JAKARTA, GRESNEWS.COM - Mengikuti Frankfurt Book Festival (FBF) sebagai tamu kehormatan, Indonesia menggandeng sejumlah sastrawan dan budayawan papan atas guna menggaet pengunjung di pameran buku terbesar di dunia tersebut. Untuk memaksimalkan pameran, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah bekerja sama dengan sejumlah pihak swasta untuk percetakan, penerjemahan, akomodasi, dan pendanaan.

Dana sejumlah 10 juta Euro pun telah digelontorkan Kemendikbud untuk berlangsungnya acara ini. Bertemakan "Seventeen Thousand Island of Imagination" produk yang akan dipamerkan tak hanya literasi saja, namun juga produk peradaban dan kebudayaan lain. "Kita akan perkenalkan karya-karya baru yang menggambarkan literasi Indonesia saat ini dan di masa datang," kata Gunawan Mohammad (GM), Ketua Panitia FBF di Perpustakaan Kemendikbud, Gedung A, Senayan, Rabu (25/2).

Setiap tamu kehormatan mempunyai slogan, slogan tersebut menggambarkan pondasi Indonesia yang dibangun atas imajinasi. Imajinasi yang menjadikan sekian banyak suku dapat mengikrarkan persatuannya. "Imagination is power" diterjemahkan sebagai karya keragaman yang sedapat mungkin menggambarkan pulau, lautan, dan keberagaman Indonesia.

Karya yang dipamerkan pun sudah pasti harus memiliki mutu yang baik. Untuk itu, GM menggandeng Joko Dwi Avianto, untuk pameran instalasi, Slamet Raharjo untuk film, Sapardi Djoko Damono untuk pembacaan karya literasi, serta Dewi Lestari dan 70 sastrawan muda lainnya. Selain itu, juga masih ada sajian mural, fotografi, lukisan, dan pertunjukan klasik 8 komponis Indonesia yang bekerja sama dengan orkes terkenal di Eropa.

Agar Indonesia menjadi negara pertama yang dapat menunjukkan persatuannya, ia pun berharap tiga presiden Indonesia, Habibie, SBY, dan Jokowi dapat hadir dalam acara ini. "Di luar, demokrasi kita dianggap kurang, saatnya untuk menunjukkan pemimpin Indonesia punya perhatian khusus," ujar GM.

Presiden FBF 2015, Juergen Boos menyatakan Indonesia dipilih sebagai tamu kehormatan atas pertimbangan ekonomi, budaya, dan politik. Ia melihat banyak potensi sastra Indonesia yang dapat diterjemahkan dalam bahasa asing. Selain itu, Indonesia memiliki banyak perbedaan budaya yang menjadi keunikan tersendiri.

"Kami sudah banyak melakukan diskusi dan demonstrasi untuk pilih Indonesia sebagai tamu kehormatan," katanya dalam kesempatan yang sama.

Menurutnya pameran buku ini dapat karya sastra Indonesia menuju kancah internasional. Sebab Bahasa Jerman merupakan bahasa karya sastra terjemahan terbanyak kedua setelah bahasa Inggris. "Jika sudah diterjemahkan dalam bahasa jerman, maka akan lebih mudah untuk diperkenalkan," katanya.

Pihak swasta seperti budayawan telah berpartisipasi, penerbit buku dalam negeri pun mengeluarkan biaya mandiri staf dan buku-buku yang dipamerkan. Untuk itu, Kemendikbud sudah pasti tak ingin membuang kesempatan. Alih pengelolaan pun diambil, 10 juta Euro telah digelontorkan.

"Anggaran tersebut diambil dari direktorat kebudayaan untuk bagian budaya dan Badan bahasa untuk penerjemahan," kata Ainun Naim Sekjen Kemendikbud dalam kesempatan tersebut.

BACA JUGA: