JAKARTA - Bersaksi di sidang Tindak Pidana Korupsi Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Senin (10/8/2020), karyawan PT Integra Investama Erwin Budiman membenarkan adanya praktik pinjam nama saham alias nominee yang dilakukan untuk transaksi pembelian saham demi kebutuhan investasi PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Ia membenarkan Direktur PT Maxima Integra Joko Hartono Tirto menggunakan akun rekening saham miliknya untuk bertransaksi saham yang dibeli Jiwasraya.

Erwin menjadi satu dari tiga saksi yang hadir di persidangan. Dua saksi lainnya Direktur PT Duta Regency Karunia, Gracianus J. Lambert dan Sandra Setiawati Santoso, Direktur PT Kalingga Persada Inti Makmur.

Sementara itu tiga terdakwa yang menghadiri persidangan siang ini adalah Direktur Utama Hanson International Tbk (MYRX) Benny Tjokrosaputro (Bentjok), Joko Hartono Tirto dan Komisaris Utama PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM) Heru Hidayat.

Ketua Majelis Hakim Rosmina membuka persidangan dengan mengetuk palu menandai dimulainya persidangan di Pengadilan Tipikor pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin (10/8/2020).

"Kemudian pada saat saudara Joko Hartono Tirto meminjam akun saudara untuk transaksi saham PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR), apakah saat ini saudara keberatan?" tanya jaksa Abdul Roni kepada saksi Erwin dalam sidang yang diikuti Gresnews.com itu.

Erwin yang sebelumnya menjabat petinggi di Daewoo Securities mengatakan tidak keberatan akunnya dipinjam oleh Joko Hartono.

Ia menuturkan, pada periode tahun 2015, Jiwasraya melakukan transaksi penjualan saham secara pribadi. Pada hari yang sama, ia menjual lagi ke beberapa perusahaan manajer investasi (MI).

Sedangkan pada 2017, ada transaksi pembelian saham BJBR dalam jumlah besar. Ia pun mendapat fee sebesar Rp4 juta sampai Rp5 juta setiap pekan sebagai jaminan atas transaksi itu.

Erwin menuturkan, sebagai salah satu petinggi di Daewoo, limit transaksi di akun rekening efeknya diperbolehkan sampai Rp100 miliar per hari.

Namun setelah tiga bulan kemudian, dia komplain kepada Joko Hartono atas akun yang dipinjamkannya tersebut.

"Setelah saya menanyakan, setelah 3 bulan Pak, sorry maaf setelah tiga bulan itu saya komplain karena saya tidak bisa bermain saham secara pribadi," jelasnya.

Erwin sempat menyampaikan kepada Joko Hartono dirinya malah menjadi pusing dan meminta agar Joko Hartono segera menghentikan dan mengembalikan akunnya tersebut karena Erwin membutuhkannya untuk dipergunakan bermain saham.

Hakim juga sempat menanyakan apa maksud perkataaan Erwin kepada Joko. "Joko Hartono meminjam akun Anda, mengapa saudara mengatakan, jangan aneh-aneh?" tanya hakim.

"Saya cuma berpikir waktu itu transaksinya besar," katanya.

Hakim kembali bertanya, mengapa akun Erwin seiring dipinjam-pinjamkan. Ada apa di belakangnya? Erwin menjawab alasannya karena ia merupakan teman sekantor Joko Hartono.

"Bapak bermain di pasar modal sejak 1996. Apakah itu hal yang biasa?" kata hakim.

Dijawab singkat oleh Erwin, "Biasa."

"Ada sesuatu yang tidak diperbolehkan?"

"Tidak tahu," singkat Erwin.

"Pinjam meminjam akun berbahaya?" tanya hakim

"Risiko pasti ada," jawab Erwin.

Selain itu, Erwin menjelaskan mengenai Moudy Mangkey, bahwa Moudy orangnya Joko Hartono Tirto yang pernah menghubungi dirinya saat berada di Australia. Saat itu untuk keperluan tanda tangan mengenai Standar Operasional Prosedur (SOP) peminjaman rekening. Lalu ia menandatangani surat SOP tersebut.

Erwin juga menjelaskan bahwa Rosita adalah istrinya yang juga terlibat dalam transaksi jual beli saham kepada Jiwasraya. Rosita adalah agen lepas atau sales di PT Mirae Aset sekuritas Indonesia dengan kliennya adalah Jiwasraya.

Rosita sendiri mendapatkan pembayaran dari fee yang diterimanya dari PT Daewoo untuk transaksi perusahaan yang digunakan Joko Hartono. "Dari perusahaan Daewoo, iya," tandasnya.

Sebagai informasi, Daewoo Securities Indonesia yang sebelumnya bernama E-Trading ini dimiliki oleh Daewoo Securities (Korea). Tapi pada 2016, perusahaan sekuritas ini diakuisisi oleh Mirae Asset (Korea) untuk menjadi pemilik saham pengendali dan menggantinya menjadi Mirae Asset Sekuritas. (G-2)

 

BACA JUGA: