JAKARTA - Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR menolak rencana pemerintah memindahkan ibu kota negara ke Kalimantan Timur (Kaltim). PKS menilai kajian pemerintahan tentang pemindahan ibu kota negara tidak lengkap. PKS pun memberikan alasan penolakan.

"Senin dibacakan di paripurna. (Fraksi PKS) menolak pemindahan ibu kota. Kami memandang bahwa rencana pemindahan ibu kota ini terlihat terburu-buru dan tidak dilakukan dengan kajian mendalam," kata anggota Panitia Khusus (Pansus) dari Fraksi PKS Mardani Ali Sera kepada Gresnews.com, Sabtu (28/9).

Ia mengatakan ada delapan alasan mengapa PKS menolak pemindahan ibu kota. Pertama, rencana yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 baru dalam bentuk konsep rencana teknokratik. Artinya, RPJMN 2020-2024 ini belum menjadi dokumen perencanaan yang disahkan dalam bentuk peraturan presiden.

Kedua, dokumen kajian yang disampaikan Menteri PPN/Bappenas terkait penentuan lokasi masih dangkal dan sempit. Dangkal karena data dan kajian yang disajikan tidak memuat hitungan dan kalkulasi secara detail serta analisis mendalam berdasarkan berbagai teori. Sempit karena perspektif yang lebih mengemuka adalah dari sisi ekonomi. Dari perspektif politik, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan tidak banyak disinggung.

Ketiga, persoalan sumber daya manusia para aparatur negara (ASN) akan ikut terdampak. Kemungkinan besar satu juta di antaranya harus ikut pindah ke ibu kota baru. Itu tentunya kemungkinan besar akan diikuti oleh kepindahan keluarganya yang akan membutuhkan fasilitas-fasilitas kehidupan, seperti hunian, sekolah, dan rumah sakit.

Keempat, biaya perpindahan ibu kota yang tidak sedikit jumlahnya. Pemerintah mengklaim biaya perpindahan ibu kota mencapai Rp466 triliun dan hanya 19% menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Meski begitu, hal tersebut tentu saja akan berdampak serius kepada keuangan negara.

Kelima, dari aspek distribusi produk domestik bruto (PDB) Indonesia tahun 2018, sebagian besar di Jawa terutama di DKI menyumbang 17,3% dan Kalimantan Timur hanya sekitar 4,26%. Pola demikian sudah terjadi sejak lama. Pemerintah ibu kota negara baru sulit untuk menyeimbangkan kontribusi per provinsi karena stimulan ekonominya berbeda.

Keenam, Pulau Kalimantan termasuk Kalimantan Timur di dalamnya, selama ini dikenal sebagai paru-paru dunia karena luasnya hutan tropis di pulau tersebut mencapai 40,8 juta hektare. Kalimantan Timur sendiri menyumbang 12,6 juta hektare (31%). Walaupun konsep yang ditawarkan pemerintah dalam wacana pemindahan ibu kota ini adalah kota hutan seperti di London, PKS memandang belum ada konsep utuh yang ditawarkan pemerintah untuk mewujudkan hal tersebut.

Ketujuh, soal alasan pemerintah yang menyebut Jakarta dianggap sudah tidak layak menjadi ibu kota mengingat banyaknya masalah perkotaan seperti kemacetan, polusi udara, banjir, dan sampah. PKS mengusulkan agar selain ada kajian dan kebijakan teknis pemindahan ibu kota, Pemerintah juga harus membuat membuat kebijakan strategis nasional untuk penyelesaian masalah perkotaan DKI Jakarta yang disusun bersama daerah setempat, para akademisi, dan aliansi masyarakat.

Kedelapan, dari sisi pertahanan pemerintah perlu mempertimbangkan posisi Kalimantan Timur yang berdekatan secara geografis dengan Laut Tiongkok Selatan (LTS) karena sedang menjadi perairan sengketa antara China dan lima negara Asia lainnya. Perairan ini juga merupakan arena persaingan global antara Amerika Serikat dengan negara-negara sekutunya. (G-2)

 

BACA JUGA: