JAKARTA, GRESNEWS.COM - Kasus penyerangan rumah direktur Galang Press Julius Feicianus yang sedang melakukan ibadah pada Kamis (29/5) dan penyerengan gereja pada Minggu (1/6) kemarin di Sleman, Yogyakarta, diduga didalangi kelompok terduga teroris eks kerusuhan Ambon dan Poso. Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane mengatakan, Polri perlu mencermati situasi di Yogjakarta pasca peristiwa tersebut.

"Sebab saat ini di Yogya banyak terlihat tokoh-tokoh eks kerusuhan Maluku dan Poso," kata Neta dalam pernyataan tertulis yang diterima redaksi Gresnews.com, Senin (2/6).

Kata Neta, dari pantauan IPW, orang-orang yang pernah terlibat dalam kerusuhan sosial di Maluku dan Poso itu berada di sekitar kawasan Sleman. Beberapa di antaranya terlihat ikut dalam aksi penyerbuan, perusakan, dan pengeroyokan terhadap Julius Felicianus.

Rumah pimpinan relawan Jokowi-JK di Perum YKPN Tanjungsari, Sleman itu Kamis (29/5) malam dirusak puluhan orang berjubah dan delapan di antaranya mengeroyok Julius. Saat itu, di rumah Julius sedang berlangsung acara doa rutin Rosario kelompok umat Kristiani Santo Fransicus Agung Gereja Banteng.

Penyerangan itu menimbulkan keresahan bagi warga Yogyakarta, saat ini. Apalagi aksi itu dilakukan menjelang Pilpres 2014 dan korbannya adalah pimpinan Relawan Capres Jokowi-JK di Jogja. "IPW mendesak Polri agar bekerja serius dan cepat dalam mengungkap kasus ini. Saat ini baru satu tersangka yang ditahan polisi, sementara tujuh lainnya masih berkeliaran," ujar Neta.

Dari penelusuran IPW, ketujuh pelaku bersembunyi di salah satu pusat pendidikan keagamaan di Sleman. Polda DIY, kata Neta, sepertinya masih ragu untuk menangkapnya. Untuk itu IPW berharap Mabes Polri segera menurunkan tim khusus dan mendesak agar pimpinan pusat pendidikan keagamaan itu segera menyerahkan ketujuh tersangka agar kasusnya bisa
segera dituntaskan.

Beberapa di antara tersangka diketahui pernah terlibat dalam kerusuhan sosial di Maluku dan Poso. "Polri perlu bekerja cepat agar situasi kamtibmas Yogya menjelang Pilpres 2014 tetap
terjaga dan kerusuhan seperti di Maluku dan Poso tidak terjadi di Yogya," ujar Neta.

Seperti diberitakan sebelumnya pasca penyerangan rumah Julius, penyerangan serupa kembali tejadi. Puluhan orang tak dikenal melakukan perusakan sebuah gereja di Sleman, Minggu (1/6). Massa menganggap gereja Kristen yang ada di wilayah Panggukan, Desa Tridadi, Kecamatan Sleman tidak berizin.

Perusakan terjadi seusai kebaktian yang dilakukan pagi hari. Massa dari luar wilayah kecamatan Sleman datang menggunakan sepeda motor. Mereka memprotes rumah milik pendeta NL yang digunakan tempat kebaktian itu tidak berizin.

Berdasarkan keterangan yang dihimpun di lapangan, gereja yang berada di halaman pendeta itu sudah diprotes warga sejak tahun 2012. Bahkan pada tahun lalu pemerintah kabupaten Sleman telah menyegelnya. Namun kemudian digunakan kebaktian lagi. Beberapa orang yang tergabung dalam ormas Islam menyatakan protes. "Ini sudah diprotes lama tapi digunakan lagi sejak awal tahun lalu," kata salah satu saksi mata Dullah.

Setelah jemaat pergi meninggalkan lokasi, gereja kemudian dijaga aparat kepolisian resor Sleman bersama Kodim Sleman. Namun kemudian puluhan massa yang sebagian besar mengenakan penutup wajah seperti kain kafiyeh itu datang lagi sekitar pukul 13.30 WIB. Mereka langsung memasuki halaman gereja dan melakukan perusakan.

Beberapa orang massa ada yang terlihat membawa senjata tajam dan pentungan. Namun tidak ada tindakan dari aparat keamanan. Saat aparat keamanan mau masuk halaman justru dihalang-halangi oleh massa yang berjaga-jaga. Beberapa orang massa sempat melakukan perusakan dengan memecah kaca jendela dan pintu dengan palu dan batu.

Rumah pendeta NL yang berada di samping gereja yang telah kosong ditinggal pemiliknya itu rusak. Saat kejadian bupati Sleman, Sri Purnomo juga tiba di lokasi namun tidak mampu menghentikannya. (dtc)

BACA JUGA: