JAKARTA, GRESNEWS.COM - Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf Effendi menegaskan Indonesia punya posisi tawar (bargaining position) yang kuat untuk melindungi 2 juta pekerja migran Indonesia yang mencari nafkah di negeri Jiran, Malaysia. Hal itu disebabkan oleh ketergantungan Malaysia pada perkebunan sawit, karet dan migas.

Di ketiga sektor itu, terutama sawit dan karet. mayoritas pekerjanya adalah pekerja Indonesia. "Boleh dikatakan 90 persen pekerja adalah orang Indonesia. Artinya, jika kita menutup pintu TKI ke Malaysia, Malaysia bisa kolaps. Ini posisi yang perlu kita sadari bahwa kita pun punya posisi tawar," jelas Dede saat Rapat Koordinasi Tim Pengawas TKI di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (30/8), seperti dikutip dpr.go.id.

Dengan begitu, sambungnya, Indonesia memiliki standing position untuk memberikan perlindungan kepada buruh migrannya yang berada di Malaysia. "Ini lobi kita untuk melakukan bargaining terhadap upah mereka, hak-hak dan keselamatan mereka dan lain-lainnya," tegas Dede.

Selain itu, Dede juga meminta Timwas TKI untuk mendesak pemerintah memperhatikan anak-anak TKI yang bekerja di perkebunan Malaysia. Anak-anak itu tidak memiliki kewarganegaraan (stateless) sehingga mereka tidak punya hak untuk mendapatkan kesempatan bersekolah. Untuk itu, ia mendorong segera dibuat sekolah darurat agar ribuan anak TKI yang stateless bisa mengenyam pendidikan.

"Saya ingin, Timwas TKI kita meminta kepada negara agar membuat sekolah di perkebunan, kita mengirimkan guru ke sana untuk mengajar. Karena miris melihat anak-anak kita yang usianya 16 tahun tetapi pendidikan hanya setingkat 4 SD," tandas Dede. (mag)

BACA JUGA: