JAKARTA, GRESNEWS.COM - Cita-cita Dinuarca Endra Wasistha, Presiden Kelompok Studi Ekosistem Mangrove Teluk Awur (Kesemat) sederhana saja. "Kami ingin menjadikan mangrove sebagai gaya hidup," kata Dinu--demikian dia biasa dipanggil-- dalam siaran pers yang diterima Gresnews.com, Sabtu (31/1).

Namun siapa sangka, cita-cita yang sederhana itu justru menjadi sebuah gerakan konservasi mangrove dan juga pemberdayaan ekonomi masyarakat lewat mangrove yang membawa hasil luar biasa. Atas dasar itulah, pada Rabu 28 Januari 2015 lalu Yayasan KEHATI telah memberikan penghargaan kepada Kesemat untuk kategori pelestari lingkungan. Kesemat menjadi salah satu dari enam penerima penghargaan serupa.

Sesuai dengan namanya, organisasi yang dia pimpin ini memang lekat dengan penelitian, konservasi, industri kreatif dan kampanye mangrove. Sebagai sebuah Unit Kegiatan Kemahasiswaan di Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang kegiatan yang dilakukan Kesemat, ternyata lebih dari yang dibayangkan.

Mereka berhasil mendirikan CV Kemangi yang menjual produk-produk industri kreatif berbahan mangrove. Selain itu Dinu dan kawan-kawan juga mendirikan Yayasan Ikatan Alumni Kemat (Ikamat) dan menggalang relawan melalui Kesemat Mangrove Volunteer (Kemangteer) yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

Kesemat berawal dari kegelisahan sembilan orang mahasiswa Ilmu Kelautan yang khawatir dengan rusaknya ekosistem mangrove di Teluk Awur, Jepara. Kebetulan wilayah tersebut masih berada di dalam kawasan Universitas Diponegoro sehingga intervensi pada ekosistem mangrove tersebut untuk dilakukan konservasi bisa segera dilakukan. Pada tahun 2001 itulah mereka membentuk Kesemat.

Mereka kemudian mencoba menggabungkan apa yang mereka dapat dari mata kuliah terkait konservasi mangrove dengan program-program organisasi yang meliputi pengajaran, penyuluhan, pembibitan, penanaman dan pemeliharaan mangrove serta pemberdayaan masyarakat pesisir. Selama kurun waktu 2003 sampai dengan 2012 ini, maka Kesemat telah menanam kurang lebih 100.000 bibit mangrove di berbagai pesisir di Jawa.

Selain melakukan konservasi dengan penanaman dan pembibitan, Kesemat juga sangat aktif melakukan edukasi dan kampanye. Setiap tahun mereka mengadakan seminar yang mengundang pakar dan narasumber di bidang pengembangan mangrove. Ide-ide kreatif kampanye mangrove yang menyasar anak-anak muda juga terus dilakukan setiap tahun.

Kemudian, dari sisi edukasi, Mangrove Education Center of Kesemat (Mecok) selalu ramai dikunjungi siswa atau masyarakat umum yang ingin mengetahui seluk beluk mangrove. Keberadaan Mecok ini telah mendorong keberhasilan menghijaukan kembali kurang lebih 1 hektare lahan mangrove gundul di pesisir pantai Teluk Awur dengan tingkat kelulushidupan mencapai 90%. Bahkan, Pemerintah kabupaten Jepara telah menetapkan kawasan tersebut menjadi hutan kota.

Agar memberikan dampak yang lebih luas di seluruh Indonesia, Kesemat membangun jaringan relawan melalui Kemangteer di beberapa wilayah. Saat ini sudah terbentuk 8 Kemangteer dengan kegiatan utamanya melakukan konservasi dan kampanye mangrove, di Semarang, Jakarta, Malang, Jogjakarta, Serang, Tangerang, Medan dan Langsa. Kemudian, melalui CV Kemangi mereka mengembangkan industri kreatif berbasis mangrove dengan beberapa kegiatan pemberdayaan masyarakat pesisir berupa Batik Bakau dan Pengolahan Makanan berbahan baku mangrove.

Rencana keberlanjutan Kesemat adalah menjaga kontuinitas program pemeliharan Mecok serta mengembangkan industri kreatif. Selain itu, mereka akan mengembangkan konsep Sertifikat Keahlian untuk Tenaga Ahli dan Pelaksana Proyek Mangrove dalam  bentuk kampanye Sertifikasi Mangrove Safe Kesemat. Sertifikasi Mangrove ini dapat dipergunakan sebagai jaminan bagi perusahaan pertambakan terutama udang.

Rencana jangka pendek yang akan dilakukan adalah membuat website khusus Kesemat. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan terus dikembangkan melalui bentuk-bentuk kegiatan yang bervariatif  seperti Kesematjurnal, kesematonline, Kesematours, kesemat movie, kesematmag, kesematkuistik.

"Semoga melalui kegiatan-kegiatan kami, banyak yang peduli dengan mangrove dan tidak gengsi untuk menggunakan produk-produk dari mangrove," kata Dinu.

BACA JUGA: