JAKARTA, GRESNEWS.COM - Jajaran Bareskrim Mabes Polri bekerjasama dengan Polda Bali, Polda Metro Jaya, Polda Jawa Timur dan kepolisian China berhasil membongkar jaringan Warga Negara China pelaku kejahatan siber di Bali, Surabaya dan Jakarta. Jaringan pertama yang dibongkar adalah jaringan yang berada di Bali. Pihak kepolisian RI dan China menggerebek sebuah rumah mewah di Benoa, Bali, Sabtu (29/7).

Rumah tersebut ternyata telah dimodifikasi menjadi semacam kantor untuk penipuan via telepon di China. Rumah yang digrebek itu beralamat di Jl Puri Bendesa, Kuta Selatan, Badung, Bali. Penggerebekan dimulai sekitar pukul 14.30 Wita dan beberapa orang dari dalam rumah mencoba kabur. Seorang wanita dari dalam rumah mengalami luka-luka di lutut karena mencoba melarikan diri dan menabrak kaca.

Total personel yang melakukan penggerebekan sebanyak 38 personel gabungan. Sebelas personel berasal dari Mabes Polri, 21 personel dari Polda Bali, dan 6 personel dari kepolisian China. Total penghuni rumah yang diduga sebagai pelaku penipuan online via telepon ini sebanyak 28 orang.

Penggerebekan ini mengamankan 29 orang dengan 18 warga negara China, 10 warga negara Taiwan, dan 1 warga negara Indonesia. Disebutkan, mereka sudah melakukan penipuan di China dari Bali ini selama satu tahun.

"Penipuan online, jadi dia di sini telepon ke China dan Taiwan sana. Salah satu modusnya bilang anak atau kerabat calon korban ditangkap polisi terlibat narkoba, lalu minta uang," kata Direktur Reskrimsus Polda Bali Kombes Kennedy.

Bangunan tiga lantai itu dimodifikasi menjadi mirip kantor, yakni puluhan meja di dua lantai dengan telepon rumah di setiap meja. Modifikasi juga dilakukan di jendela rumah serta ruang utama lantai 1 dan 2 yang dibuat bersekat-sekat.

Kemudian kamera CCTV juga dipasang di area menghadap jalan dan sekitar 24 meja berukuran 50x100 cm dijejerkan di lantai satu dari rumah dua lantai itu. Beberapa tembok dipasangi papan putih yang ditulis dengan huruf China.

"Ini bangunan ketika digerebek dalam keadaan terkunci semua. Pas digerebek ada yang mau loncat dan ada yang menabrak kaca. Jendela semua dipasang peredam suara. Mereka telepon korbannya di sini, korbannya mengirim uang di sana," ucap Kennedy.

Pada saat yang hampir bersamaan, polisi juga menggerebek empat rumah mewah di Perumahan Graha Family. masing masing di Blok N1, E58 E68, M21 sekitar pukul 17.00 WIB.
Sebanyak 93 pelaku yang diamankan terdiri 26 perempuan sisanya laki-laki. Mereka berasal dari 33 orang asal China, 1 Malaysia dan sisanya dari Taiwan. Lokasi yang digerebek sebagai lokasi kejahatan siber internasional baru disewa 2 bulan oleh pelaku.

Kemudian, aparat Bareskrim Polri juga menggerebek rumah mewah di Pondok Indah, Jakarta Selatan yang juga dihuni warga negara China yang diduga melakukan kejahatan siber internasional. Dari lokasi di Pondok Indah, aparat kepolisian berhasil menangkap WN China berjumlah 25 orang, terdiri atas 12 perempuan dan 13 laki-laki.

Polisi juga menyita beberapa barang bukti diantaranya enam laptop, tiga kalkulator, dua unit layar komputer, tujuh wireless, 32 tablet, sejumlah kartu identitas dan kartu kredit. Penggerebekan di Bali dan Jakarta ini sendiri dilakukan setelah pihak kepolisian China, menerima sejumlah aduan penipuan dan pemerasan. Pihak kepolisian China akhirnya melacak dan menemukan lokasi pelaku di Indonesia, seperti di Bali, Surabaya, dan Jakarta.

Terkait penggerebekan di Jakarta, Wadirkrimum Polda Metro Jaya AKBP Didik Sugiarto mengatakan, mereka melakukan operasi kejahatan yang sama. "Operasinya sama. Kita juga sedang melakukan identifikasi apakah yang di Surabaya, Jakarta dan Bali itu merupakan satu kesatuan, yang penting tetap koordinasi," ujarnya.

Polisi masih melakukan pendalaman dari modus yang dilakukan pelaku. Polisi juga akan melakukan konstruksi peristiwa sesuai aturan hukum yang berlaku di Indonesia.

"Nah masih dilakukan identifikasi, modusnya apa, jadi salah satu materi kita. Ini masih kita telisik, nanti ada hukum Indonesia yang mengatur, kita lakukan konstruksi peristiwa, peran masing-masing orang yang ada di TKP dan kerja sama siapa aja," kata Didik.

Kepolisian belum mengetahui pemimpin WN China yang ditangkap di Pondok Indah, Bali, dan Surabaya. Polisi terkendala pelaku yang tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia saat pemeriksaan. WN China tersebut kini diamankan di Polda Metro Jaya.

"Belum tau ya (siapa pemimpinnya) masih kita lakukan pengungkapan, kita juga ada kendala karena mereka menggunakan bahasa sana (China) makanya kita lakukan pemeriksaan," imbuh Didik.

KORBAN JUGA WN CHINA - Terkait korban kejahatan, AKBP Didik Sugiarto mengatakan, korban kejahatan para WN China itu adalah sesama WN China juga. Ke-29 orang tersebut diduga melakukan penipuan atau pemerasan terhadap korban, yang merupakan warga negara China yang tinggal di China. Hingga saat ini polisi belum menemukan ada korban yang merupakan warga negara Indonesia.

"Sejauh ini kita masih melakukan proses identifikasi, (kami) belum dapat menyimpulkan apakah ada korban-korban di Indonesia. Dari data yang kita terima dari kepolisian China bahwa korban ada di China dan pelakunya ada di Indonesia, dan memang benar saat ini penindakan kita temukan ada aktivitasnya," ucapnya.

Didik polisi tidak menutup kemungkinan ada korban lain yang berasal dari Indonesia. "Informasi hasil pemeriksaan awal, korban kejahatan adalah WN China. Namun masih didalami apa ada korban lain dari Indonesia atau lainnya," tuturnya.

Didik menyebutkan para pelaku telah beroperasi sejak Maret 2017 lalu. Pihaknya mengatakan terus melakukan penyelidikan atas kasus tersebut. "Mereka melakukan ini sejak awal bulan maret 2017. Mereka rata-rata datang ke sini pada bulan Maret," katanya.

"Saat ini kepolisian China dan Indonesia tengah melakukan identifikasi, melakukan pemeriksaan forensik untuk mengetahui siapa-siapa saja yang menjadi korban kejahatan siber ini," tuturnya.

Didik juga mengatakan, polisi akan menyerahkan proses hukum WN asing tersebut ke kepolisian China. "Kasus macam ini sudah beberapa kali atas kerja sama dengan polisi China, Taiwan kita tentunya saling kerja sama. Informasi yang diberikan negara-negara lain di info sangat diperlukan. Kejadian-kejadian ini proses hukum kita serahkan ke pihak China, Taiwan untuk diproses di sana," katanya.

Terkait modus kejahatan, Kepala Tim Tindak Satgas Khusus Mabes Polri AKBP Susatyo Purnomo Condro mengatakan, para pelaku kejahatan siber tersebut mempunyai peran mulai mengintip harta calon korban hingga berperan sebagai aparat hukum. Tugas-tugas rtersebut dibagi dalam empat level. "Mereka terdiri beberapa level, mulai 1 hingga 4 yang berada di 4 rumah berbeda," kata AKBP Susatyo Purnomo Condro.

Susatyo menjelaskan, level terendah bertugas mengintip kekayaan dan mencari tahu profil calon korban mereka. "Setelah melakukan profiling dengan menggunakan ilegal akses di level 1, kemudian level berikutnya mengisukan pada korban jika telah melakukan tindak pidana. Level selanjutnya melakukan aksi penipuan dengan berperan sebagai petugas hingga korban menyerahkan uang agar kasus yang di skenariokan komplotan pelaku agar tidak berlanjut," ungkap Susatyo.

Susatyo menambahkan, para pelaku yang digrebek di beberapa lokasi yakni di Bali, Jakarta dan Surabaya merupakan satu jaringan. "Sekarang lagi kita data dan inventaris. Hanya para pelaku tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, bahasa Inggris juga tidak bisa," ujar dia. (dtc)

BACA JUGA: