JAKARTA - Pemerintah kini sedang menjalankan kebijakan penanganan pandemi corona virus (Covid-19), salah satunya penerapan sosial distancing yang mengharuskan beraktivitas dari rumah. Masyarakat pun beramai-ramai menggunakan fasilitas digital, namun hal ini nyatanya kurang efektif lantaran rupanya ada kesenjangan digital.

Peneliti Center of Innovation and Digital Economy (INDEF) Izzudin Al Farras Adha mengatakan kesiapan digital menjadi kunci kesuksesan berlangsungnya Work From Home dan Study From Home. Padahal ada puluhan juta orang Indonesia tidak memiliki smartphone dan akses internet.

Menurutnya penyebab terjadinya kesenjangan digital setidaknya ada dua faktor utama. Yaitu faktor literasi atau pendidikan dan faktor infrastruktur digital.

"Jadi itu penyebabnya kenapa terjadi digital defeat. Ini fenomena yang terjadi di seluruh dunia, fenomena yang terjadi antara negara maju dengan negara berkembang," katanya kepada Gresnews.com dalam diskusi online webinar bertema Pandemi Covid-19: Membongkar Kesenjangan Digital di Indonesia, Rabu (22/4).

Ia menjelaskan, pertama, literasi digital. Artinya pendidikan, pelatihan, dan seterusnya yang terkait dengan digital. Sementara faktor kedua adalah infrastruktur digital misalnya broadband, bandwith, termasuk akses internet dan seterusnya.

Berdasarkan data dari IMD World Digital Competitiveness Ranking 2019, skor indeks daya saing digital Indonesia sebesar 58, berada di bawah negara tetangga Malaysia, Thailand, dan Filipina. Sementara survei APJII menyebut, penetrasi pengguna Internet Indonesia pada 2018 mencapai 64,8%. Apabila dibagi per wilayah, di perkotaan masih ada 25,9% masyarakat yang bukan pengguna internet. Sementara, di pedesaan lebih besar lagi, mencapai 38,4% masyarakat bukan pengguna internet.

Ia menjelaskan dampak dari kesenjangan digital secara umum adalah informasi yang timpang. Misalnya masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan. Itu bisa membuat semakin tingginya tingkat literasi.

"Kondisinya sekarang adalah lebih banyak masyarakat perkotaan dibandingkan masyarakat pedesaan yang bisa mengakses internet. Dengan begitu masyarakat perkotaan lebih banyak mendapat informasi baik kebijakan pemerintah maupun informasi di luar negeri dan seterusnya," katanya.

Dengan begitu tingkat literasi digital masyarakat kota lebih tinggi. Mereka bisa lebih banyak mengakses. Misalnya, mengakses penghasilan lebih banyak dan seterusnya. Sehingga makin timpang secara ekonomi, makin timpang dalam banyak hal.

Menurutnya solusi untuk kesenjangan digital adalah membuat biaya bandwidth serta komponen digital lainnya menjadi lebih murah. Misalnya dengan menurunkan pajak yang terkait dengan mobile software, baik untuk telepon seluler atau komputer juga perangkat terkait internet.

Kedua, berkolaborasi dengan berbagai pelaku kepentingan terkait. Konkretnya bagaimana supaya semua pihak terkait berfikir bersama-sama dengan operator sehingga dapat menemukan solusi yang inovatif. Tujuannya agar ada akses internet yang lebih terjangkau kepada masyarakat yang berpenghasilan menengah kebawah.

"Ketiga, memberikan tambahan stimulus dan dukungan regulasi agar kesenjangan digital bisa semakin ditekan. Itu tiga contoh solusi yang bisa saya gambarkan," tandasnya. (G-2)

BACA JUGA: