JAKARTA, GRESNEWS.COM - Kualitas riset dan pendidikan tinggi di Indonesia mengalami penurunan. Data dari World Economic Forum menyebutkan jumlah perguruan tinggi Indonesia yang masuk dalam daftar dunia hanya berjumlah dua. Berdasarkan indeks inovasi dan pendidikan tinggi di dunia pun Indonesia hanya masuk pada kelas seperdua ke bawah.

Anggota Komisi X DPR Yasti Soepredjo mempertanyakan hal tersebut kepada Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir. Padahal, kata Yasti, pada 2014, perguruan tinggi Indonesia yang ditargetkan masuk perguruan tinggi kelas dunia mencapai 11 universitas. "Mengapa target dengan realisasinya melenceng jauh? Ini amat menjadi beban bersama," kata Yasti dalam rapat kerja bersama Menristekdikti di Ruang Rapat Komisi X DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (16/4).

Menjawab pertanyaan itu, Nasir membenarkan dari jumlah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) sebanyak 108 dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) 3.199 di Indonesia, hanya meloloskan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Indonesia (UI) di kancah internasional.

"Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) yang tak bisa dengan baik menjalani persaingan  dunia," kata Nasir.

Penurunan luar biasa ini terlihat dari tahun 2000, yakni sebanyak enam perguruan tinggi masuk daftar dunia dan kini menjadi hanya dua perguruan tinggi. Saat regulasi diperbaiki, perguruan tinggi ini tak dapat beradaptasi dan malah terus turun peringkatnya. Masalah utama lain yang mengganjal yakni indeks pendidikan tinggi yang masih rendah, yaitu berada di angka 61 dari 144 negara di dunia pada 2014.

Indeks inovasi pada 2014, Indonesia hanya mampu bertengger di urutan 31. "Kita semakin menjauh dari angka satu dan berada di tengah-tengah negara dunia," katanya.

Dosen pun masih ada yang hanya lulusan S1, sangat sedikit yang berpendidikan S3. Nasir menyatakan pemerintah akan mengejar peningkatan strata pendidikan bagi para dosen S1 dan S2 menjadi S3 agar kualitas mahasiswa terdidik juga meningkat.

Tak hanya dosen, para mahasiswa pun banyak yang bekerja tak sesuai pada jurusannya. Misalnya saja kurangnya wirausahawan mahasiswa, teknisi dan guru. Hal inilah yang juga ingin diperbaikinya. Lulusan keguruann misalnya, diharapkan dapat mengikuti sertifikasi guru.

Akreditasi perguruan tinggi Indonesia juga masih banyak yang berada di level C. "Ini baik guna meningkatkan indeks pendidikan tinggi kita, semoga pada 2019 indeks inovasi  bisa naik ke angka 30 dan pendidikan tinggi menuju angka 50," katanya.

Menyoal masalah publikasi internal keilmiahan pun masih berada di bawah Malaysia. "Publikasi yang dilakukan banyak plagiat, 10 universitas terbesar kita masih kalah hasil publikasi dengan satu universitas di Malaysia," katanya.

BACA JUGA: