JAKARTA, GRESNEWS.COM — Ditunjuknya Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Andalas, Padang, Saldi Isra, sebagai hakim Mahkamah Konstitusi (MK) menggantikan Patrialis Akbar disambut dengan penuh suka-cita oleh banyak pihak. Anggota panitia seleksi (pansel) calon hakim MK Todung Mulya Lubis menyampaikan, pihaknya bersyukur karena Presiden Joko Widodo akhirnya memilih sosok Saldi yang notabene mendapat nilai tertinggi sepanjang proses seleksi.

Padahal, kata Todung, Jokowi punya hak prerogatif untuk menentukan pilihannya sendiri, terlepas dari hasil yang disodorkan pansel. "Syukur Pak Presiden memilih berdasarkan ranking. Saldi adalah calon hakim MK yang paling memuaskan saya dan kawan-kawan yang lain (tim pansel-red)," kata Todung kepada gresnews.com, Minggu (9/4).

Diketahui, saat menyerahkan tiga nama calon hakim MK kepada Jokowi pada Senin (3/4) lalu, nama Saldi Isra berada di urutan pertama sebagai peraih nilai tertinggi. Di bawahnya, ada dosen Universitas Nusa Cendana Bernard L Tanya, dan pensiunan Kementerian Hukum dan HAM Wicipto Setiadi.

Sebelumnya, dalam beberapa kesempatan, Todung kerap bicara, persoalan yang dihadapi MK saat ini adalah persoalan integritas. Kepercayaan publik kepada MK cenderung menurun seiring ditangkapnya dua hakim lembaga tersebut—Akil Mochtar dan Patrialis Akbar—oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Disinggung apakah sosok Saldi merupakan sosok berintegeritas dan dengan demikian mampu mengembalikan marwah MK pada posisi yang semestinya, Todung menjawab pertanyaan tersebut merupakan harapan semua orang.

"Saldi dikenal sebagai ahli hukum tata negara, masih relatif muda karena baru berusia 49 tahun, banyak menulis di media dan dikenal cukup baik, serta punya reputasi yang bagus. Mudah-mudahan kehadiran Saldi bisa memberikan warna tersendiri buat MK," katanya.

Hal senada disampaikan Ketua KoDE Inisiatif Veri Junaidi. Menurut sosok yang terbilang sering bolak-balik berperkara di MK ini, Saldi Isra lebih dari sekadar ahli hukum tata negara. Veri menambahkan, Saldi adalah aktivis antikorupsi yang komitmennya terhadap pemberantasan korupsi cukup bisa diandalkan. Komitmen antikorupsi menjadi nilai tambah bagi Saldi mengingat jatuhnya marwah MK jelas-jelas disebabkan kejahatan tersebut.

Diketahui, atas usahanya dalam melawan korupsi, Saldi meraih Bung Hatta Anti-Corruption Award pada 2004 serta disebut sebagai Pahlawan Muda Bidang Pemberantasan Korupsi versi Megawati Soekarnoputri Award 2012. "Pemikiran Saldi juga cukup progresif. Oleh karena itu kita semua berharap dan cukup yakin bahwa Saldi akan memberikan warna untuk MK. Harapan lain, dia juga mampu mengangkat kembali marwah MK," kata Veri kepada gresnews.com, Minggu (9/4).

TIDAK MENGEJUTKAN — Sementara itu, pakar hukum tata negara Margarito Kamis menyebutkan, terpilihnya sosok Saldi Isra sebagai hakim MK bukanlah hal yang mengejutkan. Pasalnya, dibanding semua kandidat yang ada—tanpa maksud menganggap remeh kompetensi mereka—sosok Saldi memang sudah terlihat paling menonjol. Pun, di lain sisi, pria asal Minang ini dikenal punya kedekatan dengan Presiden Jokowi.

"Kita kan tahu Pak Saldi ini, teman saya ini, dalam pemerintahan Jokowi pernah menjadi Ketua Pansel hakim MK dan Ketua Pansel KPU beberapa waktu lalu. Dua hal itu tentu saja menunjukkan bahwa Presiden Jokowi percaya kepada beliau ini. Dan atas kepercayaan itu, pilihan presiden kepada beliau saya kira sudah tepat," kata Margarito kepada gresnews.com, Minggu (9/4).

Margarito juga menjelaskan, sepanjang pergumulan pribadinya dengan Saldi Isra, dia memandang Saldi merupakan sosok yang tidak punya bakat untuk membicarakan kekurangan orang lain. Di sisi lain, menurut Margarito, peraih gelar cum laude pada program doktoral Universitas Gadjah Mada tersebut juga bisa dibilang tidak punya perasaan iri terhadap orang lain.

Dua hal itulah yang disebut Margarito sebagai modal berharga bagi Saldi untuk menduduki kursi hakim konstitusi. "Dari sisi akademik, beliau sangat kuat dengan pendekatan sosiologis," terang Margarito.

Hanya, disinggung soal harapan publik terhadap Saldi—di mana yang bersangkutan diharapkan dapat turut serta mengembalikan marwah MK—Margarito mengingatkan bahwa tanggungjawab atas hal itu merupakan tanggungjawab bersama, bukan tanggungjawab hakim pengganti Patrialis Akbar semata.

"Jangan lupa, beliau cuma 1 dari 9 orang. Bukan satu-satunya. Beliau juga bukan pemimpin MK pada saat ini. Ketuanya kan masih Pak Arief. Entah kalau nanti beliau yang jadi ketua," katanya.

Namun demikian, Margarito percaya bahwa Saldi Isra akan mengerahkan segenap kemampuannya bukan hanya dalam konteks memeriksa dan memutus perkara. Kekurangan-kekurangan yang selama ini ada di MK, misalnya persoalan birokrasi atau alur penanganan berkas perkara (dimana kasus hilangnya berkas Kabupaten Dogiyai dapat dibilang sebagai salah satu bukti lemahnya sistem penanganan perkara di MK saat ini), sedikit banyak akan turut menjadi perhatian Saldi.

"Saya tidak tahu bagaimana beliau mengeluarkan energinya untuk mengontrol elemen-elemen itu. Tetapi saya yakin beliau punya pikiran untuk mengembangkan semuanya menjadi lebih tertib, lebih memberikan kepastian kepada semua orang, terutama kepada pemohon pengujian perkara di MK. Saya yakin itu yang beliau akan lakukan. Di samping beliau juga harus punya kemampuan untuk meyakinkan teman-teman lain yang ada di MK," papar Margarito.

Rekan sejawat Saldi Isra di Pusat Studi Konstitusi (PusaKo) Universitas Andalas Feri Amsari juga menyebut kehadiran Saldi Isra. Masuknya Saldi di MK memang diharapkan mampu menyuntikkan semangat perubahan ke arah yang lebih baik. Namun demikian, Feri menegaskan, hal itu bukanlah tanggungjawab Saldi seorang.

"Agar MK mampu benar-benar berbenah, itu bukan pekerjaan satu orang tapi butuh kerjasama semua pihak baik hakim maupun pegawai," kata Feri kepada gresnews.com, Minggu (9/4).

ORANG DEKAT — Seperti halnya pihak lain, Juru Bicara MK Fajar Laksono juga menyambut baik dipilihnya Saldi Isra oleh Presiden Jokowi. Menurut Fajar, jika memang Saldi adalah sosok yang dipilih Jokowi, hal tersebut tentu menjadi kabar gembira bagi semua kalangan, terutama bagi MK.

"Secara resmi, MK belum menerima surat atau salinan Keppres. Tapi jika benar Prof Saldi yang dipilih, sekaranglah giliran Prof Saldi untuk turut bersama-sama dengan MK menghadapi tantangan-tantangan MK hari ini dan di masa mendatang--dalam kapasitas sebagai ´orang dalam´, bukan lagi ´orang luar´. Selamat jika benar Prof Saldi yang dipilih," kata Fajar kepada gresnews.com, Minggu (9/4).

Diketahui, jauh sebelum mengikuti seleksi calon hakim MK, Saldi Isra bukanlah sosok yang asing dengan MK. Pada diskusi publik "MK Mendengar: Ikhtiar Menjaga Integritas dan Profesionalitas" yang digelar di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Kamis (9/3) lalu, Saldi sendiri mengakui bahwa sejak 2008 dirinya merupakan orang yang dekat dengan MK.

Diminta masukan untuk MK, Saldi menyebut bahwa salah satu kelemahan MK selama ini adalah MK terlalu terbuka sehingga begitu mudah diakses oleh banyak pihak. "Kasus Pak Akil itu menjadi contoh baik. Ada orang biasa berani datang ke ruang MK, duduk di kursi dan berfoto di sana. Bagi orang yang memiliki naluri menjual pengaruh, gampang sekali memperlihatkan foto itu kepada banyak orang seolah untuk membuktikan bahwa dirinya dekat dengan MK," kata Saldi.

Lantaran itulah Saldi menyarankan, MK harus tegas menentukan mana ruang yang bisa diakses pihak luar dan mana ruang yang tidak bisa dimasuki siapa pun kecuali oleh hakim. Sebagai tambahan, diketahui, kasus suap yang menjerat Patrialis Akbar sedikit banyak dilakukan di ruang Patrialis sendiri. " Harus ada ruang khusus yang tidak boleh dikunjungi oleh siapapun, kecuali hakim. Oleh karena itu mulai sekarang MK harus membatasi diri dengan ketat," saran Saldi.

Tak lama setelah itu, dalam konferensi pers yang digelar pada Rabu (22/3) lalu, Ketua MK Arief Hidayat menjelaskan, MK sudah melaksanakan apa-apa yang disarankan sejumlah tokoh dalam kegiatan "MK Mendengar" itu. Tak terkecuali saran Saldi.

"Kemarin ada disebut bahwa MK terlalu terbuka. Saat ini, saya nyatakan bahwa lantai 15 harus steril. Tidak boleh ada yang masuk ke sana selain hakim. Kalau pun ada perlu dengan wartawan, biar saya yang turun ketemu di bawah," kata Arief.

Kembali pada dugaan bahwa dipilihnya sosok Saldi Isra, sebagaimana disebutkan di atas, sedikit banyak disebabkan juga oleh kedekatan yang bersangkutan dengan Jokowi, Margarito Kamis menyebut hal tersebut bukanlah suatu persoalan. Menurut pria asal Ternate tersebut, para hakim di Amerika Serikat sendiri kerap dipilih dan ditentukan oleh dua hal mendasar, yakni persoalan selesksi-prosedural serta hubungan pertemanan dengan presiden.

"Itu ada bukunya. Jadi dua soal itu yang menentukan dipilihnya seorang hakim. Karena itu, sekali lagi saya ingin mengatakan bahwa presiden tidak salah memilih orang yang sudah beliau kenal, beliau yakin pada orang itu. Justru konyol kalau presiden memilih orang yang tidak beliau kenal. Kedekatan Jokowi dengan Saldi oke-oke saja," pungkasnya. (gresnews.com/zulkifli songyanan)

 

BACA JUGA: