-
Polisi Kembali Rilis Sketsa 4 Pelaku Penyerangan Novel Baswedan
Jum'at, 05/01/2018 15:01 WIB
JAKARTA, GRESNEWS.COM - Ada perkembangan baru dalam penyelidikan kasus penyerangan terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan. Polisi baru-baru ini merilis foto 4 terduga pelaku.Foto tersebut telah disebar keseluruh jajaran polda seluruh Indonesia.
Sebelumnya masyarakat nyaris kehilangan harapan karena berulangkali polisi menyampaikan kesulitan mengungkap kasus penyiraman air keras terhadap Novel, dan beberapa saat polisi sempat vakum memberkan update tentang perkembangan penyelidikan. Dengan adanya rilis perkembangan penyidikan menandakan polisi masih mmiliki upaya untuk terus mengungkap kasus teror terhadap penyidik KPK tersebut.
Menanggapi langkah polisi itu KPK memberikan apresiasi atas upaya ini.
"Kita perlu apresiasi upaya itu dan kita harapan ada perkembangannya tentunya," ujar Wakil Ketua KPK Saut Situmorang, Kamis (4/1) malam.
Menurut Saut langkah Polda Metro Jaya itu bukti bahwa Polri terus mengusut kasus teror terhadap Novel. Keempat pria yang yang diduga pelaku teror itu kini masuk dalam daftar pencarian orang.
"Ini menunjukkan bagian dari Proses bahwa pihak Polri terus berupaya mencari pelaku dengan berbagai cara termasuk prinsip-prinsip scientific investigation," ujar Saut.
Diberitakan, Polda Metro Jaya telah mengambil sketsa wajah terduga pelaku penyiraman air keras kepada Novel Baswedan. Kapolda Metro Jaya Irjen Idham Aziz mengatakan sketsa wajah keempat terduga pelaku itu telah disebar ke polda-polda.
"Iya, betul. Itu sudah dikirim ke wilayah-wilayah untuk disebar ke publik," ujar Idham saat dihubungi detikcom, Kamis (4/1).
Idham mengatakan, pihaknya menyebarkan sketsa tersebut dengan harapan masyarakat yang mengetahui identitas terduga pelaku bisa memberikan informasi kepada polisi. Hal ini juga dilakukan sebagai bentuk keseriusan Polri dalam mengungkap kasus tersebut.
"Artinya, kami serius dalam mengungkap kasus ini, sehingga sketsa yang ada kami sebar agar masyarakat memberikan informasi ke pihak kepolisian terkait orang-orang tersebut," papar Idham.
Idham menegaskan pihaknya memprioritaskan perkara Novel Baswedan di awal tahun 2018 ini. "Kita kejar, kita upayakan semuanya bisa selesai. Kan banyak tunggakan, semuanya (termasuk kasus Novel), semuanya kita kejar," tandasnya. (dtc/rm)KPK Dorong Polisi Tuntaskan Kasus Novel Baswedan
Kamis, 28/12/2017 07:00 WIBJAKARTA, GRESNEWS.COM - KPK terus mendorong agar pihak kepolisian menuntaskan kasus teror air keras terhadap Novel Baswedan. Ketua KPK Agus Rahardjo menegaskan pihaknya masih menunggu perkembangan dari pihak kepolisian.
"KPK masih mendorong supaya polisi menyelesikan itu. Kalau sampai beberapa saat tidak ada, kita lihat lagi perkembangannya," kata Agus di gedung KPK, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Rabu (27/12).
Menurut Agus tim gabungan pencari fakta (TGPF) untuk mengungkap kasus ini belum perlu dibuat. Agus bahkan mempertanyakan pernah-tidaknya TGPF mengungkap tuntas sebuah kasus. "Dari TGPF yang lalu anda pernah lihat yang berhasil tuntas yang mana? Ada?" ujarnya.
Novel Baswedan mengalami teror penyiraman air keras setelah menunaikan salat subuh di masjid dekat rumahnya pada 11 April 2017. Novel kini tengah menjalani perawatan di Singapura. Polisi juga telah mengungkap dua sketsa wajah yang diduga menyiramkan air keras ke Novel. Namun belum ada titik terang dari penyelidikan tersebut.
Akibat penyiraman air keras itu, Novel harus menjalani operasi ulang tahap pertama pada 6 Desember lalu karena pertumbuhan jaringan putih mata kirinya belum maksimal. Operasi ini dilakukan dengan menempelkan jaringan gusi pada mata kirinya. Ini untuk memperbaiki pertumbuhan jaringan putih mata.
Operasi itu dilakukan setelah perawatan dan pemulihan sebelumnya tidak membawa hasil signifikan terhadap mata kiri Novel, yang mengalami kerusakan hingga 95 persen akibat paparan air keras. Novel sendiri harus dirawat di Singapura sejak 12 April, sehari pasca penyerangan terjadi. "Kemungkinan tahun depan Novel masih terpisah dengan keluarga dan koleganya karena belum dapat kembali ke Indonesia," kata Kabiro Humas KPK Febri Diansyah.
Sementara itu, KPK masih menunggu hasil dari penyelidikan Polda Metro Jaya untuk menemukan pelaku penyerangan terhadap Novel, setelah dirilisnya sketsa baru dua terduga pelaku. Ini juga untuk mencegah ancaman berulang terhadap oknum pemberantas korupsi.
"Kami harap pelaku ditemukan dan diproses serta peristiwa penyerangan dapat segera diungkap agar teror, ancaman, dan serangan terhadap pihak-pihak yang memberantas korupsi tidak terjadi lagi ke depan," ujar Febri.
Sementara itu, dalam koordinasi terakhir dengan KPK, Kapolda Metro Jaya Irjen Idham Aziz mengaku telah mengerahkan 167 personel kepolisian untuk mengusut kasus ini. Bahkan nomor hotline juga dibuka bagi masyarakat yang memiliki informasi mengenai identitas keduanya. Namun hingga kini belum ada titik terang yang mengarah ke identitas pelaku. (dtc/mag)Polda Metro Jaya Kembali Rilis Sketsa Pelaku Penyerangan Novel Baswedan
Sabtu, 25/11/2017 13:01 WIBJAKARTA, GRESNEWS.COM - Polda Metro Jaya kembali merilis sketsa wajah terduga pelaku teror penyiraman air keras terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan. Sketsa yang dirilis polisi kali ini berbeda dari sketsa sebelumnya.
Sketsa pelaku sebelumnya yang dirilis pada 31 Juli 2017 telah diperiksa oleh polisi dan dinyatakan tidak terlibat teror tersebut hingga akhirnya dibebaskan, alibi yang bersangkutan setelah diteliti dinilai.
Kapolda Metro Jaya Irjen Idham Azis mengatakan sketsa dua pelaku yang dirilis belakangan dinilai kuat keterlibatannya, keduanya hampir dipastikan menjadi pelaku teror penyiraman air keras.
"Kalau dari hasil keterangan saksi mengatakan sudah 90 persen bahwa kedua (orang) itu diduga terlibat penyerangan Saudara Novel," kata Idham dalam jumpa pers bersama Ketua KPK Agus Rahardjo di gedung KPK, Jumat (24/11).
Menurutnya, sketsa terduga pelaku teror ini didapat polisi dari keterangan dua saksi berinisial S dan SN. Sketsa pelaku pertama, tampak seorang berambut cepak dengan kulit agak gelap. Sedangkan sketsa pelaku kedua, tampak seseorang dengan kulit lebih terang serta rambut yang lebih panjang.
Namun Kapolda mengaku belum bisa menjelaskan motif dari para pelaku melakukan penyerangan. "Kalau motif tunggu saja kalau sudah ketangkap. Karena proses penyelidikan juga kita lakukan 2 langkah. Langkah pertama, induktif, kita mulai dari TKP (tempat kejadian perkara). Lalu deduktif menyangkut motif. Kalau motif banyak yang bisa mungkin," jelas Idham.
Dalam penyelidikan kasus teror terhadap Novel, kata Idham, tim kepolisian sudah memeriksa 66 saksi selama kurun waktu 3 bulan. Tim Polda Metro juga mendapatkan petunjuk dari penajaman gambar CCTV atas bantuan Australian Federal Police (AFP).
Selain itu penyidikan tersebut juga terus diawasi langsung tim audit investigasi Mabes Polri. Tim audit investigasi ini dipimpin langsung oleh Kabid Propam Polri dan dibantu sejumlah jenderal bintang 1 dari Irwasum dan Bareskrim Polri.
Apa fungsi keberadaan tim audit investigasi dari Mabes Polri, ini menuurut Kapolda untuk mengawasi, mengontrol agar penyelidikan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan.
Namun rilis terbaru sketsa pelaku penyerangan novel justru dinilai Ketum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak membuktikan penyelidikan kasus teror Novel belum ada perkembangan.
"Bahkan ini menunjukkan fakta bahwa banyak kejanggalan dari proses penyidikan yang dilakukan oleh kepolisian dan sekaligus membuktikan pentingnya dibentuk TGPF," kata Dahnil, Sabtu (25/11).
Untuk itu Dahnil Anzar menilai pentingnya pembentukan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF), Alasanya karena selama ini penanganan kasus teror terhadap Novel dinilai lambat.
Pada 11 April 2017 Novel Baswedan mengalami penyerangan dengan penyiraman air keras yang diduga dilakukan oleh dua orang tak dikenal yang mengendarai sepeda motor, saat dirinya baru saja pulang sholat subuh di sekitar komplek rumahnya di Daerah Kelapa Gading Jakarta Utara. Saat ini Novel masing menjalani perawatan Rumah Sakit di Singapura karena luka dimata kirinya. (dtc/rm)Jokowi Diminta Beri Tenggat Pengungkapan Kasus Novel
Sabtu, 04/11/2017 15:02 WIBJAKARTA, GRESNEWS.COM - Presiden Joko Widodo didesak memberikan tenggat dan target waktu kepada kepolisian untuk mengungkap kasus teror penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan. Presiden diminta tak hanya memanggil Kapolri Jenderal Tito Karnavian tetapi meminta kepastian kepada polisi terkait penuntasan kasus tersebut.
"Jangan hanya memanggil Pak Tito (Kapolri) untuk mengetahui perkembangan, tapi juga harus dikasih target untuk ungkap kasus Novel karena saya yakin kepolisian Indonesia mempunyai kemampuan yang luar biasa. Kalau punya niat pasti bisa terungkap," ujar Ketua Divisi Advokasi YLBHI Muhammad Isnur dalam diskusi di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (4/11).
Selain itu YLBHI juga meminta Jokowi segera membentuk TGPF. "Ini kalau kemudian dibiarkan terus dan makin lama bukti akan hilang, saksi nggak tahu ke mana, jadi harapan terungkap akan kabur," tambah Isnur.
Iznur mengatakan, diperlukan terobosan cepat dari Presiden Jokowi untuk mendorong pembentukan TGPF agar hal-hal yang belum bisa terungkap dalam kasus Novel bisa diungkap oleh TGPF. "Sehingga rekomendasi Jokowi penting untuk menunjukkan jika dia pro-antikorupsi dan harus ditunjukkan dengan tindakan yang nyata," tandasnya.
Menanggapi desakan sejumlah pihak yang meminta polisi untuk segera menuntaskan kasus teror Novel Baswedan, Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rikwanto berdalih
bukan hanya kasus teror Novel Baswedan yang mengalami kebuntuan dalam hal pengungkapan. Menurutnya banyak kasus yang bernasib sama dengan kasus Novel, tapi hal itu terjadi bukan karena polisi tak acuh.
"Ini terjadi pada banyak kasus yang ditangani penyidik, tidak terkecuali untuk kasus yang menimpa Novel Baswedan. Seperti di Paris, ada dua kali bom meledak di Kedubes RI 2004 dan 2012, sampai saat ini belum juga terungkap," kata Rikwanto dalam pernyataan tertulis, Sabtu (4/11).
"Padahal kepolisian Perancis sudah bekerja keras dan sistem CCTV Kota Paris tergolong canggih pada waktu itu," ujar Rikwanto.
Rikwanto memastikan Polda Metro Jaya, yang menangani kasus teror Novel, masih menganggap pengungkapan kasus tersebut sebagai PR mereka.Menurut Rikwanto dalam penanganan kasus, polisi selalu berangkat dari dua metode penyelidikan, yaitu deduktif (motif) dan induktif (tempat kejadian perkara).
"Masalah yang menimpa Novel Baswedan masih merupakan pekerjaan rumah bagi penyidik Polda Metro Jaya. Dua cara ini (deduktif dan induktif) sering sangat efektif untuk mengungkap kasus pidana yang terjadi," jelas Rikwanto.
"Namun banyak peristiwa pidana yang terjadi di lapangan, karakteristik tingkat kesulitan mengungkapnya berbeda satu sama lain," terang Rikwanto.
Rikwanto memastikan belum terungkapnya suatu kasus teror Novel, bukan berarti polisi berdiam diri atau tak serius menanganinya. Namun karena kendala teknis yang ditemukan di lapangan sering membuat proses penyidikan menemui jalan buntu.
Rikwanto menjelaskan, saat penyelidikan buntu penyidik akan mengokang kembali penyelidikan. "Ini bisa membuat penyidik harus kembali ke proses awal lagi," jelasnya.
Rikwanto berharap akan adanya informasi yang signifikan dari masyarakat, Novel dan pihak mana pun, untuk mengungkap kasus teror penyiraman air keras tersebut. (dtc/rm)Mencari Terang Kasus Novel Baswedan
Sabtu, 04/11/2017 09:00 WIBPenuntasan kasus penyerangan terhadap penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan masih belum juga menemui titik terang. Presiden Joko Widodo pun berencana segera memanggil Kapolri Jenderal Tito Karnavian.
Kasus Novel Buntu, Presiden Akan Kembali Panggil Kapolri
Jum'at, 03/11/2017 15:01 WIBJAKARTA, GRESNEWS.COM - Tersendatnya penanganan kasus teror terhadap penyidik KPK Novel Baswedan. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan akan segera memanggil
Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Pol Tito Karnavian untuk mmpertanyakan progres penanganan kasus Novel yang hingga saat ini belum terungkap.
"Nanti, nantilah nanti Kapolri saya undang, saya panggil. Jadi prosesnya sudah sampai sejauh mana," janji Presiden Jokowi kepada wartawan usai meresmikan Jalan Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) Seksi 1B dan 1C: Cipinang Melayu (Jakarta Timur)-Jakasampurna (Bekasi Barat), di Bekasi, Jawa Barat, Jumat (3/11) pagi, seperti dikutip setkab.go.id.
Terkait tak kunjungnya selesainya penanganan kasus penyerangan Novel Baswedan yang sudah memasuki hari ke-200 itu, Presiden menegaskan, harus tuntas dan gamblang. "Yang jelas semua masalah memang harus gamblang, harus jelas, harus tuntas," tegasnya.
Presiden Jokowi sebelumnya pernah memanggil Kapolri Jenderal Tito Karnavian, dan pada kesempatan itu presiden meminta Kapolri untuk segera menuntaskan kasus penyerangan novel tersebut.
"Beliau (Presiden) memerintahkan agar dituntaskan sesegera mungkin. Itu perintah beliau, tapi tadi kami sudah sampaikan langkah-langkah yang kita lakukan, prinsipnya kami ingin agar sesegera mungkin, tapi kadang-kadang ada kendala,” ungkap Tito usai dipanggil Presiden Jokowi, ke Istana Merdeka, Jakarta, Senin (31/7) lalu.
Saat itu, Kapolri Jenderal Tito Karnavian menegaskan, tidak ada jenderal polisi yang terlibat dalam penyerangan Novel seperti diberitakan belakangan.
"Tidak ada jenderal polisi karena keterangan dari 3 orang ini mereka tidak ada hubungannya dengan perkara dugaan penganiayaan ini. Setelah dicek alibi mereka detail jam per jam, menit per menit, jadi saya kira sutradara yang hebat pun akan sulit membuat alibi-alibi seperti itu," ujar Tito.
Diketahui, Novel Baswedan mengalami serangan dengan penyiraman air keras oleh dua orang pengendara motor di dekat rumahnya pada 11 April 2017 seusai salat Subuh di Masjid Al-Ihsan dekat rumahnya. Mata Novel pun mengalami kerusakan sehingga ia harus menjalani perawatan di Singapore National Eye Centre (SNEC) sejak 12 April 2017. (rm)Polisi Mengaku Masih Kesulitan Usut Kasus Novel
Rabu, 01/11/2017 15:03 WIB
JAKARTA, GRESNEWS.COM - Kabareskrim Polri Komjen Ari Dono Sukmanto mengaku kesulitan mengungkap kasus teror penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan. Sehingga meski telah berjalan 6 bulan proses penyelidikannya belum menemukan titik terang pelakunya.
Menurut Ari pengungkapan kasus dengan model hit and run seperti itu bisa memakan waktu lama hingga hitungan tahun.
"Jadi itulah yang saya sampaikan. Kalau model kasus-kasus hit and run ini memang relatif sulit, dalam artian kita tidak bisa, ini baru berapa bulan. Ada yang sudah 4 tahun baru ketangkap pelakunya," kata Ari Dono di Gedung Polri KKP, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Rabu (1/11).
Ari mengaku sudah sudah memeriksa puluhan saksi. Namun pemeriksaan terhadap puluhan saksi itu belum bisa belum bisa mengungkap peristiwa tersebut. Dia memastikan setiap informasi yang relevan dengan kasus pasti akan ditelusuri.
"Sehingga jalan penyelidikan seperti ini, sehingga siapa yang kita harus mintai pertanggungjawaban, jadi sementara saksi-saksi ini, setiap ada informasi pasti kita kejar," kata Ari.
Kasus teror terhadap Novel ini telah berlalu 200 hari atau sekitar 6 bulan lebih. Namun, tak ada titik terang yang mencerahkan.
Teror terhadap berupa penyiraman air keras terhadap Novel berlangsung pada 11 April 2017. Saat itu, Novel baru saja selesai menunaikan ibadah salat subuh di masjid dekat rumahnya di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Tiba-tiba dari belakang muncul muncul 2 orang mengendarai sepeda motor matic dan langsung menyiramkan air keras ke arah muka Novel. Novel pun mengalami luka di kedua matanya hingga harus dirawat di Singapura.
Berbagai pihak termasuk Novel dan keluarganya pesimis kasus ini bisa ditangani Polri. Mereka ingin agar Presiden Joko Widodo (Jokowi) membentuk tim gabungan pencari fakta (TGPF) untuk ikut mengusut kasus tersebut. Koalisi Masyarakat Sipil Peduli KPK beberawa waktu lalu juga mendesak dan meminta Presiden Joko Widodo untuk serius menangani kasus Novel. (dtc/rm)Cepatnya Polisi Memproses Laporan Dirdik KPK Dipertanyakan
Sabtu, 02/09/2017 17:06 WIBJAKARTA, GRESNEWS.COM - Kilat polisi langsung menangani dan merespon laporan Direktur Penyidikan KPK Brigjen Aris Budiman terhadap Novel Baswedan. Laporan terkait kasus dugaan pencemaran nama. Brigjen Aris mengaku tersinggung dengan email yang dikirimkan oleh Novel, yang intinya mempertanyakan kapasitas kepemimpinan Aris sebagai Direktur Penyidikan KPK.
Kabareskrim Polri Komjen Ari Dono Sukmanto mengatakan
Tim penyidik Polri akan memanggil ahli bahasa dalam penyidikan perkara yang dilaporkan Aris tersebut. Ahli bahasa diperlukan untuk memastikan ada-tidaknya unsur pencemaran nama baik.
"Nanti kita minta keterangan ahli bahasa," ujar Kabareskrim di Hotel Bidakara, Jl Jenderal Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Sabtu (2/9).
Namun Ari menyebut pihaknya terlebih dahulku akan berkoordinasi dengan KPK soal laporan Aris. Penyidik, menurutnya membutuhkan bukti-bukti atas laporan terhadap Novel Baswedan.
"Kami masih terus sama-sama dengan tim KPK untuk menyelidiki, mengumpulkan bukti-bukti," ujarnya.
Sebelumnya pada 13 Agustus, Aris melaporkan Novel terkait dugaan pencemaran nama baik. Laporan pun langsung direspon kepolisi dengan melakukan gelar perkara pada 21 Agustus. Gelar perkara memutuskan laporan Aris naik ke tahap penyidikan.
Kesigapan polri menangani kasus laporan Aris juga sempat dipertanyakan Indonesia Corruption Watch (ICW). Peneliti ICW Donal Fariz menilai apa yang dilakukan kepolisian terlalu gegabah.
"Kami tentu heran proses seperti ini sangat cepat sekali. Novel juga belum pernah diperiksa dan kemudian masih terjadi perdebatan hukum apakah itu pencemaran nama baik atau tidak. Menurut saya langkah kepolisian tergesa-gesa memproses kasus ini," ujar Donal, Jumat (1/9).
Donal justru menyarankan kepolisian fokus dalam pengungkapan kasus teror penyiraman air keras ke Novel Baswedan. Karena hal tersebut jauh lebih banyak manfaatnya daripada kasus pencemaran nama baik tersebut.
"Menurut saya polisi harus menahan diri, biarkan KPK fokus ke e-KTP tanpa berpolemik permasalahan yang ada," ujarnya.
Donal pun mengingatkan, seharusnya Kepolisian berpegangan kepada MOU yang telah dibuat antara tiga lembaga hukum, yaitu Kepolisian, Kejaksaan dan KPK. "Mereka harus saling menghargai dalam proses penanganan perkara yang melibatkan anggotanya masing-masing," tegasnya. (dtc/rm)Novel Baswedan Tersangka Pencemaran Nama Baik
Jum'at, 01/09/2017 08:00 WIBJAKARTA, GRESNEWS.COM - Penyidik KPK Novel Baswedan telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pencemaran nama baik terhadao Direktur Penyidikan KPK Brigjen Polisi Aris Budiman. Pihak kepolisian yang menerima laporan Aris pun sudah mengeluarkan Surat Perintah Dimulainya Penyidikan (SPDP) alias Sprindik kasus tersebut.
Kemudian, berdasarkan Sprindik itu, Kejaksaan Tinggi (Kejati) DKI Jakarta, segera menunjuk tim jaksa untuk meneliti. "Kejati DKI Jakarta menerima SPDP atas nama pelapor saudara Aris Budiman," kata Kasi Penkum Kejati DKI Jakarta Nirwan Nawawi, Kamis (31/8).
SPDP tersebut diterima pihak Kejati DKI pada Kamis (31/8) dengan nomor SPDP no /11995/VIII/2017/Datro tanggal 28 Agustus 2017. Dalam SPDP itu, Aris melaporkan Novel atas dugaan pencemaran nama baik melalui email.
"Aris Budiman mengadukan telah terjadi pencemaran nama baik dan penghinaan melalui email yang dilakukan Novel Baswedan pada tanggal 14 Februari 2017," ucap Nirwan.Atas tindakan tersebut, Novel disangka melanggar Pasal 27 Ayat (3) jo Pasal 45 Ayat (3) UU ITE, atau Pasal 310 atau 311 KUHP. Selanjutnya, jaksa segera menunjuk jaksa peneliti untuk mengikuti proses penyidikan yang dilakukan penyidik Polda Metro Jaya. "Menindak lanjuti SPDP tersebut, Kejati DKI Jakarta akan menunjuk jaksa peneliti untuk mengikuti dan memantau perkembangan penyidikan," ungkap Nirwan.
Aris sebelumnya mengakui melaporkan Novel ke polisi gara-gara e-mail terkait aturan internal KPK. Dalam surat, Novel yang merupakan Ketua Wadah Pegawai KPK, keberatan atas mekanisme pengangkatan penyidik dari Polri yang tidak sesuai dengan aturan internal KPK.
Hal senada juga dilontarkan Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono. "Intinya bahwa dari surat itu, media e-mail itu menyatakan Dirdik KPK diragukan integritasnya sebagai direktur. Kedua, Dirdik KPK adalah direktur terburuk sepanjang adanya KPK," ujar Argo, Kamis (31/8). (dtc/mag)
Novel Jalani Operasi Besar Mata Kirinya
Kamis, 17/08/2017 16:24 WIB
JAKARTA, GRESNEWS.COM - Pimpinan KPK menyebut hari ini penyidik senior Novel Baswedan menjalani operasi besar mata kirinya akibat peristiwa penyiraman air keras oleh orang tak dikenal.
Menyinggung soal keberasilan dari opersi ini Ketua KPK Agus Rahardjo mengatakan pihaknya sangat optimis dengan keberasilan operasi tersebut. Pasalnya menurut dia dokter yang menangani operasi tersebut sangat berpengalaman, sehingga kemungkinan suksesnya sangat tinggi.
"Harapan kita cepat pulih. Jadi dokternya insyaallah sudah sangat berpengalaman, suksesnya juga persentase cukup tinggi," kata Agus di kantornya, Kamis (17/8).
Wakil Ketua KPK lainnya Saut Situmorang, mengaku sempat bertemu Novel. Novel saat itu kondisi mata kiri memang lebih parah dibanding mata kanannya.
"Yang sebelah kiri sangat merah ya. Itu juga harus dirawat belakangan," ujar Saut.
Menurut Saut, setelah menjalani operasi besar itu Novel juga diperkirakan tidak bisa langsung pulang. Sebab masih harus menjalani perawatan yang lebih intensif.
"Kalau nanti dioperasi dia jangan pulang ke Indonesia dulu karena ada pengalaman itu harus diawasi betul setelah operasi. Jadi harapan kita kalau menurut success story-nya cukup tinggi. Tapi memang dia harus ada cek rutin terus. Jadi itu yang mungkin kita harapkan abis operasi pun dia harus tetap di sana," jelas Saut.
Sementara saudara Novel, Taufik Baswedan, menyebut Novel telah masuk ke ruang operasi sejak pagi hari dan telah memperoleh penanganan pihak dokter.
Novel mengalami kerusakan kedua matanya setelah mengalami diteror dan penyerangan dengan cara disiram air keras oleh orang yang tak dikenal pada 11 April 2017. Namun pengusutan yang dilakukan polisi hingga saat ini belum memperoleh kejelasan siapa pihak penyerangnya. (dtc/rm)Diperiksa Polisi Novel Enggan Buka Keterlibatan Jenderal
Selasa, 15/08/2017 14:00 WIB
JAKARTA, GRESNEWS.COM - Kendati pernah mengungkapkan kepada publik bahwa ada keterlibatan nama seorang Jenderal dalam kasus penyerangan terhaap dirinya. Namun penyidik senior KPK Novel Baswedan tetap menolak mengungkapkan identitas Jenderal yang dimaksudnya kepada penyidik Polri yang memeriksanya di Singapura.
Novel mengaku hanya bersedia mengungkapkan identitas sang jenderal kepada tim gabungan pencari fakta yang dibentuk pemerintah. Hal itu diungkapkan salah satu kuasa hukum Novel, Alghiffari Aqsa dari LBH Jakarta, kepada BBC.
Saat pemeriksaan resmi pertama terkait kasus penyiraman air keras, Novel juga menurut
Alghiffari, menolak untuk menyampaikan daftar ancaman terhadap orang-orang KPK yang sempat ia sampaikan di salah satu stasiun TV. "Ia hanya mau menjawab dan menjabarkan daftar tersebut," tambah Alghiffari.
Tentang hal itu pun, menurut Alghiffari, Novel hanya akan menjawab jika sudah dibentuk tim gabungan pencari fakta. Tim gabungan pencari fakta hingga saat ini belum dibentuk karena membutuhkan mandat dari Presiden.
Masalahnya, sejauh ini polisi menolak membentuk tim gabungan itu, alasannya tidak bersifat pro-justisia atau tidak mengikat secara hukum. Tim ini juga berbeda dengan tim gabungan Polri dan KPK yang diusulkan Kapolri, namun pembentukan tim ini ditolak oleh Novel.
Disebutkan Alghiffari, bahwa Novel kooperatif dalam pemeriksaan tersebut. "walaupun ada beberapa hal yang tidak dipenuhi oleh kepolisian secara administrasi".
Administrasi yang dimaksud adalah surat keterangan dokter dan izin dari otoritas setempat. Pihak Novel sendiri menurut Alghiffari, "masih pesimis kasus ini akan bisa diselesaikan oleh kepolisian makanya tim advokasi Novel dan Novel sendiri mendesak pembentukan tim gabungan pencari fakta."
Novel sendiri dalam pernyataan persnya menyampaikan beberapa kekecewaan hal-hal selama pemeriksaan. Kekecewaannya itu antara lain, adanya penyebutan sejumlah saksi kunci dalam peristiwa tersebut. Pempublikasian saksi itu menyebabkan mereka saat ini terancam.
Selain itu menurutnya, penyidik juga sebelumnya terlalu terburu-buru membuat kesimpulan sendiri dan mempublikasikannya, sehingga terkesan menutupi pihak-pihak tertentu. Novel merasa kecewa karena penyidik menyatakan tak menemukan sidik jari di cangkir yang digunakan untuk menyiram air keras.
Disamping itu penyidik juga tidak memberikan SP2HP (Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan) ke keluarga Novel, yang merupakan hak pelapor.
Pemeriksaan terhadap Novel berlangsung di KBRI Singapura, setelah kontroversi berkepanjangan. Novel diperiksa tim Polda Metro Jakarta Senin pagi (14/8) mulai pukul 11.00 waktu setempat (10.00 WIB) hingga pukul 17:00.
Dalam pemeriksaan itu Novel didampingi tim biro hukum KPK dan Kontras (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) sebagai kuasa hukum. Dua pimpinan KPK, Agus Rahardjo dan Saut Situmorang, juga ikut hadir menemani. (dtc/rm)Pimpinan KPK Dampingi Polri Periksa Novel di Singapura
Senin, 14/08/2017 07:30 WIBProses untuk mengungkap pelaku penyiraman air keras pada penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan terus dilakukan. Pimpinan KPK akan mendampingi beberapa perwira Polri terbang ke Singapura untuk melakukan pemeriksaan terhadap Novel Baswedan pada, Senin (14/8),
Wakil Ketua KPK Saut Situmorang mengatakan hari ini dirinya bersama Ketua KPK Agus Raharjo akan mendampingi lima hingga tujuh orang perwira penyidik Polri untuk melakukan pemeriksaan lanjutan terhadap Novel di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Singapura.
"Saya bersama Pak Agus mau ke Singapura dengan sekitar lima sampai tujuh perwira Polri untuk menanyakan dan mempelajari kembali keterangan dari Novel," ujar Saut usai acara Ngamen Anti Korupsi di Stasiun Kejaksan, Kota Cirebon, Minggu (13/8) malam.
Saut berharap dari pemeriksaan bisa mendapat sesuatu hal baru agar kasus teror yang menimpa Novel bisa segera terungkap. "Dan lagi kita mengharap kasus itu bisa selesai secepatnya," ucapnya.
Selain itu kedatangannya ke Singapura juga ingin memastikan kesehatan Novel. Pasalnya dalam beberapa pekan ke depan Novel dijadwalkan akan menjalani operasi implan pada bagian mata kirinya.
"Novel akan operasi mata sekitar dua atau tiga minggu ke depan. Kondisinya sekarang semakin bagus tapi yang kirinya (mata) lambat tumbuhnya jadi akan ada operasi kecil untuk mengambil beberapa bagian tubuh untuk diimplan di matanya," beber Saut.
Seperti diketahui Novel mengalami teror penyiraman air keras pada 11 April 2017 yang menyebabkan kedua matanya luka, dan harus menjalani sejumlah pengobatan dan operasi di Singapura.
Hingga empat bulan berselang polisi belum bisa mengungkap siapa pelaku teror tersebut. Novel menduga teror tersebut berhubungan dengan salah satu kasus yang tengah ditangani KPK.
Dalam wawancara dengan Najwa Shihab pemandu acara Mata Najwa pada Senin, (26/7) Novel bicara bahwa kasus ini melibatkan orang di dalam tubuh kepolisian juga. Ia bahkan menunjukkan secarik kertas yang menurutnya diberikan seorang perwira polisi yang bersimpati pada Novel.
Isi kertas tersebut berisi daftar aktivitas keseharian dari tiga penyidik KPK, termasuk Novel. Novel mengklaim ini merupakan bukti adanya keterlibatan kepolisian hingga penanganan kasusnya tak juga rampung mesti tiga bulan telah terlewati. (dtc/mfb)Polri Surati KPK untuk Pemeriksaan Novel di Singapura
Sabtu, 12/08/2017 12:00 WIBJAKARTA, GRESNEWS.COM - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membenarkan telah menerima surat pemberitahuan Polri untuk meminta keterangan Penyidik Senior Novel Baswedan di Singapura.
"Untuk rencana pemeriksaan oleh Polri, kami sudah terima surat dari Polri hari ini," kata Kabiro Humas KPK Febri Diansyah kepada wartawan di kantornya, Jumat (11/8).
Adanya pemberitahun ini, kata Febri, pihaknya akan segera melakukan koordinasi. Sebab ada rencama Novel akan menjalani operasi besar mata kirinya pada Kamis (17/8), yang kemungkinan akan menghambat pemeriksaan.
Febri mengatakan, bagi pasien ada kewajiban secara medis untuk beristirahat dan melakukan sejumlah persiapan sebelum operasi dilakukan. "Nanti akan dikoordinasi kembali karena waktunya mungkin masih harus dicek kembali kalau setelah operasi mungkin akan sulit karena ada beberapa kendala teknis baik untuk bagian mulut atau mata," tutur Febri.
Sebelumnya pihak KPK menyarankan kepada Kepolisian untuk melakukan pemeriksaan Novel sebelum pelaksanaan operasi besarnya.
Sebab operasi akan dilakukan dua tahap.Selain juga ada persiapan operasi yang diperkirakan akan menghambat pemeriksaan. Dimana ada bagian gusi yang diambil, sehingga akan ada beberapa hambatan-hambatan yang terjadi seusai operasi.
"Sehingga kalau dikaitkan dengan kebutuhan pemeriksaan, waktu yang tepat untuk dilakukan pemeriksaan adalah sebelum operasi, sebelum jadwal istirahat yang disampaikan oleh dokter," tutur Febri.
Disebutkan Febri, operasi Novel akan ada penanaman jaringan gusi dan pipi di mata kiri sebagai tahap pertama. Lalu perkembangan mata Novel akan dipantau selama 2 bulan pascaoperasi, baru kemudian jaringan tersebut dilepas. Hasilnya akan dipantau kembali selama 2 pekan berikutnya.
"Jadi perawatan pascaoperasi akan butuh waktu yang cukup panjang," terang Febri lagi.
Selain itu, ditambahkan Febri, perawatannya pun lumayan rumit. Pekan pertama setelah operasi, mata akan ditutup dengan plastik dan harus menghindari lingkungan berdebu atau keramaian. Bahkan tidak boleh terkena air selama satu bulan.
Menurut KPK sebaiknya pemeriksaan ini tidak menjadi patokan segera ditemukannya tersangka. Sebab, ini adalah pemeriksaan formal sesuai KUHP.
Febri mengatakan bahwa di KUHP pemeriksaan korban itu bukanlah suatu kewajiban untuk ditemukan atau tidak ditemukan pelaku. "Kita berharap Kapolri setelah bertemu dengan Presiden bisa menemukan pelaku," ujar Febri. (dtc/rm)KPK Tunggu Penjelasan Tim Gabungan untuk Novel
Kamis, 03/08/2017 07:30 WIBWakil Ketua KPK Laode M Syarif mengaku sedang menunggu Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk menjelaskan kabar terbaru kasus teror penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan. KPK juga menunggu penjelasan Kapolri mengenai tim gabungan.
"Ya sampai sekarang masih menunggu karena teman-teman di Polda belum memberikan update kepada KPK, termasuk rencana mereka ingin kapan memeriksa Mas Novel di Singapura. Tapi soal tim gabungan diusulkan Kapolri kami ingin mendengarkan detail dulu," kata Laode di kantornya, Jalan Kuningan Persada, Jakarta, Rabu (2/8/2017).
Namun saat ditanya kapan KPK akan bertemu dengan Kapolri, menurut Laode, KPK menunggu surat perihal pertemuan tersebut.
"Belum ada tanggal, mungkin akan bersurat dalam waktu dekat. Sebenarnya tidak perlu bersurat kalau beliau ingin datang berikan update sesuai kesepakatan dulu," ucap Laode.
Soal sketsa wajah pelaku, kata Laode, gambar pelaku mirip yang pernah diberikan Kapolri dalam pertemuan dengan KPK pada beberapa waktu lalu. "Pada waktu pertemuan itu sketsa masih dalam proses pengembangan. Iya, sama," ujar Laode.
Pada Senin lalu, Tito menjawab tentang desakan publik untuk membentuk tim gabungan pencari fakta yang melibatkan unsur sipil. Tito menegaskan sudah ada tim bentukan Polri yang juga membuka keterlibatan KPK.
"Saya pikir kita harus percaya kepada institusi KPK karena teman-teman di KPK kan cukup kredibel. Kalau saja dibentuk tim gabungan independen, misalnya, ini kan sifatnya mencari fakta, bukan melakukan investigasi. Kalau mencari fakta beda dengan investigasi," ujar Tito di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat.
Tito mengatakan investigasi dapat melakukan penyelidikan lebih mendalam sampai menemukan data mentah. Tim investigasi bahkan dapat melakukan analisis IT untuk mengungkap kasus tersebut. (dtc/mfb)Polisi Kerjasama AFP Usut Kasus Novel Baswedan
Kamis, 03/08/2017 07:00 WIBPenyidik Polri menggandeng Australian Federal Police (AFP) dalam pengusutan kasus teror terhadap penyidik KPK Novel Baswedan. Penegak hukum dari Australia ini diminta membantu mengecek CCTV terkait teror tersebut.
"Jadi gini, kita semua tetap ada kerja sama antar kepolisian. Kemarin kita kan melihat Kepolisian Australia itu, CCTV yang kabur itu bisa tidak sih dicek," ujar Kabid Humas Polda Metro Jay Kombes Pol Argo Yuwono kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Rabu (2/8).
Hanya saja, Argo tidak menjelaskan secara detil sejauh mana pelibatan AFP dalam pemeriksaan CCTV tersebut, apakah memperbantukan peralatan atau lainnya. "Ya teknisnya kan nanti," ucapnya.
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, pihaknya menggandeng AFP salah satunya untuk membuat sketsa wajah diduga pelaku. AFP memiliki teknologi mutakhir dalam pembuatan sketsa wajah.
"Kita bekerja sama dengan rekan-rekan dari AFP, kepolisian Australia, kemudian kita rekonstruksikan menggunakan sistem komputer sehingga terakhir kita dapatkan yang ini," kata Tito di kantor Presiden, kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (31/7).
Sketsa wajah tersebut dibuat berdasarkan keterangan saksi. Diduga, terduga pelaku yang telah dibuat sketsa wajahnya itu adalah pelaku yang mengendarai motor pada saat kejadian.
"Ini mungkin belum di-publish ya, karena ini baru kira-kira dua hari yang lalu ini. Jadi kalau ada yang di media, majalah lain, saya tidak jelas dapat dari mana. Yang ini adalah dari saksi yang sangat penting, karena lima menit sebelum kejadian. Ini ada di dekat masjid, dia mencurigakan. Yang kita duga dia adalah pengendara sepeda motor," kata Tito. (dtc/mfb)