JAKARTA, GRESNEWS.COM — Salah satu momen penting di balik Haul Gus Dur yang digelar pada Jumat (23/12) lalu, selain mengingat perjuangan-perjuangan Gus Dur, adalah dibacakannya Ikrar Ciganjur. Menanggapi hal itu, pimpinan tertinggi umat Katolik Indonesia Kardinal Julius Darmaatmadja menyebut, Ikrar Ciganjur bukan semata simbol kerukunan antar-umat beragama, namun juga sebagai upaya memuliakan martabat manusia.

"Ikrar ini adalah sebuah upaya untuk memuliakan martabat manusia," kata Kardinal Darmaatmadja kepada gresnews.com, Sabtu (24/12).

Ditanya apa makna Ikrar Ciganjur dalam situasi Natal seperti sekarang, Darmaatmaja menganggap, hal itu tidak perlu secara khusus dikait-kaitkan dengan Natal. Menurutnya, Ikrar Ciganjur adalah milik semua umat beragama dan penghayat kepercayaan di Indonesia.

"Saya rasa, ikrar ini tidak perlu dihubungkan dengan Natal. Tanpa dihubung-hubungkan dengan Natal pun nilainya sudah sangat tinggi," Darmaatmaja.

Namun demikian, Romo Darmaatmaja menambahkan, kalau pun mau dikaitkan dengan Natal, semangat Ikrar Ciganjur tidak jauh berbeda dengan esensi nilai Natal. "Dalam iman kami, saat Allah Putra menjadi manusia, itu artinya Allah sangat memuliakan martabat manusia. Ikrar Ciganjur juga, seperti saya katakan tadi, merupakan upaya untuk memuliakan martabat manusia. Tapi saya tidak mau menonjolkan Ikrar Ciganjur untuk Natal. Momennya adalah kebersamaan dengan semua agama," katanya.

Disinggung mengenai adanya aksi intoleransi beberapa waktu lalu, berupa adangan beribadah bagi umat Kristiani, Romo Julius Darmaatmaja mengaku dirinya sudah memberi maaf untuk aksi-aksi seperti itu. "Soal itu kami ampuni. Kami juga mencintai mereka sebagai manusia. Kesalahannya tidak saya perlu sebut di sini. Mereka semua juga makhluk Tuhan yang harus kita cintai bersama," ujarnya.

Romo menambahkan, saat perselisihan antar-umat beragama disikapi dengan tindakan balas-membalas, hal itu bukanlah tindakan yang dia anjurkan. Selain itu, sikap tersebut tidak sesuai dengan semangat Ikrar Ciganjur.

Terakhir, Darmaatmaja berharap, Ikrar Ciganjur menjadi komitmen semua komponen bangsa. "Semoga semangat Ikrar Ciganjur semakin meluas dan semakin menguat di seluruh Indonesia," pungkasnya.

Sementara itu, anggota Presidium Majelis Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Indonesia Engkus Ruswana menyampaikan optimismenya terhadap Ikrar Ciganjur. Menurutnya, saat Ikrar Ciganjur dibacakan di kediaman almarhum Gus Dur, tokoh kemanusiaan, momentumnya sangat tepat dan baik.

"Kita harus optimis. Anggap saja itu semacam langkah awal untuk memperbaiki kondisi saat ini," kata Engkus kepada gresnews.com, Minggu (25/12).

Engkus menambahkan, pihaknya optimis bukan semata karena Ikrar Ciganjur dibacakan para pemuka agama dan penghayat kepercayaan, namun karena disaksikan pula oleh sejumlah tokoh dan menteri, serta turut ditandatangani Presiden Jokowi. Lantaran itulah Engkus percaya, Ikrar Ciganjur dapat merekatkan nilai-nilai kebangsaan dan persatuan, sekaligus mengikis sifat-sifat egoisme keagamaan.

"Melalui Ikrar Ciganjur, sudah seharusnya kita mengingatkan bangsa ini agar kerukunan antar penganut agama dan penghayat kepercayaan di Indonesia, semakin terbina," pungkasnya.

SEMPAT LUNTUR — Para tokoh yang membacakan Ikrar Ciganjur antara lain Ketua PBNU Said Aqil Siradj, Konferensi Waligereja Indonesia MGR Ignatius Suharyo, Pdt Nababan, Biksu Suryanadi Mahathera, tokoh Hindu Yanto Jaya, Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) Uung Sendana, serta Engkus Ruswana mewakili kelompok-kelompok penghayat kepercayaan.

Salah seorang penandanatangan Ikrar Ciganjur, yakni Mgr Ignatius Suharyo, menyebut hal paling penting dalam menyikapi Ikrar Ciganjur adalah komitmen nyata untuk mewujudkannya. "Sejauh yang saya dengar, itu adalah ikrar yang pernah diucapkan pada tahun 1998, ketika negeri ini masih di dalam krisis, lalu ada ikrar itu," kata Ignatius kepada gresnews.com, Sabtu (24/12).

Igatius menambahkan, ikrar itu pernah dibacakan pada 1998, namun hingga saat ini perilaku intoleransi dan perpecahan antar-umat beragama masih terjadi, hal demikian menunjukkan ikrar semacam itu sempat luntur. Karena itulah Ignatius menambahkan, Ikrar Ciganjur penting untuk terus digemakan.

Menurut Uskup Agung Jakarta ini, ikrar semacam itu diharapkan dapat menjaga Indonesia dari berbagai bahaya perpecahan yang akhir-akhir ini gejala dan bahayanya sudah mulai terlihat jelas. "Semua pemimpin-pemimpin agama dan penghayat kepercayaan sudah mendengar langsung pidato presiden. Lewat Ikrar Ciganjur, kita kembali menegaskan, kita semua ingin supaya negeri ini berjalan atas dasar-dasar konstitusi. Bukan dasar yang lain-lain," pungkasnya.

Berikut adalah bunyi Ikrar Ciganjur:

"Demi tegaknya harkat dan martabat manusia, terciptanya kehidupan yang lebih baik bagi generasi saat ini dan masa depan, serta demi tegaknya kedaulatan dan keutuhan NKRI, kami umat beragama warga negara Indonesia berikrar:

1. Akan senantiasa menjaga kedamaian, kerukunan, persaudaraan dan keadilan antar sesama umat beragama,

2. Menciptakan suasana sejuk, harmonis dan bebas konflik antar sesama umat beragama,

3. Memelihara keberagaman dan perbedaan dengan saling melindungi berbagai agama dan keyakinan yang ada di Indonesia secara tulus dan sungguh-sungguh,

4. Menolak segala bentuk intimidasi dan pemaksaan agama/keyakinan serta menolak anarki kekerasan dalam beragama,

5. Mendukung pemerintah untuk menegakkan konstitusi yang melindungi hak warga negara dalam menjalankan agama dan keyakinannya. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa meridhoi dan melindungi kita semua". (Gresnews.com/Zulkifli Songyanan)

BACA JUGA: