JAKARTA GRESNEWS.COM – Pejabat Maskapai Air Asia menolak tudingan yang beredar bahwa pihaknya tidak mengambil data laporan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang mengakibatkan kecelakaan pesawat. Sebelumnya muncul spekulasi kecelakaan pesawat Airasia QZ8501 yang tengah terbang dari Surabaya menuju Singapura diduga disebablkan karena pilot tidak melihat data cuaca sehingga pesawat melewati awan cumulonimbus.

Terkait hal ini, Dirut Air Asia Sunu Widyatmoko mengatakan proses distribusi laporan cuaca BMKG melalui dua cara manual dan email. Air Asia sendiri menerima email data laporan dari BMKG secara otomatis tiap enam jam. Lebih lanjut, email langganan dari BMKG tersebut mereka teruskan ke pilot.

"Itu yang kami pergunakan untuk penerbangan kami," ujar Sunu dalam Rapat Dengar Pendapat soal kecelakaan Air Asia QZ8501 di DPR, Jakarta, kemarin.

Saat dikonfirmasi, Kepala BMKG Andi Eka Sakya menuturkan BMKG telah memberikan data penerbangan setiap 6 jam dan setiap maskapai berkewajiban untuk mengambil dokumen penerbangan. Mekanismenya memang bermacam-macam misalnya dapat diambil secara fisik dan melalui email atau website. Dalam setiap pengambilan data penerbangan tersebut, akan selalu ada bukti pengambilan data.

"Bisa diakses paling lambat 2 jam sebelum penerbangan," ujar Andi pada kesempatan yang sama di DPR, Jakarta, Selasa (13/1).

Ia menambahkan pada 28 Desember, data pengambilan dokumen penerbangan Air Asia tidak tertera di dalam lookbook BMKG sebelum pukul 06.00. Lalu setelah pukul 07.00 bukti pengambilan data cuaca penerbangan Air Asia baru tertera dalam lookbook BMKG.

Menurut Andi, BMKG memang bukan hanya satu-satunya lembaga sumber cuaca di dunia. Sehingga Air Asia bisa saja mengambil data dari negara lainnya. Tapi di Indonesia, BMKG menjadi satu-satunya lembaga sumber cuaca. Lalu secara perundang-undangan memang diatur bahwa setiap maskapai di Indonesia wajib memakai data dari BMKG.

Ia menjelaskan data penerbangan yang berisi perkiraan cuaca tersebut salah satunya berisi data soal pergerakan awan cumulonimbus. Pembentukan awan cumulonimbus memang relatif cepat terjadi di daerah tropis. Jangka waktu awan tersebut tumbuh hingga jatuh diperkirakan setiap 6 jam. Jika awan tersebut sudah jatuh dan hilang masih ada kemungkinan terbentuk awan yang sama.  

Pada kesempatan yang sama, Anggota Komisi III DPR fraksi PPP Sadarestuwati menuturkan seharusnya di tiap bandara dan pelabuhan ada display cuaca yang bisa dilihat secara langsung oleh calon penumpang. Menurutnya, hal itu penting agar penumpang bisa mempertimbangkan apakah akan tetap menggunakan transportasi yang bersangkutan atau tidak.


"Mohon didukung anggarannya. Kalau sudah ada dipelihara dan disosialisasikan agar tidak seperti di bandara Juanda," ujarnya di komisi III DPR, Jakarta, Selasa (13/1).

Sebelumnya, pesawat Air Asia QZ8501 mengalami kecelakaan paska hilang kontak dengan rute Surabaya-Singapura. Sebab kecelakaan secara pasti belum dipastikan. Tapi diperkirakan pesawat tersebut mengalami kecelakaan akibat melewati awan cumulonimbus.

BACA JUGA: