JAKARTA - Rangkap jabatan Nadiem Anwar Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) dan Komisaris Utama PT Dompet Karya Anak Bangsa—badan hukum yang menaungi aplikasi pembayaran digital GoPay—dinilai bisa memunculkan kekhawatiran. Kedua jabatan itu memiliki karakteristik yang berbeda, bahkan bisa dikatakan berlawanan. Jabatan Mendikbud berkaitan dengan dunia sosial, sedangkan jabatan Komisaris Utama GoPay berkaitan dengan dunia komersial.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo menyampaikan hal tersebut kepada Gresnews.com, Kamis (24/10), ketika dimintai pendapatnya tentang rangkap jabatan Nadiem itu, setelah personel Kabinet Indonesia Maju diumumkan oleh Presiden Joko Widodo, terutama dari aspek kejujuran yang merupakan basis utama pendidikan.

“Kalau dilihat karakteristiknya sudah berbeda. Mendikbud sebagai pejabat negara, prioritasnya utamanya sebagai pembantu presiden adalah memperjuangkan kepentingan masyarakat Indonesia akan pelayanan pendidikan. Ini mendasar. Tentu karakter ini sangat berbeda dengan jabatan komisaris utama dalam perseroan terbatas yang berorientasi pada profit, ekspansif, serta kepentingan ekonomi,” kata Heru.

Heru menjelaskan rangkap jabatan seperti itu sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan untuk mengantisipasinya. Bahkan, kata dia, dengan tegas terdapat pada UU Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara. Pasal 23 ayat (1) huruf b UU Kementerian Negara berbunyi menteri dilarang merangkap jabatan sebagai komisaris atau direksi pada perusahaan negara atau perusahaan swasta.

Bagaimana kaitannya dengan aspek kejujuran, mengingat ketika dilantik sebagai Mendikbud, Nadiem masih berposisi sebagai Komisaris Utama GoPay?

Menurut Heru, dalam ranah pedagogi, kejujuran itu adalah terampil bertindak (soft skill), sementara profesionalisme merupakan terampil berpikir (hard skill) seperti berpikir kritis dan inovatif.

“Beliau itu kan pencipta/inovatif dalam hal aplikasi dan pencipta lapangan pekerjaan baru yang meluas. Artinya bahwa kapasitas hard skill dan soft skill-nya sudah ditingkatkan paling atas, sehingga kalau berbicara mengenai profesionalisme dan kejujuran sudah tidak diragukan,” kata Heru.

Berdasarkan pengecekan Gresnews.com terhadap perubahan akta terakhir PT Dompet Karya Anak Bangsa per 13 September 2019, Nadiem tercatat sebagai Komisaris Utama sekaligus pemegang 10 lembar saham perseroan senilai Rp10.000.000. Modal disetor perusahaan adalah Rp8 triliun. BACA: Mendikbud Nadiem Makarim Dinilai Langgar UU Kementerian Negara.

Berbeda dengan posisinya di PT Aplikasi Karya Anak Bangsa—badan hukum yang menaungi Gojek—yang perubahan akta terakhirnya hanya sehari sebelum pengumuman kabinet, yakni Selasa, 22 Oktober 2019. Di situ, Nadiem tercatat hanya sebagai pemegang saham. BACA: Mendikbud Nadiem Makarim Masih Kuasai Saham Perusahaan Asing Gojek Bersama Astra Dkk

Kemarin, Chief Corporate Affairs Gojek Nila Marita berkilah Nadiem telah menandatangani dan menyerahkan surat pengunduran diri dari seluruh jabatan komisaris dan eksekutif di Grup Gojek. “Kami sekarang dalam proses untuk meng-update dokumen perusahaan ke lembaga pemerintahan terkait mengenai perubahan ini,” kata Nila kepada Gresnews.com.

Pada perkembangan lain, kemarin, Presiden Jokowi menjelaskan alasan memilih Nadiem sebagai Mendikbud. “Bayangkan mengelola sekolah, mengelola pelajar, manajemen guru sebanyak itu, dan dituntut oleh sebuah standar yang sama. Kita diberi peluang setelah ada yang namanya teknologi, yang namanya aplikasi sistem yang bisa membuat loncatan sehingga yang dulu dirasa tidak mungkin sekarang mungkin," kata Jokowi. "Oleh sebab itu dipilih Mas Nadiem Makarim," sambung Jokowi.

Sebagai informasi, Gojek sebagai perusahaan didirikan oleh Nadiem, Kevin Aluwi, dan Michaelangelo Moran pada 2010. Aplikasi sejenis sudah ada di negara lain sebelum Gojek berdiri. Salah satunya adalah Uber—Uber Technologies Inc.—yang didirikan oleh Travis Kalanick dan Garrett Camp di San Fransisco, California, Amerika Serikat. Nadiem adalah lulusan Master of Business Administration dari Harvard Business School. Sebelum mendirikan Gojek, dia adalah Managing Director sekaligus Co-Founder Zalora Indonesia dan Chief Innovation Officer Kartuku. Zalora adalah marketplace produk pakaian, Kartuku adalah aplikasi pembayaran non-tunai digital. 

Lalu Gojek mendapatkan pendanaan dari NSI Ventures, Google, Grup Djarum hingga perusahaan otomotif PT Astra International Tbk. (mengucurkan Rp9,1 triliun per 30 Juni 2019). Masuk dalam jajaran investor Gojek adalah PT Northstar Pacific Investasi—perusahaan kapital yang digawangi Patrick Waluyo. Patrick adalah menantu Theodore Permadi Rachmat—pimpinan Grup Astra. Selain itu, saat ini Komisaris Utama Gojek dijabat oleh Garibaldi Thohir (Boy Thohir), kakak dari Menteri BUMN Erick Thohir. 

Saat ini, para pengembang aplikasi transportasi menjamur di Indonesia. Terdapat banyak perusahaan jasa pembuatan aplikasi ojek online seperti salah satunya APPKEY. Di sisi lain, angka penjualan produk otomotif pun meningkat. Data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) Januari-Juli 2019 menunjukkan penjualan motor (distribusi dari pabrik ke dealer/wholesales) menembus 3,7 juta unit. Naik 223.866 unit dibandingkan dengan semester pertama 2018. Honda memimpin pasar dengan varian Honda Vario 150 produksi PT Astra Honda Motor sebagai salah satu yang terlaris. (G-1)

  

BACA JUGA: