JAKARTA, GRESNEWS.COM - Ketua Bidang Organisasi Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI) Anggawira mengatakan, perlu ada solusi komprehensif untuk menyelesaikan kerugian besar yang dialami PT Garuda Indonesia (Persero). Dia mengatakan jika terus merugi dan tidak ada solusi konkret, maka akan muncul tanda kebangkrutan.

Hal ini, kata dia, tercermin dari hasil laporan keuangan Garuda Indonesia yang mencatatkan kerugian sebesar US$283,7 juta atau sekitar Rp3,8 triliun. "Angka tersebut meningkat hingga 200% dari kerugian pada kuartal pertama sekitar US$99 juta atau setara Rp1,319 triliun," kata Anggawira dalam siaran pers yang dterima gresnews.com, Jumat (11/8).

Menurut Anggawira, HIPMI sebelumnya sudah memberikan early warning kepada Garuda Indonesia karena terus merugi. Ke depannya perlu ada solusi yang komprehensif agar maskapai penerbangan kebanggaan kita ini bisa survive. "Kerugian tersebut disinyalir akibat peningkatan biaya operasional dan pembelian bahan bakar avtur," ujarnya.

Ongkos operasional penerbangan Garuda Indonesia, disebutkan oleh Anggawira mencapai lebih dari dari Rp16 triliun lebih tinggi dari kuartal pertama sebesar Rp8 triliun.

"Hingga saat ini kami melihat biaya bahan bakar merupakan sumber terbesar biaya operasional dengan presentase diatas 50% kemudian disusul dengan biaya pembelian pesawat, reparasi, pembayaran asuransi yang semua dihitung menggunakan kurs dollar AS sementara produk jasa penerbangan domestiknya dijual dengan nilai rupiah," papar Anggawira.

Tingginya ongkos operasional rupanya juga berpengaruh pada utang Garuda Indonesia yang nilainya cukup besar. Untuk hutang jangka pendek di kuartal kedua total utang mencapai US$1,891 juta sedangkan utang jangka panjang sebesar US$1,163 juta.

Sementara di kuartal sebelumnya tercatat US$1,798 juta untuk utang jangka pendek dan US$1,174 juta untuk utang jangka panjang. "Uutang yang membelit Garuda Indonesia harus menjadi konsen pemerintah," imbuh Anggawira.

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mencatat kerugian bersih (net loss) selama semester pertama 2017 sebesar US$283,8 juta. Di luar non-recurring expense, total kerugian bersih perseroan mencapai US$138 juta. (mag)

BACA JUGA: