JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai bahwa ekonomi Indonesia masuk resesi ekonomi setelah Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia minus 3,49% per tahun.

Setelah mengalami kontraksi PDB dua kuartal berturut-turut secara tahunan membuat Indonesia masuk resesi setelah lebih dari 20 tahun. Sebelumnya kuartal II/2020, ekonomi Indonesia telah minus 5,32%.

"Pertumbuhan ekonomi yang minus ini sudah diprediksi oleh beberapa pihak. Indonesia akan secara resmi masuk ke dalam resesi pada triwulan III 2020. Jadi bagi sebagian ekonom sudah sewajarnya ekonomi Indonesia mengalami resesi," kata peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda melalui surat elektronik kepada Gresnews.com, Sabtu (7/11/2020).

Huda melanjutkan, jika dilihat lebih detail, konsumsi masyarakat belum membaik. Artinya daya beli masyarakat masih terpuruk akibat pandemi. "Pengangguran yang meningkat, dunia usaha juga masih lesu, membuat permintaan masyarakat jeblok," jelasnya.

Pada triwulan III 2020, kata Huda, konsumsi rumah tangga minus 4,04%. Begitu juga dengan investasi yang masih jeblok. Satu-satunya yang membaik adalah konsumsi pemerintah yang tumbuh 9,76%, hasil dari penyerapan dana Bansos dan PEN.

Namun konsumsi pemerintah tidak mampu memberikan efek multipler ke konsumsi masyarakat. Pola konsumsi pun berubah dari konsumsi leisure ke konsumsi kesehatan dan peralatan rumah tangga.

"Sisi positifnya sih enggak ada," ungkapnya.

Huda melanjutkan, kalau sisi negatifnya sangat signifikan. Pertama, pengangguran meningkat karena produksi perusahaan berkurang akibat permintaan masyarakat yang lesu.

Kedua, kemiskinan akan meningkat karena orang akan susah mendapatkan penghasilan dan pekerjaan. Ketiga, ancaman keamanan sosial dan hukum.

Menurut Huda, pemerintah harusnya memiliki sikap untuk mengatasi ini. Dengan memperbaiki penanganan Covid-19 terlebih dahulu.

Akar konsumsi masyarakat turun ada dua hal. Masyarakat miskin tidak punya penghasilan dan masyarakat kelas menengah tidak ingin konsumsi ketika ada rasa tidak aman bagi mereka.

"Alasan nomor satu pemerintah harus terus memberikan bansos dan harus diperluas. Alasan nomor dua pemerintah menyelesaikan pandemi secara efektif," jelasnya.

Selain itu, kata Huda, pelaku pasar dan perusahaan bersedia mendahulukan kepentingan kesehatan. Karena jika masalah kesehatan sudah beres maka masyarakat akan berbondong-bondong untuk konsumsi lagi.

"Hal ini dikarenakan sifat masyarakat Indonesia yang cenderung konsumtif," pungkasnya.

Ekonom Universitas Indonesia Fitrah Faisal Hastiadi mengatakan penerapan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta menjadi salah satu faktor pertumbuhan ekonomi nasional.

Dia membandingkan penerapan PSBB pertama di awal virus menyebar dengan dikembalikannya PSBB transisi menjadi PSBB (PSBB kedua).

Dari indikator PMI penerapan PSBB sangat berpengaruh. Sebelum pandemi Covid-19 indeks PMI berada di level 51. Indeks PMI turun di bulan Februari-Maret menjadi 47.

Saat penerapan PSBB pertama, indeks PMI turun menjadi 27. Lalu saat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menerapkan PSBB transisi, di bulan Agustus indeks PMI meningkat ke level 58. Namun ketika diberlakukan kembali PSBB, indeks PMI kembali turun di level 47.

"Anjloknya lebih sedikit tetapi ini sudah untuk kembali lagi," kata Fitrah dalam diskusi Polemik Trijaya bertajuk Efek Resesi di Tengah Pandemi, Jakarta, Sabtu (7/11/2020).

Namun secara keseluruhan, Fitrah menilai saat ini kondisi mulai solid. Perekonomian nasional juga mulai adaptif sehingga bisa membantu saat percepatan stimulus fiskal.

Dunia internasional malah kata Fitra melihat pertumbuhan ekonomi nasional hanya minus 1,5% secara tahunan. Mereka optimis pada tahun 2021 pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh 6%.

Menurut Fitrah perlambatan ekonomi yang terjadi di Indonesia akibat dari kepanikan global. Sementara selama ini pertumbuhan ekonomi Indonesia ditopang konsumsi domestik. Sehingga untuk bisa kembali seperti keadaan semua akan lebih memungkinkan. (G-2)

BACA JUGA: