-
Mau jadi Importir? Ini Syaratnya
Jum'at, 27/04/2018 01:18 WIBVideo yang wajib ditonton bagi Anda yang berhubungan dengan ekspor impor atau berminat menjadi importir.
Perhatikan Aturan ini Ketika Berurusan dengan Ekspor
Jum'at, 23/03/2018 07:30 WIBEkspor impor adalah hal yang biasa terjadi dalam rantai perdagangan dunia saat ini. Bagaimana ketentuan hukum di Indonesia mengaturnya?
Simak dalam video berikut ini.
Kinerja Ekspor Indonesia Terus Tumbuh, Indikasi Membaiknya Perekonomian Global
Sabtu, 19/08/2017 09:00 WIBJAKARTA, GRESNEWS.COM - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menegaskan kinerja ekspor bulan Juli 2017 tercatat meningkat sebesar 16,8% dibanding bulan sebelumnya (MoM), sehingga menjadi US$13,6 miliar. Peningkatan tersebut didukung oleh kenaikan ekspor nonmigas sebesar 19,9%, sedangkan ekspor migas turun 7,8%.
"Kinerja ekspor Indonesia yang terus tumbuh pada pertengahan tahun ini menunjukkan indikasi positif bahwa perekonomian global telah membaik," jelas Enggar dalam siaran pers yang diterima gresnews.com, Sabtu (19/8).
Negara-negara penyumbang surplus nonmigas terbesar pada bulan Juli 2017 dengan jumlah mencapai US$17,2 miliar yaitu India, Amerika Serikat, Filipina, Pakistan, dan Belanda. Sedangkan mitra dagang yang menyebabkan defisit terbesar yang jumlahnya mencapai US$13,4 miliar yaitu China, Thailand, Australia, Korea Selatan, dan Argentina.
Kinerja ekspor bulan Juli 2017 ini, lanjut Mendag, memberikan kontribusi terhadap kinerja perdagangan kumulatif Januari-Juli 2017 yang menghasilkan surplus US$7,4 miliar. Surplus ini dihasilkan dari surplus perdagangan nonmigas yang mencapai US$12 miliar dikurangi defisit perdagangan migas sebesar US$4,6 miliar. "Surplus ini jauh lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar US$4,8 milliar," ungkap Mendag.
Ekspor selama Januari-Juli 2017 masih mengalami peningkatan sebesar 17,3% atau menjadi US$93,6 miliar. Peningkatan ekspor selama periode tersebut didorong oleh penguatan ekspor nonmigas 7,4% menjadi sebesar US$84,8 miliar dan kenaikan ekspor migas 16,9% menjadi sebesar US$8,8 miliar.
Menurut Enggar, ekspor ke beberapa negara mitra dagang di sektor nonmigas selama Januari-Juli 2017 menunjukkan kinerja yang baik. Pada periode tersebut, ekspor nonmigas ke India, China, dan Spanyol naik signifikan dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 55,7%; 53,1% dan 42,6% (YoY).
Sementara itu, produk yang nilai ekspornya naik tinggi pada Januari-Juli 2017 antara lain besi dan baja (76,9%), timah (62,4%), karet dan barang dari karet (54,0%), bahan bakar mineral/ batu bara (52,3%) bahan kimia organik (42,2%), kopi, teh dan rempah (39,6 %), berbagai produk kimia (25,8%), dan kendaraan bermotor dan bagiannya (22,1%).
Enggar juga menyampaikan bahwa beberapa negara ekonomi besar dunia yang menjadi tujuan utama ekspor Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi positif di tahun 2017 ini. Sebagai contoh, perekonomian AS pada Triwulan II-2017 tumbuh 2,1%, RRT tumbuh 6,9%, Kawasan Eropa tumbuh 2,1%, dan Jepang tumbuh 2,0%.
Dibandingkan dengan Triwulan I-2016, pertumbuhan negara-negara tersebut pada Triwulan II-2016 relatif lebih baik (AS tumbuh 1,3%; RRT 6,7%; Kawasan Eropa 1,6%; dan Jepang 0,9%).Sementara itu, Enggar mengungkapkan, Kinerja impor pada bulan Juli 2017 tercatat mencapai US$13,9 miliar, atau naik 39,0% dibanding Juni 2017 (MoM). Kenaikan impor bulan ini disebabkan oleh meningkatnya impor nonmigas sebesar 44,3% (MoM) menjadi US$12,1 miliar, dan impor migas yang naik sebesar 11,1% (MoM) menjadi US$1,8 miliar.
Kenaikan impor di bulan Juli 2017 ini menyebabkan defisit neraca perdagangan sebesar US$0,3 miliar di bulan yang sama.Namun, menurut Enggar, peningkatan impor tersebut digunakan untuk pemenuhan kebutuhan di bulan Juli yang tertunda di bulan Juni yang nilai dan volume impornya turun masing-masing sebesar 10,7% dan 6,9%. "Pertumbuhan nilai impor nonmigas bulan Juli 2017 sebesar 44,3% MoM sebagai imbas dari kenaikan rata-rata harga agregat barang impor non migas bulan Juli sebesar 16,9% MoM," terang Enggar.
Secara kumulatif, impor Januari-Juli 2017 mencapai US$86,2 miliar atau naik 14,9% (YoY). Kenaikan nilai impor tersebut didorong oleh kenaikan impor seluruh jenis barang. Impor bahan baku/penolong naik sebesar 16,3%, dan impor barang modal naik sebesar 9,3%, serta barang konsumsi naik sebesar 13,5%.
Pembangunan infrastruktur di Indonesia secara masif tercermin dari peningkatan sektor konstruksi (6,5%), sektor transportasi dan pergudangan (8,2%) serta industri pengolahan (3,9%) dalam struktur PDB Indonesia pada Semester I-2017. Hal ini juga didukung dengan pertumbuhan investasi (dari modal domestik maupun asing) (qoq) di sektor tersebut yang naik pesat, yakni sektor konstruksi naik hampir mencapai sembilan kali lipat, transportasi dan telekomunikasi (31,6%), serta industri pengolahan logam dan elektronik (35,0%).
Peningkatan pembangunan tersebut mendorong meningkatnya produk-produk impor yang terkait dengan dua sektor tersebut yaitu impor kategori barang modal maupun bahan baku/penolong. Impor kategori barang modal yang tumbuh tinggi pada Januari-Juli 2017 adalah alat angkutan untuk industri (81,6% YoY) dan barang modal kecuali alat angkutan (3,2% YoY). Sedangkan kategori bahan baku/penolong yang tumbuh signifikan adalah bahan bakar & pelumas (processed), bahan bakar motor, serta suku cadang dan perlengkapan barang modal dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 65,7%, 39,7%, dan 10,3% YoY. (mag)
Genjot Ekspor ke Filipina, Pemerintah buka Rute Laut Bitung-Davao
Jum'at, 18/08/2017 12:00 WIBJAKARTA, GRESNEWS.COM - Presiden Joko Widodo dan Presiden Filipina Duterte pada 30 April lalu membuka rute konektivitas laut Bitung-Davao/General Santos. Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Arlinda menegaskan, pembukaan rute laut tersebut membuat Kementerian Perdagangan semakin intensif membuka peluang peningkatan ekspor ke pasar Filipina. K
"Kemendag turut mendorong pemanfaatan Roro Bitung-Davao untuk mendukung peningkatan ekspor nasional ke Filipina sebagai salah satu pasar ekspor potensial di ASEAN," kata Arlinda dalam siaran pers yang diterima gresnews.com, Jumat (18/8).
Arlinda menegaskan, Kemendag menargetkan peningkatan ekspor 2017 ke Filipina sebesar 11,22% menjadi US$5,8 miliar dari sebelumnya sebesar US$5,26 miliar pada 2016. Rute Bitung-Davao diharapkan dapat menjadi rute alternatif yang lebih singkat untuk meningkatkan konektivitas dan perdagangan internasional antara Indonesia dengan Filipina.
"Rute Bitung-Davao ini akan memberikan manfaat dalam peningkatkan perekonomian lokal termasuk mendorong rantai apsok global, merangsang pembangunan infrastruktur daerah, meningkatkan sektor pariwisata, membentuk hubungan udara langsung, dan meningkatkan arus masuk investasi," lanjut Arlinda.
Menurut Arlinda, bila rute Davao-General Santos-Bitung dapat berjalan dengan baik, maka Indonesia akan mempunyai keuntungan tambahan dalam hal pengurangan jarak berlayar dari Indonesia Timur, serta mengurangi waktu pengiriman. Indonesia adalah mitra dagang sangat penting bagi Pulau Mindanao karena Indonesia masuk dalam lima besar negara asal impor/pemasok terbesar, yaitu pada urutan ke-4.
Selama 2011-2015, impor Pulau Mindanao dari Indonesia meningkat rata-rata per tahun sebesar 10,8%. Impor Pulau Mindanao dari Indonesia pada 2015 mencapai USD 286,0 juta atau meningkat signifikan mencapai 79,7% dibandingkan pada 2014.
Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk produk seperti rumput laut, minyak goreng, tepung terigu, di samping produk potensial seperti bulir jagung, kopra, kopi, semen Portland, tuna yellowfin beku, lemak dan minyak hewani atau nabati, bahan bangunan, ikan cakalang, papan, konsol untuk voltase melebihi 1.000 volt, dan pupuk ammonium sulfat.
Berdasarkan data BPS, total nilai perdagangan Indonesia dan Filipina pada periode 2012-2016 memiliki nilai tren yang positif sebesar 6,24%. Nilai ekspor nonmigas pada 2016 sebesar US$5,26 miliar mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2015 sebesar US$3,92 miliar. Sedangkan nilai impor nonmigas Indonesia pada 2016 dari Filipina sebesar USD 820 juta, sehingga Indonesia mengalami surplus sebesar US$4,44 miliar.
Selain itu, total perdagangan Indonesia ke Filipina pada periode Januari-Mei 2017 adalah sebesar US$2,85 miliar dengan nilai ekspor nonmigas tercatat US$2,48 miliar dan impor nonmigas sebesar US$367 juta.
Komoditas ekspor Indonesia ke Filipina antara lain kendaraan, makanan olahan, minyak nabati, kertas, karet, dan barang dari karet. Sedangkan komoditas impor Indonesia dari Filipina, antara lain tembaga, polipropilena, gear untuk kendaraan bermotor, aksesori untuk kendaraan bermotor, dan elektronik. (mag)
Ekspor Kelapa Segar Marak, Industri Terancam
Senin, 21/11/2016 11:00 WIBKarena itu, Mahmudi meminta agar pemerintah membuat regulasi terkait hal tersebut. Indonesia tidak mendapatkan nilai tambah jika ekspor buah kelapa yang belum diolah masih terus berlangsung.
Mendorong Ekspor dengan Insentif
Rabu, 20/04/2016 10:00 WIBAda bantuan subsidi modal untuk para eksportir yang terlibat dalam misi dagang. Nilai subsidi modal yang akan diberikan mencapai US$1.000 setara dengan Rp13,5 juta.
Regulasi Tak Menarik, Nilai Ekspor Menukik
Kamis, 14/04/2016 10:00 WIBPemerintah menyatakan hal ini terjadi lantaran harga komoditas yang terus turun sehingga menyebabkan kontraksi pada nilai ekspor. Sebaliknya, ekportir menganggap regulasi pemerintah lah yang kurang mendukung.
Pemerintah Berlakukan Ekspor Migas Tanpa L/C
Selasa, 31/03/2015 18:00 WIBKementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan sepakat untuk ekspor migas tidak diwajibkan menggunakan Letter of Credit (L/C).
Pemerintah Dukung Ekspansi Bisnis Perusahaan Nasional ke Pasar Eropa
Sabtu, 31/01/2015 17:00 WIBPemerintah melalui Kemlu menilai sejauh ini pasar ETT masih cukup strategis dan terbuka untuk produk-produk ekspor Indonesia.
Target Ekspor Naik Tiga Kali Lipat, Ini Strateginya
Jum'at, 07/11/2014 09:00 WIBDia mencontohkan salah satu strategi untuk memperkuat industri mereka dengan cara mengimpor komponen karena harganya jauh lebih murah daripada membuat di dalam negeri.
Pemerintah perbaiki aturan pengelolaan dokumen ekspor/impor
Sabtu, 07/04/2012 10:53 WIBPemerintah melakukan perubahan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 10/2008 tentang Penggunaan Sistem Elektronik dalam Kerangka Indonesia National Single Window (INSW). Perubahan yang ditetapkan dalam Perpres Nomor 33/2012 ini bertujuan meningkatkan layanan perizinan terkait aktivitas ekspor/impor yang dilakukan melalui INSW.
Dalam sebulan, kenaikan impor capai 2,74%
Senin, 02/04/2012 16:07 WIBBadan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai impor Indonesia pada Februari 2012 mencapai hingga US$14,95 miliar, atau naik 2,74% dibanding impor Januari 2012 sebesar US$14,55 miliar. Namun, jika perbandingannya year on year (YoY), maka impor di bulan Februari 2012 naik 27,26%. Nilai impor Februari 2011 sebesar US$11,75 miliar.
Kinerja ekspor 2012 naik 8,4% dibanding 2011
Senin, 02/04/2012 15:20 WIBKinerja ekspor Indonesia pada Februari 2012 tercatat sebesar US$15,65 miliar atau mengalami kenaikan hingga 8,54% bila dibandingkan bulan yang sama tahun lalu. Demikian juga bila dibandingkan pada Januari 2012, kinerja ekspor bulan Februari masih tetap mengalami kenaikan mencapai 0,49%.
Ekspor pada Januari 2012 masih loyo
Kamis, 01/03/2012 13:44 WIBPencapaian ekspor pada Januari 2012 mengalami penurunan sebesar 9,28% dibanding Desember 2011. Hingga Januari 2012, nilai ekspor berada di kisaran US$15,49 miliar. Kepala BPS, Suryamin, mengatakan walaupun ada penurunan nilai ekspor, tetap saja kalau dilihat dari year on year, besaran ekspor Januari 2012 masih lebih tinggi dibanding Desember 2011.
2011, kinerja ekspor Jawa Timur naik 35%
Jum'at, 03/02/2012 12:31 WIBNilai ekspor Provinsi Jawa Timur secara kumulatif sepanjang 2011 mencapai US$19,03 miliar. Angka itu naik sebesar 35,18 persen dibanding ekspor periode yang sama 2010 yakni US$14,08 miliar.