Pertemuan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto pekan lalu mendapat sorotan. Saiful Mujani Research dan Consulting (SMRC) menilai keduanya bukan membahas koalisi Pilpres 2019.

Peneliti Lembaga Survei SMRC Sirojudin Abbas mengatakan pertemuan tersebut lebih pada untuk menunjukkan kesolidan di luar pemerintahan. "Saya melihat pertemuan di Cikeas bukan koalisi tapi pemahaman agenda bersama saja tahun 2019 membangun bersama, mereka ini bagian kelompok di luar pemerintahan," kata Sirojudin Abbas dalam diskusi di D´Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta, Minggu (30/7).

Abbas juga mengatakan mantan Presiden SBY tak akan mendukung Prabowo sebagai salah satu Capres pada Pilpres 2019. Sebab, SBY salah satu jenderal yang ikut menandatangani surat Dewan Kehormatan Perwira yang memecat Prabowo Subianto.

"Posisi pandangan itu, mana mungkin SBY merekomendasikan atau mendukung jenderal yang akan dipecatnya," ucap Abbas.

Abbas menjelaskan SBY pernah berkali-kali menghindari pertemuan dengan Prabowo. Apalagi hubungan massa lalu antara SBY dan Prabowo tidak baik. "Sulit mencari informasi dan data hubungan mereka positif. Pak SBY berkali-kali menghindari pertemuan itu," kata Abbas.

Meski begitu, Abbas mengaku belum tahu apakah diplomasi ´Nasi Goreng´ antara SBY dan Prabowo sudah mulai mencair. Jika belum cair, maka keduanya akan menentukan pilihan lain pada tahun 2019.

"Jika tidak mereka akan cari jalan lain. Kalau ada tanda umum kita belum menemukan gejala di garisbawahi Prabowo minggir atau dorong orang. Kondisinya secara umum hubungan dengan Demokrat dan yang lain bisa saja," kata Abbas.

Untuk diketahui, surat DKP yang pernah beredar bertuliskan salah satu kesalahan Prabowo melaksanakan pengedalian operasi dalam rangka stabilitas nasional, namun operasi tersebut bukan kewenangannya melainkan Panglima ABRI. Prabowo juga tak pernah memberikan izin saat sering ke luar negeri kepada KSAD maupun Panglima ABRI. (dtc/mfb)

BACA JUGA: