JAKARTA - Perkembangan setiap kota di dunia bersifat unik, bergantung kepada budaya, lingkungan dan para pengambil kebijakannya. Salah satunya pengembangan ibu kota Qatar yakni Doha. Sampai beberapa dekade yang lalu, Qatar didominasi oleh orang-orang nomaden yang mata pencahariannya bergantung pada perikanan, mutiara, pembiakan unta, dan pembangunan kapal penangkap ikan.

Kekayaan gas alam Qatar yang ditemukan sejak 1990-an telah mengubah negara kecil tersebut menjadi negara kaya di Arab. "Penemuan minyak dan gas di Qatar telah mendorong tidak hanya perubahan sosial-ekonomi, tetapi juga perubahan lingkungan," kata pakar arsitektur dan urbanisasi dari Universitas Qatar Ali Ali Alraouf dalam diskusi Kongres Perencana Sedunia ke-55 yang dihadiri oleh Gresnews.com, pekan ini.

Ali, yang juga merupakan perencana di Departemen Kota dan Lingkungan Qatar, menjelaskan Qatar adalah salah satu dari sedikit negara penghasil minyak Timur Tengah yang menyadari arti penting melakukan transformasi dari sekadar pemanfaatan sumber daya ke penggalian pengetahuan. Pemerintah Qatar memandang investasi dalam pengembangan perkotaan berbasis pengetahuan sebagai alat penting untuk bertahan hidup di dunia yang global dan kompetitif.

Pemerintah membuat strategi dan kebijakan perencanaan kota yang diadopsi untuk mengubah fokus dari menciptakan kota besar dengan citra yang selaras dengan kota-kota global pada umumnya menjadi kota yang lebih berkelanjutan, tangguh, berbasis pengetahuan dan terdesentralisasi. Qatar telah menangkap imajinasi dunia dengan menyeimbangkan aspirasi global dan kebutuhan lokal dalam konteks berkelanjutan dan ketahanan.

Keberhasilan Qatar mengelola Doha dan kota metropolitan sekitarnya memberi semangat baru bahwa transformasi kota dari metropolitan yang mengeksploitasi pendapatan minyak dan gas menjadi model urbanisme multipusat bisa terwujud. Doha telah mengadopsi sejumlah strategi signifikan termasuk pengembangan pusat kota yang layak huni yang terdistribusi dengan baik, pembangunan berorientasi transit, memperkenalkan urbanisme yang dipadatkan dan mendorong model-model pengembangan penggunaan campuran.

Menurut Ali, Qatar merancang untuk mengadopsi strategi seperti itu dan langkah yang disengaja menuju urbanisme multipusat karena tidak bisa dihindari pada era dunia pascaglobalisasi. Semua itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia perkotaan dan tantangan paradigma pascaeksploitasi sumber daya berbasis karbon.

Qatar merupakan pengekspor gas LNG terbesar dunia mengirimkan 81 juta ton pada 2017 atau 28% dari jumlah keseluruhan di dunia. Negara tersebut juga mengekspor 600.000 barel minyak per hari. Ekonomi Qatar terus berkembang meskipun diembargo. Data Dana Moneter Internasional (IMF) ekonomi negara tumbuh 1,6% pada tahun 2017 dan tingkat pertumbuhan diperkirakan akan meningkat 2,4% pada tahun 2018 dan 3,1% pada tahun 2019.

Pada Juni 2017, Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab dan Bahrain memutuskan hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Doha, karena menuduh Qatar mendukung terorisme. Empat negara tersebut telah mengancam Qatar dengan sanksi tambahan jika gagal memenuhi daftar tuntutan, termasuk salah satunya untuk menutup media TV Al-Jazeera. (G-2)

 

BACA JUGA: