Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom) Arief Yahya meraih penghargaan Marketeer of the Year 2013 pada hari Kamis, 12 Desember 2013 untuk perannya dalam dunia pemasaran. Arief Yahya dinilai sebagai pelaku pemasaran yang berhasil menunjukkan semangat pemasaran secara hebat ditambah dengan kinerja yang bagus meskipun harus menghadapi persaingan yang sulit di era sekarang.

Konsultan pemasaran MarkPlus Inc, Indonesia Marketing Association (IMA) dan majalah pemasaran Marketeers, selaku penyelenggara penghargaan ini, mengumumkan bahwa Arief adalah penerima penghargaan prestisius di bidang pemasaran di tahun 2013 dalam sebuah acara yang bertaburkan para bintang dan tokoh terkemuka bidang pemasaran di Hotel Ritz Carlton di Pacific Place, Jakarta.

Penghargaan ini diberikan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan selaku ketua komite juri didampingi founder MarkPlus Inc. Hermawan Kertajaya kepada Arief dan 17 penerima penghargaan serupa untuk berbagai kategori yang berbeda dalam acara pembukaan MarkPlus Conference ke-8 yang mengusung tema Market-ing in The New New Indonesia, Managing Online/Offline Paradox.

Tema yang diusung dalam konferensi tahunan ini selalu mencerminkan ide dan pemikiran pemasaran untuk setahun ke depan. Tema tersebut diambil karena tidak lepas dari kondisi Indonesia saat ini. Kata market-ing ditulis secara aktif karena selalu mengacu pada dinamika pasar yang senantiasa berkembang dan berubah.

Sebagai penerima penghargaan Marketeer of the Year 2013, Arief kini berada dalam kelompok yang sama dengan para juara pemasaran dari berbagai bidang di Indonesia yang telah mendapatkan penghargaan serupa sejak tahun 2006. Beberapa dari mereka adalah Menteri BUMN Dahlan Iskan, yang meraih penghargaan ini di tahun 2010 saat menjabat sebagai Direktur Utama PLN dan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, Dino Patti Djalal yang menjadi Marketeer of the Year 2012.

Juara pemasaran terbaik lain yang mendapatkan penghargaan serupa adalah rekan Arief sesama pimpinan Badan Usaha Milik Negara yaitu Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar yang menerima penghargaan ini tahun 2009. Dyonisius Betty dari Yamaha Motor Kencana Indonesia adalah penerima pertama penghargaan ini di tahun 2006. Tahun berikutnya adalah giliran pengusaha dan pemilik grup CT Corp, Chairul Tanjung, dan diikuti oleh Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia Sofyan Basir di tahun 2008. Johannes Loman, Wakil Direktur Utama Astra Honda Motor mendapat gelar yang sama di tahun 2011.

Kriteria umum untuk memilih siapa yang pantas mendapat gelar juara adalah melalui prestasi nyata yang berhasil ditorehkannya dalam memasarkan produk kepada konsumen dan masyarakat luas. Namun komite juri juga mempertimbangkan keunikan prestasi yang telah diraih para juara ini di bidangnya masing-masing dan yang membuatnya berbeda dari yang lain. Keunikan dan keunggulan yang dilihat komite juri kepada Arief adalah keberhasilannya dalam menerapkan strategi pemasaran yang disebutnya sebagai Paradox Marketing. Strategi ini mengedepankan sebuah konsep pemasaran yang memanfaatkan polaritas unsur place, product, people dan price (4P), yang saling berlawanan sehingga menciptakan pendekatan yang tidak biasa untuk menciptakan hasil yang luar biasa.

Telkom menjalankan strategi Paradox Marketing dengan menempatkan pola yang tidak biasa dan mengkontradiksikan nilai more for less atau menawarkan produk atau layanan dengan manfaat yang lebih namun pelanggan membayar lebih rendah.

Dalam perjalanannya, Telkom menemukan paradoks ini dalam strateginya, terutama untuk pemasaran dan hal itulah yang terus diterapkan Telkom dalam setiap segmen yang mencakup personal, home, hingga enterprise business. Kerja keras jajaran Telkom membuahkan hasil kinerja keuangan perusahaan yang selalu positif dan selalu mencetak laba dan jumlah yang cukup berarti. Sebagai perbandingan pada laporan keuangan ataupun kinerja keuangan Telkom kuartal III/2013 yang diumumkan Oktober lalu, Telkom berhasil meraih laba bersih Rp 11.057 triliun. Perolehan itu naik 10,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2012 sebesar Rp 10.001 triliun.

Bagi dewan juri, yang patut dicatat dari prestasi Duta Besar Dino tahun lalu adalah keberhasilannya yang "mengesankan" dalam memasarkan Indonesia di luar negeri dengan menyelenggarakan berbagai acara seperti Kongres Diaspora Indonesia ke-1 yang diadakan pada pertengahan 2012 di Los Angeles, Amerika Serikat. Keberhasilan itu juga didukung oleh pernyataan seorang Indonesianis dari Emory University di Amerika Serikat, James Hoesterey yang mengatakan pada majalah Marketeers tahun lalu bahwa Duta Besar Dino memainkan peran yang besar dalam memasarkan Indonesia dengan rebranding negaranya dan menggunakan motto Indonesia yang hybrid, hyper and hip sebagai strategi dalam misi diplomatiknya.

Dahlan menyabet gelar ini karena rela meninggalkan bisnisnya untuk mengabdi kepada negara dengan memimpin PLN dimana dia segera menerapkan strategi bisnis inovatif melalui program sejuta sambungan listrik dalam sehari dan atas keberhasilannya merubah pola hubungan antara konsumen dan produsen dalam bisnis listrik Indonesia. Dewan juri di tahun 2011 memilih Johannes karena prestasinya membawa Honda menjadi pemimpin pasar sepeda motor nasional dan meningkat pangsa pasar Honda menjadi 53 persen di tahun 2011 dari 46 persen di tahun sebelumnya.

Penghargaan tahunan Marketeer of the Year diberikan pertama kali pada tahun 2006 oleh MarkPlus, Inc bekerja sama dengan IMA dan majalah Marketeers kepada figur-figur terkemuka bidang pemasaran di Indonesia yang telah berhasil menunjukkan "semangat pemasaran" yang luar biasa dan menjadi panutan di bidangnya. Para juara pemasaran juga harus sudah mempunyai rekam jejak yang terbukti dalam menimbulkan dampak positif dan kontribusi yang signifikan pada bidangnya, konsumennya dan masyarakat pada umumnya. Penghargaan ini dianugerahkan dalam suatu upacara pada saat pembukaan acara tahunan MarkPlus Conference yang mengumumkan prediksi pemasaran di Indonesia untuk tahun berikutnya.

(Advertorial)

BACA JUGA: