JAKARTA - Aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh aliansi mahasiswa dan masyarakat sipil di berbagai daerah pada Senin (23/9) dan Selasa (24/9) berujung ricuh. Dampaknya kecemasan pelaku pasar terutama investor asing meningkat.

Ekonom Bayu Krisnamurthi mengatakan bila aksi demonstrasi sampai menjadi anarkis, merusak, saling memaksakan kehendak maka bisa berdampak buruk pada stabilitas sosial politik. "Pada gilirannya bisa menimbulkan ketidakpastian dan akan buruk juga bagi perekonomian," kata Bayu kepada Gresnews.com, Rabu (25/9).

Menurut Wakil Menteri Perdagangan Kabinet Indonesia Bersatu II itu, seharusnya aksi demonstrasi benar-benar menjadi sarana untuk menyampaikan pendapat yang baik, terbuka, sehat dan beradab. Bila itu yang terjadi maka akan positif bagi lingkungan bisnis, kemudian justru akan mendorong perekonomian.

Ia berpendapat untuk mengatasi masalah yang timbul maka diperlukan sikap yang baik datang dari semua pihak. Tentu baik saja tak cukup tapi harus objektif, berbasis fakta, dibahas bersama dengan sikap mencari solusi. "Attack the problem not the institution or person," imbuhnya.

Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia, pada perdagangan kemarin, Selasa (24/9), dana asing yang keluar hampir mencapai Rp1 triliun. Investor asing membukukan aksi jual bersih (net sell) hingga Rp993,94 miliar di pasar reguler. Ini menambah tren dana asing yang keluar dalam sebulan terakhir yang tercatat mencapai Rp7,15 triliun.

Banyaknya dana asing yang keluar pada perdagangan kemarin menjadi salah satu pemicu koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 1,1% menjadi 6.137,61. Koreksi tersebut merupakan yang terburuk di bursa saham Asia. (G-2)

BACA JUGA: