Jakarta - Indikator keberhasilan pembangunan bukanlah angka statistik seperti pemeringkatan investmen grade yang dirilis Fitch. Ukurannya adalah perut rakyat kenyang, sandang murah dan pendidikan terjangkau.

"Manipulatif, kembali kesuksesan ditunjukan lewat angka statistik, tanpa melihat riil di masyarakat. Lalu, apa indikator keberhasilan investment grade? Shame on u Mr SBY!" kata Rieke Diah Pitaloka, politisi PDI Perjuangan di Jakarta, Kamis (29/12).

Dia mengaku geram peringkat investment grade yang dibuatkan iklannya oleh Kementerian BUMN dengan uang rakyat, yang tujuannya pencitraan.

"Apakah sekedar membuka selebar-lebarnya pintu bagi investor asing? Di sebelah mana proteksi lewat bagi rakyat, yang salah satu indikatornya kesejahteraan buruh dan pekerja indonesia?" ungkapnya ketus.

Tumpukan utang
Dia mengingatkan, pemerintah seharusnya tidak terlena dengan gelar investment grade. Namun, harus fokus pada penyelesaian utang yang sudah semakin menumpuk.

"Pemerintah memamerkan keberhasilan semu bagi kalangan bawah. Apa artinya debt ratio 25.7 persen, kalau penggunaan utang banyak yang idle karena dikorupsi," ungkapnya lagi.

Harus diakui, tambah Rieke, tiga kreditor utama utang luar negeri yakni Jepang, ADB dan Bank Dunia maka dari angka 25,7% tersebut bahwa segala kebijakan pemerintah lebih banyak dipengaruhi oleh tiga kreditor tersebut.

Jadi, tambah Rieke, tidak heran apabila keuntungan investment grade itu hanya menguntungkan investor asing.

"Indonesia hanya jadi pasar barang impor akibat ACFTA. Beda dengan Malaysia, Thailand, dan Singapura yang didukung oleh investasi dan ekspor impor sehingga fundamental. Jadi, Iklan pemerintah di beberapa media tidak bermakna nyata. Iklan yang berisi pembohongan publik," pungkas Rieke.

BACA JUGA: