JAKARTA - Rencana pembangunan ibu kota baru Indonesia di Kalimantan Timur mendapat sorotan Dunia. Selama ini Kalimantan menjadi salah satu pusat paru-paru dunia sehingga dunia menanti konsep seperti apa yang diusung oleh pemerintah Indonesia.

"Kalau kita memutuskan Kalimantan berarti konsep desainnya berbasis ekosistem keragaman hayati dan pelestarian hutan. Artinya desainnya sudah pasti tidak akan seperti New York, maka akan keluar desain baru," kata Ketua Umum Ikatan Ahli Perencana Indonesia (IAP) Bernardus Djonoputro kepada Gresnews.com, Senin (9/9).

Ia menjelaskan Kalimantan adalah salah satu garda pertahanan terakhir keragaman hayati maka ini harus dijaga. Desain kota seperti apakah yang harus dirancang? Apakah akan menjadi hutan beton baru atau justru akan dibangun sesuai hutan?

IAP memberi usulan kota di dalam hutan, forest city. Artinya desain bangunan, teknologi, dan lainnya harus disesuaikan mengikuti konsep itu.

Menurut dia, untuk perencanaannya sendiri bisa selesai dalam jangka waktu satu atau dua tahun selama petanya ada dan survei dilakukan dengan baik. Namun implementasi berbeda karena berkaitan dengan engineering desain, kemudian ada proses tumbuhnya penduduk, semua butuh proses.

"Kalau membangun gedung pertama dan diisi pada 2024 bisa, gak masalah dalam dua tahun plan-nya sudah ada kita bangun dulu istana presiden dan diisi orang, itu bisa. tapi untuk bisa menjadi kota seperti Washington lebih dari 150 tahun. atau Bogor sudah 400 tahun tapi penduduknya tak sampai 2 juta," ujarnya.

Djonoputro berharap konsep perencanaan kota baru di kawasan katulistiwa ini bisa menjadi mazhab baru di dunia perencanaan. Ini menjadi sebuah tantangan bagi para perencana mengingat negara kita adalah kepulauan dimana konektivitas menjadi kendala. Memindahkan ibu kota tak sekadar pindah pemerintahan tapi ada aspek sosial budaya dan geopolitik juga.

Ibu kota berpindah ke Kalimantan ini artinya berpindah ke daerah dengan suhu 30-32 derajat sepanjang tahun dengan curah hujan 4.000 milimeter dan tingkat kelembabannya 80% sepanjang tahun. Tentu akan berbeda dengan kota lainnya dan pasti ada kearifan lokal yang akan keluar dalam bentuk desain nanti. "Harus mengadopsi budaya setempat, gak mungkin kita mengimpor solusi dari luar," tandasnya. (G-2)

BACA JUGA: