JAKARTA, GRESNEWS.COM – Indonesia memiliki potensi dan peluang pariwisata yang cukup besar. Data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengungkapkan, pada 2014 investasi pariwisata di Indonesia meningkat 100% dibandingkan 2013. Melalui investasi tersebut, sektor pariwisata ternyata mampu berkontribusi terhadap pemasukan negara sebanyak 6%. Angka tersebut berada di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional.

Potensi yang besar bagi pariwisata Indonesia ini sayangnya tidak dioptimalkan oleh pemerintah. Pertumbuhan pariwisata dan ekonomi kreatif saat ini cenderung berkembang dan berpusat hanya di wilayah Jawa. Sementara pariwisata di Indonesia bagian timur masih kurang dioptimalkan karena lambatnya pembangunan infrastruktur. Padahal Indonesia bagian timur memiliki potensi sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan untuk sektor pariwisata.  

Salah satu titik di Indonesia timur yang saat ini akan dikembangkan menjadi daerah pariwisata adalah Biak Numfor, Papua. Wakil Bupati Biak Numfor Papua, Thomas Ondy menjelaskan pada tahun 1996, Biak pernah menjadi salah satu wisata primadona di Papua. "Infrastruktur saat itu sudah mulai maju dengan adanya bandara internasional," kata Thomas dalam seminar Ocean Investment Summit di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Rabu (1/10).

Lebih lanjut ia menjelaskan, jumlah penerbangan yang terbatas membuat status internasional bandara Biak turun. Kini melalui masterplan pemerintah daerah Biak, wilayah itu akan dikembalikan lagi menjadi titik pariwisata di timur Papua yang mengedepankan sektor perikanan.

Biak juga direncanakan bisa menjadi pusat wisata Bahari karena keanekaragaman hayati di laut Biak cukup tinggi. "Sudah ada grand design untuk membangun pelabuhan perikanan," kata Thomas menjelaskan.

Terkait hal ini, Direktur Perancangan Destinasi dan Investasi Pariwisata, Frans Teguh mengatakan pariwisata Indonesia selalu mengalami tantangan terhadap skala pembangunan. Padahal untuk menciptakan pusat pertumbuhan untuk wilayah pariwisata harus ada fasilitas yang terbangun. Ketika fasilitas sudah terbangun, mata rantai pariwisata akan mengikuti.

"Mata rantai itu ada kuliner, pertunjukkan, percetakan, dan media," ujar Frans di acara yang sama.

Ia menjelaskan di pulau terpencil wisatawan cenderung tidak mendapatkan pelayanan yang baik. Sehingga perlu ada pembangunan infrastruktur pariwisata seperti jalan, aksesibilitas air, listrik, dan telekomunikasi yang merupakan media utama bagi pelayanan terhadap wisatawan.

Meskipun begitu, Frans menilai khusus Indonesia timur, pembangunan lainnya harus tetap memperhatikan orisinalitas dan lokalitas wilayah. Menurutnya, justru lokalitas tersebut yang memiliki daya tarik pariwisata. "Pariwisata harus menjaga keseimbangan untuk melakukan upaya konservasi juga agar sumber daya bisa terus digunakan secara berlanjut," jelasnya.

Ia menjelaskan pembangunan pusat pariwisata bisa dimulai dari sektor yang paling kecil yaitu desa. Dari desa bisa dikembangkan ke kabupaten dan pulau. Jika dimulai dengan skala kecil, menurutnya manajemen pariwisata akan lebih mudah diawasi dan dikontrol.

"Khusus wilayah Papua, yang dilakukan untuk menumbuhkan pelayanan pariwisata tidak hanya dari segi infrastruktur tapi juga meningkatkan kemampuan masyarakat," kata Frans.

Jika industri pariwisata sudah terbangun, satu titik daerah pariwisata saja bisa memunculkan lapangan pekerjaan. Frans mencontohkan untuk satu wisatawan saja bisa memberikan 8 orang pekerjaan. "Angka ini menggambarkan ada dampak penggandaan dari aktivitas pariwisata," katanya.

"Bisnis pariwisata membuat orang bersenang-senang, tapi mengurus pariwisata tidak bisa sambil bersenang-senang, artinya harus betul-betul serius," tuturnya menegaskan.

BACA JUGA: