JAKARTA - Presiden Joko Widodo pernah menekankan pentingnya zakat untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi. Pengelolaan dana amal tersebut diharapkan dapat membantu mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) mencatat, zakat yang terkumpul sepanjang 2018 sebesar Rp8,1 triliun. Tentu saja angka itu relatif sangat kecil dibandingkan dengan potensi yang diperkirakan mencapai 1,75% dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau sekitarRp 232 triliun. Agar penghimpunan zakat, infak, dan sedekah (ZIS) bisa lebih optimal maka dilakukan melalui layanan digital (digital fundrising). Program yang bergulir sejak 2016 itu diperkuat dengan kehadiran tim khusus yang banyak diisi oleh tenaga muda kreatif.

Manajer Penghimpunan Digital Baznas Hafiza Elvira Nofitariani menjelaskan salah satu hal yang penting dalam digital fundraising adalah mempersiapkan pola pikir (mindset). "Selain itu juga produknya seperti apa, penampilan, sikap yang hangat, dan jarak dijaga, serta bangunlah kenyamanan dan kepercayaan terhadap calon donatur," kata Hafiza dalam pelatihan Digital Fundraising bersama Baznas RI yang dihadiri oleh Gresnews.com, Sabtu (24/8) 

Ia menjelaskan dalam melakukan digital fundraising perlu juga mengetahui posisi lembaga serta mencermati kebutuhan donatur itu. Lantaran karakter donatur bermacam-macam. Ada yang bicara data, ada yang rekomendasi, ada yang egois.

"Tipe orang egois seperti ini harus disentuh pada emosionalnya. Di samping itu juga kita harus menjaga kenyamanan melanjutkan proses komunikasi donatur, baik melalui media sosial atau secara langsung," ungkapnya. (G-2)

BACA JUGA: