JAKARTA, GRESNEWS.COM - Meski sudah berjalan satu semester, pemerintahan Jokowi-JK belum menunjukkan langkah nyata menyelesaikan masalah buruh outsourcing Badan Usaha Milik Negara (OS BUMN). Komitmen Jokowi-JK, baik pelarangan kebijakan OS BUMN sebagaimana visi-misi saat pencapresan, serta desakan penyelesaian OS BUMN ketika Jokowi menjabat Gubernur DKI Jakarta (surat No. 371&372/-1.831, 30/4 2014), justru tidak ditindaklanjuti.

Bahkan Menteri BUMN, Rini Soemarno secara terang-terangan tidak mengalokasikan anggaran di program Penyertaan Modal Negara (PMN) bagi penyelesaian OS BUMN. Meskipun tanpa PMN ini, keuangan BUMN masih likuid dan diyakini mampu membackup jika amanah perundangan soal kewajiban mengangkat outsourcing menjadi permanen, jadi dilaksanakan.

"Di lain sisi, Meneg BUMN dua kali menghindar dari jadwal Rakergab di DPR soal OS BUMN, tanggal 2 Februari dan 22 April 2015 dengan dalih fokus pada PMN dan Konferensi Asia Afrika di Bandung," jelas koordinator Gerakan Bersama Buruh (Geber) BUMN, Ahmad Ismail di Jakarta, Jumat (1/5).

Hal sama, juga terjadi pada Menteri Ketenagakerjaan. Sejumlah nota dinas desakan dan nota pemeriksaan, tidak digubris dan tak mampu mengikat Kepatuhan BUMN untuk menjalankannya. Dan lebih ironis, Satgas OS BUMN yang dipimpin Kemenaker, keputusannya diabaikan. Padahal, Satgas ini di SK-kan oleh Meneg BUMN saat itu. Kerja kompetensinya malah tidak diakui.

Terbukti, porsi tim internal Meneg BUMN, lebih dipercaya guna menangani soal OS BUMN ini. Meski tanpa SK, hasil kerja Tim ini dipakai bagi penghindaran kewajiban penyelesaian OS BUMN sebagaimana ditegaskan di rekomendasi panja, kesepakatan raker DPR serta keputusan Satgas OS BUMN itu sendiri.

Akibatnya, perusahaan BUMN justru makin menekan dan membuang pekerja OS BUMN. Tindakan PHK sepihak tak terkendalikan. Pekerja OS meninggal dalam tugas kerja juga terabaikan. Dan dampak kemanusiaan dari PHK sepihak, seperti keterpurukan ekonomi, perceraian, putus sekolah hingga kesediaan menjual organ tubuh, tidak diperhitungkan.

"Deretan PHK sepihak itu terus bertambah. Terbaru, PHK di PT PLN (Persero) sekitar 300 orang, Krakatau Steel sekira 700 orang, dan BPJS Ketenagakerjaan sekira 8 orang," ujarnya.

Untuk itu, pada aksi masa May Day 2015, GEBER BUMN mendesak :
1. Segera wujudkan Rakergab di DPR RI, panggil paksa Meneg BUMN dan Menaker.
2. Galang hak interpelasi dan nyatakan pendapat untuk impeachment Meneg BUMN, Menaker bahkan Presiden atas dasar pengingkaran terhadap Pasal 27, dan Pasal 28 UUD’45.
3. Laksanakan Rekomendasi Panja DPR RI dan keputusan Satgas OS BUMN.
4. Terbitkan Inpres ataupun Permen untuk penyelesaian OS BUMN yang berisi pengangkatan OS jadi permanen di BUMN, pekerjakan kembali yang sudah di PHK sepihak serta bayarkan hak” normatif yang dihentikan selama proses penyelesaian berlangsung.
5. Cabut Permen tendensius dan indikatif syarat kepentingan, bekukan izin operasional pemborong pekerjaan dan penyedia jasa pekerja guna hentikan praktek outsourcing di BUMN.

Peringatan Hari Buruh digelar dengan melakukan kegiatan orasi di Istana Merdeka dan menikmati hiburan di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakpus. Bundaran HI menjadi titik temu dari berbagai elemen buruh di Jabodetabek. Seribuan buruh dari Brigade SPMI Karawang pagi ini sudah membirukan kawasan Bunderan HI. Para buruh ini rata-rata mengenakan kaos berwarna biru hitam dengan ikat kepala warna biru.

Sementara itu dari FSPMI Purwakarta baru memasuki kawasan Bundaran HI. Mereka yang mengenakan kaos warna merah membawa spanduk besar menuntut Jaminan Pensiunan Per 1 Juli 2015. Pukul 09.30 WIB mereka long march ke Monas dan sekitar Istana Merdeka.

Puas memperingati hari Buruh, massa buruh mulai meninggalkan Gelora Bung Karno (GBK) pada pukul 17.30 WIB, Jumat (1/5). Sebagian masih menikmati hiburan dari musisi Ahmad Dhani dan Mulan Jameela.

Kepadatan arus lalu lintas di sekitar Jl Asia Afrika dan Jl Sudirman terjadi saat bus rombongan buruh meninggalkan lokasi. Massa ada yang pulang ke Bekasi, Tangerang, Depok, Bogor, Purwakarta dan Karawang lewat tol.

Orasi dan yel-yel masih terdengar saat buruh meninggalkan lokasi. Musik keras terdengar saat bus melintas di ruas Jl Gatot Subroto. Sementara arus lalu lintas di sekitar Jl Gatot Subroto dan Jl Sudirman terpantau ramai lancar selepas massa buruh meninggalkan Jakarta. Hujan mengiringi kepergian massa buruh dari Jakarta.

BACA JUGA: