Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono membacakan sumpah jabatan saat melantik Pengurus Pusat Masa Bakti 2015-2020 sekaligus membuka Rapat Pimpinan Nasional Tahun 2015 di Jakarta Convention Center, Sabtu (4/7). (ANTARA)

JAKARTA, GRESNEWS.COM - Selesai sudah Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengumumkan susunan kepengurusan pusat partainya untuk periode 2015-2020. Namun pengumuman susunan kepengurusan itu menyisakan polemik menyusul hilangnya nama mantan wakil ketua umum Marzuki Ali dari jajaran kepengurusan yang baru.

Tak adanya nama Marzuki dalam jajaran pengurus menimbulkan spekulasi dan pertanyaan di kalangan publik. Ada apa gerangan, SBY menyingkirkan Marzuki sedemikian rupa. Memang diketahui  Marzuki merupakan rival berat SBY dalam pencalonan sebagai Ketua Umum Demokrat beberapa waktu lalu. Namun tak biasanya SBY bersikap keras untuk tak mengakomodir rivalnya dalam kepengurusan.

Jawaban atas teka-teki tersingkirnya Marzuki, memperoleh sedikit  pencerahan melalui pernyataan Juru Bicara Partai Demokrat, Ruhut Sitompul. Menurut Ruhut Marzuki Alie tersingkir dari struktur kepengurusan karena menyindir SBY. Sindiran itu dilontarkan mantan Ketua DPR RI itu, saat Kongres Partai Demokrat di Surabaya, medio Mei lalu.

Menurutnya, kader Demokrat telah meminta SBY  menjadi Ketua Umum kembali. "Tapi Marzuki malah bilang menyindir, ´Eh lupa katanya cuma mau sebentar´ ," katanya di Jakarta Convention Center, Sabtu lalu. Pernyataan tersebut menurut  Ruhut tidak pantas diucapkan oleh seorang Marzuki yang pernah dibesarkan Demokrat. Bahkan Ruhut menyebut, Marzuki bukanlah apa-apa ketika masuk Partai Demokrat sampai akhirnya dipercaya menjadi Sekjen dan akhirnya menjadi Ketua DPR.

PILIH ORANG DEKAT - Partai Demokrat kemarin telah menggelar Rapat Pimpinan (Rapim), salah satu agenda melantik susunan kepengurus baru periode 2015-2020. Rapat yang dihadiri sekitar 300 orang itu, membahas Visi dan Misi partai 5 tahun kedepan dan kesiapan Partai Demokrat menghadapi Pilkada serentak Desember 2015 mendatang.

Sejumlah muka lama dalam kepengurusan  Partai Demokrat memang masih kembali masuk dalam daftar susunan pengurus. Namun-nama elit Demokrat yang semula menduduki posisi strategi. Seperti nama  Max Saparacua, Jhonny Allen Marbun dan Syarifudin Hasan digeser ke posisi Majelis Tinggi Partai. Sementara nama Ahmad Mubarok menduduki Dewan pembina Partai Demokrat

Perubahan formasi ditubuh Partai berlogo mercy ini, mengklarifikasi isu yang sebelumnya beredar mengenai pengeseran posisi wajah lama pengurus Partai Demokrat yang sebelumnya memiliki jabatan strategis di Partai. SBY saat ini menempatkan posisi strategis seperti Badan Pemenangan Pemilu kepada putra keduannya, Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas. Serta menempatkan adik iparnya Pramono Edhie Wibowo sebagai ketua badan Pembinaan Organisasi Partai Demokrat yang menangani urusan musyawarah daerah dan musyawarah cabang seluruh Indonesia.

Tak ayal, penempatan sejumlah nama di posisi strategis tersebut mengundang spekulasi bahwa SBY tengah berupaya mengamankan dinastinya.  "SBY tengah melanggengkan kekuasaan dinasti di tubuh partai Demokrat dengan menyingkirkan orang-orang yang banyak berjasa bagi Partai Demokrat," ujar Koordinator Studi Politik Indonesia (SPI) Ramadhan Isa kemarin.

Menurutnya, ini adalah sinyal kuat bahwa SBY tengah memainkan politik dinasti, sesuatu yang dulu dihindarinya. Hal ini juga menodai salah satu legasi SBY sebagai tokoh yang gigih memperjuangkan demokrasi di Indonesia.

Namun Rotasi jabatan dinilai Max Sopacua merupakan hal yang biasa ditubuh Partai manapun.  "Kita memberikan kesempatan kepada yang muda sebagai regenerasi kader. Hal ini sudah didiskusikan dengan Pak SBY," ujar Max.

PEMBERSIHAN RIVAL - Isu yang beredar dalam Rapim (Rapat Pimpinan) ini terkesan ada pembersihan Kubu penghianat "Anas". Namun  Ahmad Mubarok yang dikenal dekat dan menjadi pendukung Anas enggan berkomentar mengenai nama dirinya yang tersisihkan dalam bursa nama pimpinan Partai  Demokrat.

Mantan Wakil Ketua Partai Demokrat Marzuki Alie, seperti telah mengetahui bahwa namanya terdepak dan tak tercantum dalam kepengurusan Demokrat kali. Sehingga ia  tidak nampak hadir dalam Rapim tersebut.  Ketidakhadiran Marzuki semakin menandakan sinyalemen ada permasalahan internal ditubuh Partai Demokrat. Dikonfirmasikan, soal ketidakhadiran Marzuki, Ruhut membenarkan hal tersebut terkait masalah kode etik anggota Partai.

"Memang kami banyak menerima pertanyaan melalui media online, baik SMS maupun Twitter mengenai kasus Marzuki Alie," ujarnya. Menurutnya berbagai pertanyaan membombardir kepadanya.  Namun ia mengatakan bahwa hidup adalah soal pilihan, namun perlu diketahui bahwa Partai Demokrat  digagas dan dibesarkan oleh SBY. Partai memiliki aturan, sehingga kalau dilanggar pasti ada sanksi tegas.  "Kami sayang kepada semua kader, namun sangat disayangkan beberapa oknun kader tidak disiplin dan bersikap santun," katanya.

Ruhut menegaskan akan menghormati keputusan Marzuki Alie. "Kalau mau keluar, ya monggo. Mau bergabung pintu kami selalu terbuka lebar, sekali lagi Marzuki tetap kader kami, " ujarnya.

Namun rekan Marzuki yang juga Wakil Sekjen Partai Demokrat Ramadhan Pohan menyayangkan menghilangnya Marzuki meski tak masuk dalam kepengurusan.  Pohan menyarankan, semua kader legowo mendukung Susilo Bambang Yudhoyono  menjadi ketua umum. "Jika kader bagus macam Pak Marzuki Alie nolak SBY jadi ketum, apa kata dunia? Jangan sampai Pak Marzuki malah belok. Kami yang muda-muda ini selalu apresiasi Pak Marzuki," kata Ramadhan melalui pesan singkatnya, Minggu (5/7).

Menanggapi tak masuknya nama dirinya dalam kepengurusan Partai Demokrat periode 2015-2020 dibawah kepemimpinan SBY. Marzuki menanggapinya dengan ringan, jika dirinya tak diperlukan lagi di Partai Demokrat. "Memang sudah tak diperlukan lagi," ujar Marzuki kepada wartawan, kemarin.

Namun ia menegaskan hingga saat ini belum terpikir untuk pindah ke partai lain. Menurutnya dia masih ingin berada di Partai Demokrat. "Aku tidak pernah berpikir untuk keluar dari PD," ujarnya lagi. (Agung Nugraha/dtc)










BACA JUGA:
.