Christ Billy Aryanto, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Sudah setahun lebih pandemi melanda dunia dan orang-orang terus mencari strategi agar bisa tetap sehat secara fisik maupun mental.

Kabar baik dari dunia musik, penelitian di berbagai belahan dunia berbeda menunjukkan bahwa musik memiliki dampak baik terhadap psikologis manusia selama pandemi.

Musik ternyata tidak hanya terbukti bisa membantu mencegah penyebaran virus corona tapi musik bisa memberikan manfaat baik bagi keadaan jiwa manusia selama pandemi.

Manfaat psikologis mendengarkan musik

Beberapa negara saat ini kembali memperlakukan lockdown untuk mencegah penyebaran COVID-19. Kebijakan ini memaksa orang menghabiskan waktu lebih banyak di rumah saja untuk melakukan berbagai aktivitas. Hal ini berdampak buruk pada kondisi psikologis manusia.

Penelitian terbaru di Selandia baru menunjukkan bahwa orang-orang mengalami stres berat, peningkatan tingkat kecemasan, dan penurunan kesejahteraan psikologis selama lockdown.

Namun, penelitian di Australia menemukan adanya hubungan positif antara mendengarkan musik selama lockdown dan kepuasan hidup. Orang yang sering mendengarkan musik dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan kepuasan hidup yang lebih tinggi juga.

Penelitian yang sama menunjukkan hal sebaliknya pada orang yang hanya menonton TV dan film saja selama pandemi. Dalam jangka panjang, orang-orang yang banyak menghabiskan waktu menonton TV dan film menunjukkan kepuasan hidup yang lebih rendah.

Penelitian lainnya dari Australia juga menemukan bahwa mendengarkan musik bisa mengurangi stres akibat COVID-19 sama efektifnya dengan berolahraga dan tidur.

Sementara itu, penelitian di Finlandia menunjukkan kebiasaan mendengarkan musik meningkat dibandingkan sebelum pandemi. Penelitian tersebut menyelidiki peran musik dalam kehidupan sehari-hari di 37 negara di benua Amerika dan Eropa pada saat gelombang pertama COVID-19.

Para peneliti tersebut menemukan bahwa secara kualitatif, beberapa responden menyatakan bahwa musik dapat meningkatkan semangat, meningkatkan emosi positif, menurunkan emosi negatif, dan sarana untuk bernostalgia selama pandemi.

Konser virtual dan manfaatnya

Saat pandemi, banyak musisi yang kemudian menyajikan karyanya secara virtual.

Cara baru dalam bermusik ini memberikan dampak psikologis yang berbeda dibandingkan dengan bermusik secara langsung.

Penelitian yang dilakukan pada para anggota paduan suara amatir di Inggris memang menegaskan bahwa bernyanyi dalam paduan suara virtual tidak dapat menggantikan pengalaman bernyanyi bersama-sama dalam satu ruangan. Kesempatan bersosialisasi dengan para penyanyi lainnya adalah hal yang dirasa membantu meningkatkan kondisi mental seseorang, sehingga rasa kesepian bisa berkurang.

Namun bagi penikmat konser virtual, penelitian yang dipimpin Kelsey E. Onderdijk dari Ghent University, Belgia, menunjukkan konser virtual dapat mengurangi rasa kesepian dan terisolasi.

Selain itu, konser virtual juga dapat meningkatkan kedekatan baik kepada artis yang tampil maupun sesama penonton. Hal ini karena para penonton bisa menegur atau meninggalkan pesan langsung ke artis lewat kolom komentar yang tersedia selama konser virtual berlangsung. Mereka juga bisa mengeluarkan isi pikiran dan perasaannya kepada sesama penonton yang sama-sama terisolasi karena pandemi. Koneksi semacam ini berdampak baik buat kondisi psikologis orang.

Penelitian lebih lanjut

Konon, banyak orang mengatakan musik adalah bahasa yang universal.

Penelitian di 11 negara Barat dan Timur menunjukkan musik dapat membantu orang menjaga emosi mereka tetap baik dalam kehidupan sehari-hari. Musik dapat membantu menyalurkan emosi-emosi negatif, mengurangi rasa kesepian serta isolasi, dan untuk terkoneksi dengan diri sendiri karena musik membantu seseorang untuk menjadi lebih reflektif.

Penelitian masih terus berkembang untuk mengetahui hubungan antara musik dan kesejahteraan psikologis.

Muncul inisiatif dari Niels Chr. Hansen, seorang ahli psikologi musik, dan Melanie Wald-Fuhrmann, ahli musikologi, melalui Max Planck Institute for Empirical Aesthetics di Jerman untuk mengembangkan kolaborasi internasional bernama Musicovid.

Mereka berkolaborasi lintas disiplin untuk memahami peran penggunaan musik selama pandemi COVID-19 dan bagaimana musisi serta penyelenggara konser musik beradaptasi dengan keadaan pandemi.

Saat pandemi, banyak musisi yang kemudian menyajikan karyanya secara virtual. Clem Onojeghuo melalui Unsplash, CC BY

Satu hal yang perlu diingat musik bukanlah obat untuk segalanya dan tidak bisa ‘mengobati’ gangguan psikologis. Jika Anda benar-benar tidak nyaman walau sudah berusaha mengekspresikan semuanya dengan bermusik, mungkin ini saat yang baik untuk menemui tenaga profesional seperti psikolog atau psikiater.The Conversation

Christ Billy Aryanto, Lecturer and Researcher in Educational Psychology and Music Psychology, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.

BACA JUGA: