Riri Fitri Sari, Universitas Indonesia

Selama pandemi, mahasiswa dan dosen harus melakukan kegiatan belajar secara daring (online) dan meminimalkan tatap muka.

Hal ini mempengaruhi manajemen operasi dan perawatan kampus berbagai universitas di seluruh dunia yang selama ini mendapatkan evaluasi dari Universitas Indonesia (UI) GreenMetric.

UI Greenmetric World University Ranking, atau singkatnya UI GreenMetric, merupakan suatu sistem pemeringkatan sukarela yang diinisiasi oleh Universitas Indonesia pada 2010.

Sistem ini menilai kampus-kampus di seluruh dunia yang telah melakukan upaya penurunan emisi karbon untuk mencegah dampak perubahan iklim dan akhirnya mendapatkan predikat “kampus hijau dan berkelanjutan”.

Sepanjang 2020, tim UI GreenMetric telah melakukan asesmen awal bagi universitas terkait pengaruh pandemi bagi aktivitas dan kegiatan mereka.

Kami mengidentifikasi setidaknya ada 3 persoalan, mulai dari masalah kesehatan dan kesejahteraan mahasiswa dan dosen, penanganan sampah alat pelindung diri (APD) dan masker, tranformasi pembelajaran digital, yang menghambat kampus memenuhi standar.

Sebagai penyelenggara sistem ini, kami pun harus beradaptasi dengan keadaan dan saat ini sedang menyusun beberapa perubahan selama dunia masih berjibaku dengan virus corona.

Mengukur kampus berkelanjutan

Ide awal dari pemeringkatan ini adalah menarik perhatian para pemimpin universitas atau akademisi tentang lingkungan hidup, mulai dari soal perubahan iklim, hemat air dan energi, pengolahan sampah, dan transportasi ramah lingkungan.

Akhirnya, tim kami saat itu, para akademisi dari Universitas Indonesia, mulai mengembangkan beberapa indikator untuk kampus mendapatkan status “kampus hijau”. Indikatornya ada 6 yakni penataan lokasi dan infrastruktur, energi dan perubahan iklim, limbah, air, transportasi, hingga pendidikan dan riset.

Pada awal dimulainya pemeringkatan, tim kami yang mengumpulkan data dari ribuan universitas di seluruh penjuru dunia dan memproses data tersebut untuk mendapatkan skor yang akan menentukan ranking mereka.

Sejak 2010, universitas peserta mengisi survei daring sepanjang Mei-Oktober dan hasilnya akan diumumkan setiap Desember.

Hingga 2020, sudah ada 912 universitas dari 84 negara yang berpartisipasi dalam UI GreenMetric.

Peringkat pertama jatuh kepada Universitas Wageningen, Belanda, dan Universitas Oxford di Inggris yang menempati ranking kedua.

Berubah akibat pandemi

Setelah berjalan 10 tahun dan memasuki masa pandemi, UI Greenmetric merasa perlu mengevaluasi 6 indikator pengelolaan dan pemeliharaan yang tepat.

Kampus-kampus hijau di seluruh dunia saat ini sedang menyusun langkah untuk beradaptasi pada kenormalan baru (new normal).

Tahun lalu, tim UI GreenMetric mengundang civitas akademika dari kampus anggota untuk membahas “universitas berkelanjutan” pada masa pandemi.

Setidaknya 5.500 orang dari 40 negara menghadiri pertemuan yang terbagi ke dalam 8 seminar virtual tersebut (webinar) sepanjang 2020.

Kami berhasil mengidentifikasi beberapa kata kunci yang sering muncul dalam diskusi, yaitu sampah, COVID-19, makanan, mahasiswa, daring, aktivitas, dan manajemen.

Saat ini, tim UI GreenMetric sedang menyusun standar berdasarkan evaluasi kondisi kampus semasa pandemi.

Kami menanyakan beberapa indikator terbaru untuk penilaian tahun mendatang. Indikator baru itu seperti berapa aktivitas virtual, bagaimana infrastruktur atau fasilitas kesehatan bagi mahasiswa, dosen, dan staf kampus, proporsi aktivitas dan perawatan semasa pandemi, hingga berapa orang yang masih beraktivitas saat COVID-19.

Sebagai gambaran awal, kami akan menambahkan faktor kesehatan dan kebersihan selain dari 6 indikator yang sudah ada.

Misalnya, memasukkan penjarakan fisik, kebersihan lingkungan dan sanitasi, ketaatan mencuci tangan, hingga mengurangi tatap muka di ruangan tertutup.

Dari segi pengajaran, perlu mengubah pengelolaan kelas yang lebih kecil dan perhatian pada mahasiswa secara individual karena auditorium tidak diperlukan lagi.

Kampus harus bisa menerapkan kelas daring dan luring secara fleksibel.

Dengan demikian, kemampuan mahasiswa untuk mengasah keterampilan berdiskusi dan berdebat masih tetap berjalan.

Butuh kolaborasi

Dalam jangka panjang, kerja sama antarkampus hijau bisa berkontribusi terhadap pengurangan pemanasan global dan memberikan standar dalam pelaksanaan proses belajar mengajar secara daring dan luring di dunia.

Selama menghadapi pandemi, saya melihat semangat kolaborasi dari para pemimpin universitas di seluruh dunia dalam berbagi pengetahuan, keterampilan, dan berkomitmen untuk tetap menjaga tujuan dari kampus hijau.

Situasi pandemi membuat universitas menentukan keselamatan dan pengembangan profesional mahasiswa dan dosen dan staf pendukung sebagai prioritas utama.

Namun, dari segi lingkungan hidup, kita harus mengakui bahwa pandemi memberi kesempatan alam, baik secara umum dan di kampus, untuk memulihkan diri.

Berkurangnya mobilitas civitas akademika ternyata memberikan dampak baik bagi Bumi, terutama penurunan emisi polusi udara meski sementara.

Meski demikian, ini bisa menjadi kesempatan bagi pengambil keputusan untuk menghasilkan kebijakan yang ramah lingkungan dan berorientasi kepada pembangunan berkelanjutan.

Untuk kalangan akademisi, pengelolaan kampus yang memperhatikan pemeliharaan aset, fasilitas, sumber daya akan memberikan pengalaman untuk menciptakan inovasi keberlanjutan.

Banyak pimpinan universitas juga terus melakukan upaya dan inovasi agar kampus tetap memiliki nilai tambah dalam mewujudkan proses pendidikan berkualitas.


Hastin Setiani, Koordinator bidang Adminisrasi, Riset dan Pengembangan di UI GreenMetric, berkontribusi dalam penulisan dan penyediaan data untuk artikel ini.The Conversation

Riri Fitri Sari, Profesor Teknik Komputer Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Universitas Indonesia

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.

BACA JUGA: