Jakarta -  Laporan hasil tracking (penelusuran rekam jejak) calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang berasal dari  Badan Intelijen Negara (BIN), Polri, dan Kejaksaan ternyata bertolak belakang dengan laporan yang disampaikan oleh LSM.

Anggota Panitia Seleksi Calon Pimpinan (Pansel Capim) KPK, Imam B Prasodjo menyebut laporan yang dibuat oleh LSM seperti Indonesian Corruption Watch (ICW) justru lebih jelas. Pasalnya, mereka melampirkan rekaman wawancara dengan calon dan foto tentang kehidupan sehari-hari calon pimpinan itu. Sedangkan laporan hasil tracking dari BIN, Polri, dan Kejaksaan tidak jelas.

Laporan yang bertolak belakang itu, ungkap Imam, misalnya, ada calon yang menurut laporan LSM berlatar belakang baik dan bersih. Sebaliknya, berdasarkan laporan hasil tracking dari BIN, Polri, dan Kejaksaan ternyata calon tersebut justru tidak baik.

"Atau sebaliknya, laporan tentang calon dari BIN, Polri, dan Kejaksaan baik tapi laporan dari LSM calon itu baik," ujar Imam, di Jakarta, Rabu (9/11).

Selain itu, ketiga lembaga negara tersebut juga memiliki laporan yang relatif senada. Bahkan, mereka memiliki juru bicara sendiri saat melaporkan hasil itu ke Pansel.

Atas dasar ketidakjelasan laporan dari BIN, Polri, dan Kejaksaan itu, Pansel terpaksa harus melakukan verifikasi terhadap calon yang bersangkutan. Pansel menanyakan hasil laporan dari BIN, Polri ,dan Kejaksaan itu kepada para calonnya langsung. "Pada akhirnya, kami sepakat untuk memberi peringkat terhadap para calon itu," kata Imam.

Seperti diketahui, tracking merupakan salah satu proses seleksi capim KPK. Adapun pihak-pihak yang melakukan tracking, yakni Indonesia Corruption Watch (ICW), Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI), dan aparatur penegak hukum yang terdiri dari Badan Intelijen Negara (BIN), Kepolisian, dan Kejaksaan.

Saat ini, Panitia Seleksi KPK sudah menentukan delapan nama yang lolos untuk seleksi fit and proper test (uji kelayakan dan kepatutan) di DPR RI. Ada empat nama yang masuk dalam jajaran peringkat terbaik, yaitu Bambang Widjojanto, Yunus Husein, Abdullah Hehamahua, dan Handojo Sudrajat.

BACA JUGA: