Jonatan A Lassa, Charles Darwin University

Siklon tropis Seroja yang menghantam wilayah Nusa Tenggara Timur dan perairan sekitarnya pada 4 April telah menyebabkan topan, banjir bandang, dan longsor di sejumlah kabupaten di sana.

Setidaknya, hingga 8 April, siklon atau angin puting beliung kencang itu secara tidak langsung menyebabkan 163 orang meninggal dan puluhan ribu rumah dan bangunan rusak berat. Jaringan listrik dan komunikasi terputus hingga saat ini.

Walau Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia sudah mengenal siklon tropis dalam layanan peringatan dini berbasis prediksi setidaknya dalam 5-10 tahun terakhir, dalam sistem formal peringatan dini BMKG, siklon tropis belum mendapatkan porsi memadai.

Link website BMKG yang konsisten dan stabil terkait siklon tropis juga belum terlihat. Dalam database bencana Indonesia (DIBI), siklon tropis tidak dikenal. Semua database kerusakan akibat bencana siklon tropis tidak terindentifkasi.

Belum ada sistem peringatan dini yang efektif terkait siklon tropis di Indonesia.

Dampaknya, pemerintah daerah, masyarakat di pesisir dan media tidak memiliki informasi yang cukup memadai untuk mengetahui risiko datangnya siklon.

Pemerintah perlu segera memasukkan siklon tropis dalam kategori bencana dan memperbarui standar bangunan rumah dan bangunan yang tahan terhadap kecepatan angin siklon. Sistem peringatan dini juga sangat dibutuhkan masyarakat.

Karakter siklon tropis

Siklon tropis terbentuk dari segumpulan badai petir yang dapat berkembang di atas lautan tropis yang hangat. Dengan kondisi yang tepat, gugusan awan dan badai dapat berkembang menjadi siklon. (Proses terjadinya siklon bisa dilihat di video di bawah ini).

Memahami proses terjadinya siklon tropis.

Manakala suhu lautan makin hangat, ia bertindak sebagai bahan bakarnya, menghasilkan energi dalam jumlah besar saat awan terbentuk.

Salah satu ancaman utama dari siklon tropis adalah kecepatan aliran angin yang mengalir atau berputar.

Siklon Kategori 1, kecepatan aliran angin di mata siklonnya bisa melebihi 125 km per jam. Kekuatan ini, dengan diameter mata siklon mencapai 40 km, dengan gampang merobohkan sebagian besar pohon dan dapat mencelakai orang, menghancurkan rumah dan harta benda dalam skala besar.

Kerusakan lebih parah bisa terjadi jika kecepatan aliran angin masuk kategori 2 (antara 125-164 km per jam) dan kategori 3 (165-224 km per jam).

Selain kekuatan angin, siklon tropis akan datang dengan curah hujan ekstrem yang mengakibatkan banjir bandang dan longsor.

Tak ada sistem peringatan dini

Jika kita bandingkan dengan Australia, negara di seberang Nusa Tenggara Timur, peringatan dini dan informasi siklon di Negeri Kanguru itu cukup memadai.

Di utara Australia, masyarakat mengenal musim siklon. Untuk tahun 2020-2021, pemerintah di sana menetapkan musim siklon mulai November 2020 hingga April 2021.

NT News March. NT News

Dalam kasus siklon terakhir, media-media Australia aktif memberitakan potensi siklon tropis di perairan Laut Timor sejak akhir Maret 2021 berdasarkan indikasi terbentuknya bibit siklon.

Di Indonesia, khususnya di NTT, dalam lima tahun terakhir media lokal aktif memberitakan informasi dari BMKG bila terbentuk bibit siklon di Laut Timor atau di Laut Banda.

Namun, dalam kasus Seroja media-media Indonesia baru memberitakan pada 3 April, sehari sebelum kedatangan siklon.

Banyak lembaga, termasuk Badan Meterologi Australia, telah memprediksi bahwa fenomena La Nina, yang menyebabkan curah hujan lebih besar dan ekstrem, masih berlangsung..

La Nina membuat potensi kejadian siklon tropis bukan hanya lebih tinggi tapi juga ada kecenderungan jelajah yang lebih panjang dibanding masa-masa normal.

Ini menunjukkan sangat mendesak bagi Indonesia untuk memiliki sistem peringatan dini yang efektif terkait siklon tropis. Jakarta Tropical Cyclone Warning Center memiliki fasilitas yang minim untuk peringatan dini yang efektif.

BMKG perlu memperbarui teknologi, termasuk pengelolaan situs daring dan kualitas informasi peringatan dini yang lebih mudah disebarkan dan gampang dimengerti oleh lembaga-lembaga di daerah dan masyarakat awam.

Mitigasi siklon tropis dan adaptasi iklim

Sejauh ini, Indonesia masih merespons risiko siklon secara parsial.

Misalnya, kita memahami banjir, longsor, dan badai sebagai hal yang terpisah dari siklon tropis. Padahal, semua hal tersebut merupakan wujud dari dampak siklon tropis.

Karakter klimatologis siklon tropis berwujud dalam curah hujan ekstrem, perubahan suhu dan kecepatan angin ekstrem yang relatif panjang di laut, pantai dan daratan.

Sedangkan karakter hidrologisnya bisa kita saksikan dalam wujud genangan ekstrem, banjir, banjir bandang, banjir rob, dan longsor.

Kombinasi dari semua karakter lebih berpotensi mematikan dan menghancurkan capaian-capaian pembangunan yang dibangun dalam skala dekade, seperti di Nusa Tenggara Timur pekan ini.

Atap SPBU roboh akibat badai Siklon tropis Seroja di Kota Kupang, NTT, 8 April 2021. ANTARA FOTO/Kornelis Kaha/hp

Langkah mitigasi risiko

Siklon merupakan fenomena alam yang yang hampir mustahil bisa dicegah. Yang bisa kita lakukan adalah menyusun kebijakan dan mendorong perilaku yang bisa mengurangi risiko menjadi korban.

Kementerian Pekerjaan Umum perlu memperbarui standar bangunan, khususnya untuk pembebanan dinding dan atap rumah. Sejauh ini kekuatan angin maksimum yang ada dalam standar bangunan yang dipakai di daerah masih jauh dari Siklon Kategori 1 yang dapat mencapai 100 km per jam.

Misalnya, Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 1727/2013 mengatur aturan pembebanan atap dan struktur lainnya dengan kekuatan angin sekitar 70 km per jam. Kekuatan di atas ini, sekadar diserahkan ke pihak arsitek dan insinyur sipil.

Sedangkan revisinya (SNI 1727/2020) baru diterbitkan pada 2020. Walau belum sensitif pada variasi karakter siklon tropis, revisi ini mulai memperhitungkan “wilayah rawan topan” yang punya peluang terdampak kecepatan angin dasar di atas 185 km per jam. Isinya masih perlu di pahami oleh para pelaku konstruksi.

Namun, mitigasi bukan hanya soal keamanan gedung dan bangunan semata.

Atap dan sampah-sampah rumah tangga yang terbang dapat menghancurkan kehidupan yang dihantamnya.

Di Australia Utara, masyarakat memiliki budaya kelola siklon, termasuk setiap tahun membersihkan material yang mudah terbang sebelum memasuki musim siklon. Hal ini bertalian erat dengan jasa layanan pengelolan sampah pemerintah daerah yang harus dibangun serius.

Perusahaan telekomunikasi dan listrik perlu mendesain ulang pemasangan infrastruktur telekomunikasi dan kelistrikan seperti tiang dan kabel agar terhindar dari hantaman kekuatan badai.

Sebaiknya jaringan kabel diletakkan di bawah tanah.

Tata kota termasuk tata taman maupun vegetasi di perumahan wajib memperhitungkan potensi roboh pohon pada bangunan rumah.

Sejatinya dalam lima puluh tahun ini tiap tahun di selatan Indonesia berpotensi menjadi lintasan siklon.

Perubahan iklim menyebabkan menghangatnya sebagian lautan di daerah dekat tropis/subtropis. Implikasinya, Laut Timor dan Laut Banda di Indonesia berpotensi menjadi tempat perkembangbiakkan baru siklon tropis dan berpotensi terjadi tahunan.

Saatnya kita bersiap menghadapi siklon tropis yang mungkin akan terjadi setiap tahun.The Conversation

Jonatan A Lassa, Senior Lecturer, Humanitarian Emergency and Disaster Management, College of Indigenous Futures, Arts and Society, Charles Darwin University

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.

BACA JUGA: