-
Rancangan Perpres Pelibatan TNI Atasi Terorisme Dinilai Merusak Tatanan Hukum
Senin, 11/05/2020 17:10 WIBWiranto dan Dua Korban Penyerangan Abu Rara Dapat Uang Kompensasi dari Negara
Sabtu, 11/04/2020 19:26 WIBPolisi Korban Teroris Bisa Sekolah dan Lanjutkan Karier di Lingkungan Polri
Senin, 24/02/2020 11:01 WIBPemerintah dan DPR Lamban Bentuk Aturan, Hak Korban Terorisme Terancam
Jum'at, 21/02/2020 16:21 WIBUpaya Penanggulangan Terorisme di Indonesia
Jum'at, 10/01/2020 22:26 WIBICJR: Pembentukan Tim Pengawas Penanggulangan Terorisme Lebih Komprehensif
Jum'at, 01/11/2019 11:10 WIBPerhatian Negara pada Penyintas dan Korban Terorisme
Kamis, 10/10/2019 08:28 WIBInstrumen Politik Ganti Jokowi 2019
Selasa, 22/05/2018 23:12 WIBCatatan untuk RUU Terorisme
Jum'at, 18/05/2018 23:27 WIBLAWAN TERORISME!
Senin, 14/05/2018 10:16 WIBPeristiwa kerusuhan di Rutan Salemba Cabang Mako Brimob Kelapa Dua menyentak Indonesia, bahkan dunia. Lima polisi gugur. Satu tahanan meninggal.
Spekulasi muncul. Tapi video ini fokus pada masalah pengelolaan Rutan/Lapas di Indonesia yang jauh dari sempurna.
Selengkapnya Anda wajib menyimak video ini sampai tuntas.
Dua WNI Bebas dari Penyanderaan Abu Sayyaf
Sabtu, 20/01/2018 23:00 WIB
JAKARTA, GRESNEWS.COM - Dua Warga Negara Indonesia (WNI) yang disandera kelompok Abu Sayyaf (ASG) di Sulu, Filipina Selatan telah dibebaskan, Jumat (19/1) kemarin. Dalam siaran persnya yang diterima gresnews.com, Sabtu (20/1) pihak Kemenlu menyebutkan, dua sandera yang dibebaskan itu bernama La Utu bin Raali dan La Hadi bin La Adi.
Kedua WNI adalah Kedua nelayan WNI asal Wakatobi tersebut diculik oleh kelompok ASG dari dua kapal ikan yang berbeda pada tanggal 5 November 2016 di perairan Kertam, Sabah, Malaysia. Wakil KJRI Davao dan KBRI Manila telah berkoordinasi dengan otoritas setempat untuk proses pemulangan kedua WNI tersebut.
Saat ini La Utu dan La Hadi berada di pangkalan Joint Task Force di Sulu, Filipina Selatan. Jika cuaca memungkinkan, direncanakan siang ini keduanya akan diterbangkan dengan helikopter ke Zamboanga untuk diserahterimakan kepada Konjen RI Davao, mewakili Pemerintah Indonesia.
Keduanya akan segera dipulangkan ke Indonesia setelah melalui pemulihan dan setelah mendapatkan exit clearance dari imigrasi Filipina. Pada tanggal 8 November 2016, 3 hari setelah kejadian, Menlu Retno melakukan kunjungan ke pelabuhan Sandakan, Sabah, Malaysia guna bertemu dengan istri kedua korban serta ratusan nelayan Indonesia lainnya.
Dalam kunjungan tersebut Menlu menyampaikan komitmen bahwa Pemerintah akan berupaya membebaskan keduanya. Sejak kejadian, Kemlu terus berkomunikasi dengan keluarga menyampaikan perkembangan upaya pembebasan. (mag)Lima Teoris Pemasok Senjata Ditangkap
Senin, 11/12/2017 09:00 WIBJAKARTA, GRESNEWS.COM - Aparat kepolisian dari satuan Densus 88 Antiteror bersama Polda Sumatera Selatan berhasil menangkap 5 orang terduga teroris di Kabupaten, Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Penangkapan ini hasil pengembangan terduga jaringan teroris pemasok senjata api yang telah ditangkap pada 2016 lalu.
"Benar ada penangkapan terduga teroris di wilayah kita (Sumatera Selatan), sampai saat ini sudah ada 5 orang yang diamankan Densus 88 Mabes Polri. Kita dari Polda Sumsel hanya sifatnya membantu saat penangkapan," terang Kapolda Sumsel Irjen Zulkarnain Adinegara, Minggu (10/11).
Penangkapan dilakukan pada Minggu dini hari tadi di wilayah Ogan Ilir Sumatera Selatan. Saat itu, dua terduga teroris berinisial AK (29) dan MS (27) yang merupakan warga Pulau Semambu, Ogan Ilir berhasil diamankan dari lokasi.
Dari kedua orang yang diamankan ini, Densus 88 bersama Polda Sumsel melakukan pengembangan dan menangkap 3 orang lainnya. Namun belum diketahui apa peran ketiga orang yang ikut diamankan ini.
"Keduanya pelaku yang ditangkap pertama itu diduga berperan sebagai pemasok senjata api rakitan pada jaringan teroris yang ditangkap di Oku Selatan 2016 lalu. Jadi dilakukanlah pengembangan dan mereka terlibat dalam pemasokan senjata api, termasuk sampai 5 orang yang diamankan hari ini itu hasil pengembangan," ucap Zulkarnain.
"Saat ini, kelima pelaku sudah diamankan di Mako Brimob Polda Sumsel dan Polres setempat dimana pelaku diamankan. Untuk barang bukti masih dalam proses pemeriksaan semua, karena sedang dalam pengembangan," imbuhnya.
Zulkarnain juga mengungkapkan, kelima pelaku yang diamankan diduga sebagai pemasok senjata dan dikenal selalu menutup diri dari lingkungan sekitar. "Mereka ini rata-rata setelah dilakukan penangkapan, saat ditanyakan pada warga ternyata mereka ini cenderung menutup diri dari lingkungan. Jadi saya menghimbau kepada masyarakat dan perangkat desa, kalau ada warganya yang ada aktifitas mencurigakan mohon diinformasikan," ujarnya.
Menurut Zulkarnain, tim Densus awalnya melakukan penangkapan terhadap 2 orang berinisial AK (29) dan MS (27) yang merupakan warga Pulau Madu, Kecamatan Inderalaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Keduanya diduga terlibat kasus pemasokan senjata api bersama terduga teroris Asep, yang telah ditangkap lebih dulu pada 2016 lalu di Ogan Komering Ulu (Oku) Selatan.
Saat dilakukan pengembangan tim berhasil menangkap 3 terduga teroris lain. Di mana saat ini 5 orang yang ditangkap sedang dilakukan pemeriksaan intensif dan belum ada penetapan status.
"Setahu saya sudah 5 orang yang ditangkap dan masih ada di Palembang, tapi belum tentu mereka nanti sebagai tersangka. Mereka ini pengembangan dari pemasok senjata api pada terduga teroris yang ditangkap setahun lalu di Oku Selatan," kata Zulkarnain.
"Kami hanya memberikan bantuan atau membackup, yang melakukan penangkapan itu tim Densus 88 Antiteror dari Mabes Polri. Kami memberikan bantuan baik dari Polres, Polsek dan Brimob," imbuhnya. (dtc/mag)Jokowi: Indonesia Kutuk Serangan Bom di Mesir
Minggu, 26/11/2017 07:00 WIBJAKARTA, GRESNEWS.COM - Presiden Joko Widodo menegaskan, Indonesia mengutuk keras serangan bom dan penembakan yang terjadi di Masjid Al-Rawdah, Sinai Utara, Mesir, pada Jumat, (24/11) kemarin. Aksi terorisme yang terjadi saat ibadah salat Jumat itu pun menimbulkan korban jiwa dan luka-luka. "Negara kita, saya, mengutuk keras serangan yang ada di Mesir," kata Jokowi di Medan, Sumatera Utara, Sabtu (25/11).
Dalam kesempatan tersebut, Jokowi juga menyampaikan komitmen Indonesia untuk bersama-sama dengan Mesir menghadapi situasi yang sulit seperti ini. "Duka dan simpati yang mendalam dari seluruh rakyat Indonesia baik kepada pemerintah Mesir, masyarakat, dan korban," tutur Presiden seperti dikutip setkab.go.id.
Jokowi mengungkapkan, aksi terorisme seperti ini harus dicegah salah satunya dengan meningkatkan kerja sama internasional dalam rangka memerangi terorisme. "Saya kira sudah sering saya ulang-ulang bahwa kerja sama dalam rangka memerangi terorisme, radikalisme adalah kewajiban kita bersama," pungkasny.
Pada kesempatan terpisah, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengingatkan tantangan dunia Islam ke depan yakni radikalisme dan modernisme. Tantangan ini harus diantisipasi.
"Tantangan dari keislaman itu terutama radikalisme, pikiran yang berlebihan karena pikirannya cuma satu, surga," ujar JK dalam sambutannya saat menutup Musyawarah Nasional Alim Ulama Nahdlatul Ulama di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (25/11).
Radikalisme menurut JK membuat banyak korban berjatuhan. Kejadian terbaru yakni pemboman di Masjid Al-Rawdah, Mesir. "Kenapa kita bersedih dan mengutuk kejadian kemarin di Mesir, bagaimana 235 orang mati ditembak dan di bom di masjid. Sungguh luar biasa kesedihan kita melihat kejadian seperti ini," katanya.
Tantangan lainnya yakni modernisme. Perubahan ini harus diimbangi dengan mengantisipasi dampak negatif yang mungkin timbul. "Pesantren kita tentu berpikir bagaimana memiliki generasi milenium ini yang pasti semua santri punya handphone. Mungkin dia tidak bertanya ke kiai, tapi ke Pak Google. Ini semua harus dijawab supaya pengaruh dari luar tidak gampang masuk," sambung JK. (dtc/mag)Penyerang Polres Dharmasraya Diduga Kelompok Teroris
Senin, 13/11/2017 10:00 WIBJAKARTA, GRESNEWS.COM - Penyerangan terhadap Kepolisian Resor Dharmasraya, Sumatera Barat, diduga dari kelompok teroris. Hal itu terindikasikan dari barang bukti yang diamankan pihak kepolisian. Barang bukti yang diamankan dari busur panah hingga kertas pesan jihad.
Karo Penmas Polri Brigjen Rikwanto mengatakan, barang bukti yang diamankan 1 buah busur panah, 8 buah anak panah, 2 buah sangkur, 1 bilah pisau kecil, dan 1 buah sarung tangan warna hitam. Polisi juga mengamankan 1 lembar kertas yang berisikan Pesan Jihad dari ´Saudara Kalian Abu Azzam Al Khorbily 21 Safar 1439 H di Bumi Allah´.
"(Barang bukti yang berhasil diamankan) 1 lembar kertas yang berisikan Pesan Jihad dari ´Saudara Kalian Abu Azzam Al Khorbily 21 Safar 1439 H di Bumi Allah´," kata Rikwanto, Minggu (12/11).
Penyerangan terjadi hari Minggu (12/11) pukul 02.45 WIB. Dua orang pelaku yang melawan dengan melepaskan busur panah ke polisi, ditembak mati. "Kedua orang tersebut tetap melakukan perlawanan sehingga dilakukan penembakan ke arah kedua pelaku tersebut sehingga mengakibatkan kedua orang tersebut meninggal dunia," ujar Rikwanto.
Saat ini polisi masih melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). "Ini mau olah TKP dulu," kata Kapolres Dharmasraya AKBP Roedy Yoelianto.
Dalam peristiwa itu, polisi melumpuhkan 2 orang yang menyerang Mapolres Dharmasraya, Sumatera Barat. Diketahui 2 penyerang tersebut berinisial EFA dan ES. "Pelaku inisial EFA dan ES, usianya EFA 24 tahun dan ES 25 tahun," kata Kapolres Dharmasraya AKBP Roedy Yoelianto, Minggu (12/11).
Rudi mengatakan, belum diketahui pelaku penyerangan tersebut dari kelompok mana. Rudi juga belum bisa memastikan apakah pelaku merupakan teroris atau bukan. Dia mengatakan pihaknya masih melakukan pendalaman. "Dari sel atau jaringan mana kita belum tahu, masih pendalaman," ucapnya.
Saat ini polisi masih melakukan penyisiran di TKP termasuk memastikan apakah api sudah padam atau belum. "Kemungkinan besok ada olah TKP," ujar Rudi.
Penyerangan di Mapolres Dharmasraya terjadi hari Minggu (12/11) pukul 02.45 WIB. Akibatnya, gedung utama Mapolres Dharmasraya terbakar. Saat dilakukan pemadaman, petugas menemukan dua orang pelaku dan mereka sempat melakukan perlawanan dengan melepaskan busur panah. Polisi mengambil tindakan dengan menembak mati dua pelaku tersebut. (dtc/mag)Menag: Santri itu Moderat, Hargai Keragaman dan Cinta Tanah Air
Selasa, 24/10/2017 07:00 WIBJAKARTA, GRESNEWS.COM - Apakah ciri-ciri seorang santri? Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin punya jawabannya. Dia mengatakan, ada tiga ciri santri, yaitu: moderat, menghargai keragaman, dan cinta Tanah Air.
Menurut Lukman, santri itu memiliki pemahaman dan pengamalan Islam yang wasathiyah atau moderat, tidak ekstrem. Hal itu karena ilmu kalam (teologi), fikih, dan tasawuf yang mereka pelajari bukanlah yang ekstrem."Itulah yang diwariskan ulama-ulama kita, guru-guru kita. Jadi Islam yang wasathiyah itu sangat kental pada diri para santri itu," ujarnya saat menjadi pemateri pada Silaturahmi Kebangsaan dan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, di Kompleks DPR, Senayan, Jakarta, Senin (23/10).
Kegiatan itu sendiri digelar dalam rangka memperingati Hari Santri Tahun 2017 dengan tema ‘Peran Strategis Santri Dalam Membangun Rumah Kebangsaan’. Melanjutkan paparannya, Lukman mengatakan, ciri kedua santri adalah orang-orang yang mampu menghargai keragaman. Menurut Menag, menghargai keberagaman bukan berarti mengabaikan keyakinan dan keimanan.Bentuk penghargaan kepada orang lain sama sekali tidak mengikis keimanan seseorang. "Ajaran agamalah yang mengajarkan untuk menghargai perbedaaan yang berada pada pihak lain," kata Lukman, seperti dikutip kemenag.go.id.
"Menghargai itu sama sekali tidak mengusik. Karena menghargai itu bukan bermakna membenarkan. Hal ini yang seringkali orang lupa. Kalau saya menghormati yang berbeda itu sebenarnya kita membenarkan, jelas itu tidak. Jadi hal ini yang perlu dicermati betul," tambah Lukman Hakim Saifuddin.
Ciri ketiga adalah santri, dimana pun, cintanya kepada Tanah Air itu luar biasa. Tanah Air itu bagian yang tidak terpisahkan dari seorang santri. Ungkapan hubbul wathan minal iman adalah khas Indonesia. "Itulah kekhasan para ulama kita dalam memahami bagaimana Tanah Air ini menjadi bagian yang harus kita jaga dan pelihara," ujarnya.
Sementara itu Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid pada saat menjadi keynote speech menjelaskan, peran santri untuk Indonesia luar biasa. "Kebangkitan pergerakan perjuangan Indonesia sampai dengan mencapai kemerdekaannya, tak lepas dari peran ulama dan santri serta umat Islam Indonesia," ujarnya.
Beberapa tokoh pejuang Indonesia yang juga ulama, antara lain: Pangeran Diponegoro dan Tuanku Imam Bonjol adalah sosok pejuang Islam dengan ciri keislamannya yang sangat khas, diakui oleh sejarah Indonesia sebagai pahlawan nasional.
"Intinya, jika kita bicara tentang bangsa dan negara dan dunia santri saya rasa sangat nyambung. Sebab yang ada dalam Pancasila sebagai dasar negara Indonesia itu sangat kompatibel dengan dunia pesantren. Sehingga tidak benar atau ngawur melabeli Islam dengan berbagai macam label negatif seperti radikal, teroris atau tidak Pancasilais," tuturnya.
"Dunia santri dan rakyat Indonesia mesti waspada jangan sampai diadu domba antara ulama dan santri kita dengan pemerintah, TNI dan Polri. Jika ada, itu dapat dipastikan kerjaan pihak-pihak yang tidak suka kepada Islam dan negara," pungkas Hidayat. (mag)