M. Rahmad Memberikan Keterangan Terkait Kasus Subur Kepada Wartawan (Hironimus Ronito/Gresnews.com)

JAKARTA, GRESNEWS.COM- Anggota Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI), sekaligus moderator dialog ´Pergerakan Dinasti Versus Meritrokasi Politik´, Muhammad Rahmad, meminta kepada Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) untuk memberikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada masyarakat terkait pertemuan Subur Budhisantoso (SBS) dengan Kepala BIN pada hari Jumat 18 Oktober 2013 lalu. Rahmad mengungkapkan terdapat fakta-fakta keterangan yang berlawanan antara SBS dan Kepala BIN.

Dalam penjelasan Rahmad bahwa SBS memang datang bersama rombongan ke kantor BIN di Kalibata untuk bertemu dengan Kepala BIN pada hari Jumat 18 Oktober 2013, tetapi pertemuan tersebut ditunda dari pukul 10.00 menjadi pukul 13.00 karena ada agenda Kepala BIN untuk menjemput Presiden di Bandara. "Jika benar alasan menunda pertemuan dari pukul 10.00 menjadi pukul 13.00 karena agenda Kepala BIN menjemput Presiden di bandara, juga perlu dijelaskan karena sebenarnya Presiden tiba di Jakarta pada hari Sabtu, 19 Oktober," kata Rahmad di Kediaman Anas Urbaningrum, Duren Sawit, Jakarta, Minggu (20/10).

Di satu sisi, Rahmad mengungkapkan Kepala BIN juga membantah bahwa ada pertemuan dengan SBS pada hari Jumat kemarin. "Ini yang perlu dijelaskan secara terbuka sehingga masyarakat mendapatkan informasi yang benar dan sesungguhnya," ujarnya. Rahmad mengaku bahwa selama ini dirinya tidak sembunyi dan tidak menuduh pihak-pihak terkait. Bahkan Rahmat membantah bahwa dirinya pernah mengeluarkan pernyataan bahwa SBS dijemput paksa dan diculik. "Saya tidak pernah bilang dijemput, diculik atau semacamnya," kata Rahmad.

Kemudian ia mengaku dirinya mengkonfirmasi kepada SBS dan mendapatkan keterangan bahwa SBS memang tidak dijemput oleh staf BIN tetapi datang ke Kantor BIN bersama rombongan dan tiba pukul 10.00. "Jadi saya mendapatkan informasi bahwa SBS dijemput oleh BIN berdasarkan keterangan Sri Mulyono yang bertugas menjemput SBS. Tapi ternyata beliau (SBS) datang sendiri atas dasar janji," kata Rahmad.

Ia bilang, informasi yang didapat dari Sri Mulyono berasal dari komunikasi dengan SBS melalui sambungan telpon genggam. Kemudian Sri Mulyono kembali ke Duren Sawit untuk menyampaikan kepada panitia diskusi dan pengurus PPI. "Saya sebagai moderator menyampaikan informasi tersebut sebelum para narasumber melakukan pemaparan. Hal itu dilakukan untuk mendapat kejelasan terhadap ketidakhadiran para narasumber," kata Rahmad.

Mantan Wakil Direktur Eksekutif Partai Demokrat ini mengaku mengaku merasa tersanjung atas pernyataan yang beredar di pemberitaan yang sebelumnya telah beredar di masyarakat ditanggapi serius oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyo dan pernyataan dari Kepala BIN beserta Menkopolhukam agar dirinya meminta maaf serta tidak sembunyi. "Saya merasa tersanjung keterangan pemberitaan sebelumnya ditanggapi oleh Presiden dan Menkopolhukam meminta saya untuk meminta maaf kepada publik dan juga untuk tidak sembunyi," kata Rahmad.

Maka dari itu, ia meminta kepada Kepala BIN untuk bekerja sebagai alat negara dan bekerja profesional untuk kepentingan negara, bukan diluar kepentingan negara karena profesional BIN nantinya juga akan menghadirkan dukungan BIN dari seluruh rakyat Indonesia.  BIN didukung untuk bekerja secara profesional dan memberikan yang terbaik untuk pengabdian. "Saya minta kepada Kepala BIN juga memberikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada masyarakat," ujar Rahmad.

Sementara itu, anggota PPI yang bertugas menjemput SBS, Sri Mulyono, mengaku bahwa dirinya memang memberikan informasi kepada M. Rahmad terkait penjemputan SBS oleh Staf BIN. "Setelah saya konfirmasi ulang kepada SBS ternyata beliau tidak dijemput staf BIN, tidak sebagaimana informasi yang saya dapatkan awalnya dari ajudan SBS," kata Sri. Untuk itu, Sri meminta maaf kepada M. Rahmad dan kepada SBS serta pihak yang merasa dirugikan atas perkembangan pemberitaan masalah tersebut, juga termasuk BIN.

Kendati demikian, Sri mengaku memperoleh pernyataan dari SBS terkait kehadirannya di Kantor BIN dan ketidakhadirannya di Rumah Pergerakan PPI yang menarik, mendalam dan substansial. "Pernyataan itu hanya untuk konsumsi pribadi saya dan internal PPI. Saya tidak ingin hubungan SBS dengan Presiden dan Kepala BIN yang selama ini baik menjadi terganggu," kata Sri.

Pihak PPI sendiri menegaskan tidak membuat keterangan bias dalam keterangan mengenai peristiwa di hari Jumat tersebut. "Sikap kita sudah jelas, yang disampaikan Pak Rahmad adalah fakta bahwa Prof. Budi (Subur Budhisantoso-Red) memang ada di BIN saat mau dijemput panitia PPI," kata Bendahara Umum PPI, Carel Ticualu secara terpisah pada Gresnews.com.

Carel mengatakan, konfrensi pers yang digelar hari ini di Rumah Pergerakan PPI di Duren Sawit dimaksudkan untuk memberikan klarifikasi agar pemberitaan yang menyebutkan adanya penculikan terhadap Subur Budhisantoso tidak ditafsirkan datang dari pihak PPI. Menurutnya, yang menginterpretasikan demikian adalah pihak pemerintah, yang tergiring oleh pernyataan media.

Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman menyatakan kepada wartawan Sabtu (19/10) bahwa tidak benar pihaknya melakukan penjemputan paksa terhadap Guru Besar Antropologi UI itu. Menurutnya, tidak ada kepentingan BIN untuk melakukan hal itu. Selain itu, dia juga membantah bahwa penjemputan itu terkait ada agenda pertemuan dirinya dengan Subur Budhisantoso.

Subur Budhisantoso sendiri juga menyanggah bahwa dirinya diculik oleh BIN. Menurutnya, dirinya memang pada Jumat pagi pergi ke Kantor BIN tapi datang bersama rombongan. Subur pun mengakui bahwa hari itu dia mempunyai agenda untuk bertemu dengan Kepala BIN, namun batal karena Marciano Norman harus menjemput Presiden di bandara.

(Hironimus Ronito/Mungky Sahid/GN-03)








BACA JUGA:
.