum’at (28/1/11) sempat terjadi pemutusan sinyal telepon seluler.

Status darurat militer di Mesir juga berakibat pada ditutupnya seluruh Bank di kota Cairo
sebagai antisipasi dari penjarahan oknum-oknum nakal. Juga telah tejadinya pengrusakan ATM di
beberapa lokasi yang menyulitkan mahasiswa mengambil uang. Di beberapa titik kawasan Sayyeda Aisya terlihat mobil-mobil tank milik tentara tengah beroperasi, sedang di titik lain terlihat massa dengan sepotong kayu di tangan memadati ruas-ruas jalan. Suasana jalan masih sepi dari hilir mudik kendaraan.

Sementara hari ini, Rabu 2/2/11 jaringan internet sudah kembali normal, dan hari ini pula kami
mendapat berita bahwa massa di Tahrir telah terbagi dua, yakni massa pendukung Husni Mubarak
dan massa yang ingin menurunkannya dari jabatan presiden, mereka terlibat rusuh.

Sejauh ini kami menilai pihak berwenang disini masih lamban dalam merespons kondisi mahasiswa. Persatuan Pelajar Mahasiswa Indonesia (PMII) Mesir sendiri telah mengingatkan mahasiswa untuk tidak lagi keluar jauh dan meminta mahasiswa  meningkatkan kewaspadaan dari hal-hal yang tak diinginkan.

Setelah darurat militer berjalan beberapa hari, terdengar kabar bahwa Pihak KBRI telah memulangkan sebagian masyarakat Indonesia  yang sebagian besar terdiri dari ibu-ibu
(Selasa 1/2/11).  Kalau keadaaan semakin tak menentu, kabarnya akan menyusul mahasiswi dan
mahasiswa kekeluargaan untuk dievakuasi.

Sampai sekarang seluruh mahasiswa masih menunggu kepastian akan rencana evakuasi ini. Kami semua berharap semoga keadaan cepat membaik  dan aktivitas belajar kembali berjalan normal. Disamping itu kami juga meminta kebijakan dari pihak-pihak berwenang untuk segera mengambil sikap sebelum tejadinya hal-hal yang tak diinginkan, terkait situasi Mesir yang
sampai sekarang masih sulit diprediksi. Nasalallah aiyushahhil umurana…!

Qattamea, Cairo 2 Februari 2011

Azmi Abubakar, Pengurus Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir. Pimred Buletin el-Asyi KMA Mesir, aktivis World Achehnese Association








BACA JUGA:
.