JAKARTA - Peneliti Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), Wahyudi Djafar, mengungkapkan 2012 adalah tahun buram bagi para petani, pasalnya petani menjadi korban kekerasan fisik terbanyak dalam konflik lahan perkebunan yang terjadi.

Dia menjelaskan, berdasarkan catatan ELSAM selama 2012, untuk sektor perkebunan terdapat 59 konflik masyarakat dengan perusahaan perkebunan, di mana konflik berbentuk bentrokan horizontal antara petani atau warga setempat dengan buruh perusahaan perkebunan atau aparat keamanan (kepolisian).

"Akibat konflik ini, korban terbanyak adalah warga petani sebanyak 48 petani atau sebesar 39%," katanya, di Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (9/1).

Dia menambahkan, perusahaan perkebunan yang terlibat dalam konflik perkebunan/lahan mayoritas adalah perusahaan swasta.

Dari 44 perusahaan yang teridentifikasi oleh ELSAM, ada sebanyak 39 perusahaan swasta yang terlibat dalam konflik lahan perkebunan. Sedangkan perusahaan perkebunan negara yang terlibat hanya 5 perusahaan.

"Yakni, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) II, PTPN IV, PTPN V, PTPN VII, dan Perum Perhutani. Selain dengan perusahaan, konflik juga melibatkan Pusat Koprasi Angkatan Darat (Puskopad) ADAM V Briwijaya, Taman Nasional Bukit Barisan, dan Bandar Udara Mopah, di Merauke, Papua," jelasnya.

Menurut Wahyudi, terjadinya konflik lahan perkebunan dikarenakan minimnya proses penyelesaian sengketa yang adil. "Ada beberapa solusi yang telah diberikan, namun konsep penyelesaian hingga kini belum diadopsi dan dijalankan, seperti pembentukan komisi khusus dalam penyelesaian masalah agraria," tandasnya.

BACA JUGA: