JAKARTA, GRESNEWS.COM - Krisis listrik di Sumatera Utara masih terus berlangsung. Mati lampu pun sering terjadi layaknya minum obat, tiga kali sehari di wilayah Sumatera Utara.

Warga kota Medan, Sumatera Utara, Elis geram karena aktivitasnya sebagai ibu-ibu rumah tangga seperti menanak nasi, mencuci dan menyetrika menjadi terganggu. Apalagi pemadaman sering dilakukan tiba-tiba tanpa ada sosialisasi lebih dulu.

Menurutnya dengan adanya sosialisasi, ibu-ibu rumah tangga dapat mempersiapkan segala sesuatunya agar pekerjaan rumah tangganya tidak terganggu. "Banyak pakaian yang belum tercuci, pakaian yang belum disetrika pun menjadi banyak. Kami jadi susah," kata Elis kepada Gresnews.com, Jakarta, Jumat (7/3).

Keluhan Elis itu sampai juga ke telinga Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan hingga ia pun turun tangan. Dahlan memberikan instruksi kepada PT Perusahaan Listrik Negara/PLN (Persero) dengan lima BUMN Karya membangun transmisi listrik untuk mengaliri listrik dari Sumatera Selatan ke Sumatera Utara dengan kapasitas 500 Kilo Volt (KV).  

Pembangunan 500 KV disepanjang Sumatera sama dengan sistem di Jawa dari Paiton, Jawa Timur hingga Suralaya, Jawa Barat. Artinya, sistem 500 KV dapat mengalirkan 2000 Mega Watt. Dahlan menilai langkah itu diambil lantaran harga listrik didaerah Sumatera Selatan tergolong cukup dan murah. Dengan demikian lebih effisien bila listrik di Sumatera Selatan dialirkan ke Sumatera Utara.

Kelima BUMN karya tersebut diantaranya PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), PT Hutama Karya (Persero), PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), dan PT PP (PTPP).

"Aliran itu supaya wilayah Sumatera Utara tidak mengalami kesulitan listrik," kata Dahlan, Jakarta, Jumat (7/3).

Dia mengatakan pembangunan jalur transmisi dari Sumatera Selatan ke Sumatera Utara sepanjang 12.000 kilometer (Km) dengan menghabiskan dana sebesar Rp60 triliun. Dana tersebut berasal dari pinjaman perbankan BUMN.

Dahlan menjelaskan untuk mekanisme konstruksi masing-masing BUMN mengerjakan dua paket, yang ditargetkan pembangunannya selesai selama 2,5 tahun. Sejatinya pembangunan transmisi listrik dari Sumatera Selatan menuju Sumatera Utara pernah direncanakan empat tahun lalu.

Namun rencana tersebut belum dapat terealisasi karena tersendat masalah perizinan lahan. Pembangunan transmisi tersebut melewati hutan sehingga perizinannya sangatlah sulit.

"Saya ingin memberikan terobosan agar listrik di wilayah Selatan itu bisa mengalir ke Utara," kata Dahlan.

Dahlan mengatakan ada keuntungan yang diperoleh dari kerja sama PLN dengan perusahan konstruksi pelat merah dalam membangun transmisi. Transmisi Jambi-Pekanbaru bisa dibangun oleh perusahaan konstruksi milik negara dengan dana US$2 miliar.

Jika pembangunan transmisi ini selesai, harga listrik di Sumatera Utara bisa ditekan mencapai Rp 1.200 per kilowatt jam. Harga ini jauh lebih murah ketimbang biaya saat ini yang mencapai Rp 4.000 per kilowatt jam.

Sementara itu, Direktur Operasi Jawa-Bali-Sumatera PT PLN (Persero), Ngurah Adnyana mengungkapkan pasokan listrik di wilayah Sumatera Utara masih tergolong kurang sehingga pemadaman mati lampu sering terjadi. Apalagi permintaan akan listrik di Wilayah Sumatera Utara terus bertambah dan tidak sebanding dengan pasokannya.

Adnyana mengungkapkan kebutuhan untuk listrik di Sumatera Utara saat ini sudah mencapai 1.650 MW namun kapasitas yang tersedia hanya 1.400 MW. Ia menjelaskan PLN sebenarnya sudah berencana untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Sumatera Utara. Namun pembangunan tersebut tertunda karena faktor pembebasan lahan. Rencananya pembangunan PLTU tersebut berada di Pangkalan Susu.

"Karena jaringan transmisi itu belum bisa dibebaskan lahannya untuk membangun tower di kawasan tersebut," kata Adnyana.

BACA JUGA: