JAKARTA - Pemerintah sedang gencar membangun jalan tol. Di Pulau Jawa saja sudah tersambung tol dari Jakarta hingga Surabaya. Di samping dampak positif yang dirasakan, terdapat juga beberapa efek negatif yang bila tak ditangani akan semakin tidak terkendali.

Arsitek dari Nusantara Urban Advisory, Dwitantri Rezkiandini Lestari, melakukan penelitian di koridor Semarang-Surabaya yang merupakan tulang punggung pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah dan Jawa Timur. "Pengembangan koridor ini juga berperan dalam pertumbuhan ekonomi nasional," kata Dwitantri kepada Gresnews.com, Jumat (13/9). Dwitantri mempresentasikan penelitiannya dalam diskusi Kongres Perencana Sedunia ke-55.

Menurutnya, pengembangan koridor Semarang-Surabaya diharapkan dapat menciptakan eksternalitas positif, seperti menciptakan limpahan atau pertumbuhan ekonomi di daerah perkotaan di sepanjang koridor. Limpahan di daerah perkotaan seperti ini juga terjadi di sepanjang koridor lain, seperti koridor Jakarta-Cipularang. Selain menciptakan eksternalitas positif, pengembangan koridor Jakarta-Cipularang sebagai tulang punggung pertumbuhan ekonomi Jakarta-Bandung juga menciptakan konurbasi (Konurbasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 494 Tahun 2005 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Perkotaan merupakan proses dimana suatu kota metropolitan mengalami perkembangan fisik perkotaan yang menyatu dengan kota-kota di sekitarnya membentuk kawasan metropolitan yang lebih besar).

"Kontrol spasial yang lemah adalah pemicu untuk fenomena ini, yakni pengaturan tata ruang belum ditegakkan," kata Dwitantri. Salah satu dampaknya adalah lahan-lahan pertanian di sepanjang koridor semakin mengecil, padahal lahan tersebut merupakan bagian dari pertahanan pangan nasional.

Berdasarkan fenomena yang terjadi di koridor Jakarta-Cipularang, pengembangan koridor Semarang-Surabaya harus memperhatikan tidak hanya rencana pembangunan infrastruktur tetapi juga dalam strategi pengendalian spasial. Proyek ini menerapkan konsep pengembangan koridor ekonomi yang menghasilkan output seperti rencana klaster perkotaan di sepanjang koridor, strategi antisipasi, program pembangunan infrastruktur, dan kontrol spasial di sepanjang koridor Semarang-Surabaya. (G-2)

BACA JUGA: