JAKARTA, GRESNEWS.COM - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menggelar Parade Penelitian Kesehatan sebagai bentuk tanggung jawab akuntabilitas kinerja kepada publik. Selain itu dengan penelitian ini, kemenkes juga berharap ada peningkatan kesehatan masyarakat. Penelitian yang dilakukan tahun 2014 ini memaparkan mulai dari studi diet total hingga saintifikasi jamu.

"Parade ini merupakan bentuk lain sosialisasi kepada masyarakat," ucap Menteri Kesehatan Prof Nila Moeloek, saat pembukaan parade di Kantor Kemenkes RI di Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (29/12).

Selain dua hal di atas, hasil penelitian yang dipamerkan antara lain juga mencakup isu studi kohort (studi dengan dua atau lebih kelompok orang yang memiliki karakteristik serupa) faktor risiko penyakit tidak menular dan tumbuh kembang anak, riset khusus vektor dan reservoir penyakit dan riset etnografi kesehatan. Selain itu ada juga penelitan mencakup kesiapan laboratorium menghadapi pandemi (epidemi penyakit menular yang menyebar melalui populasi manusia di kawasan yang luas).

Studi diet total (SDT) misalnya, membahas masalah studi kosumsi makanan individu (SKMI) dan analisis cemaran kimia makanan (ACKM). Namun khusus kali ini Kemenkes hanya menampilkan isu terkait SKMI. SKMI mensurvei kosumsi makanan individu sebagai gambaran wilayah nasional dan provinsi atas makanan penduduk berupa asupan gizi utamanya energi, protein, lemak, dan natrium.

Pada saintifikasi jamu, penelitian ini membuktikan secara ilmiah manfaat jamu. Hasil riset tanaman obat dan jamu tahap pertama telah diindentifikasi 15.332 tanaman obat dan 1.889 spesies tanaman obat.

Selanjutnya, perkembangan riset kohort tumbuh kembang anak dan penyakit tidak menular (PTM) yang mengikuti perkembangan dari kehamilan anak sampai remaja. Namun penelitian hanya menyasar sampai usia 2 tahun. Sedangkan untuk PTM diikuti dari usia 25 tahun sampai akhir kehidupan.

Riset khusus vektor dan reservoir penyakit (Rikus Vektora) bertujuan mendapatkan data dasar atau peta penyebaran vektor dan reservoir penyakit. Dalam rangka mendukung tata laksana program pengendalian penyakit menular khususnya zoonosis di Indonesia.

Lalu hasil riset khusus budaya (etnografi kesehatan) yang menggambarkan secara menyeluruh aspek potensi budaya terkait dengan kesehatan dari setiap etnik di Indonesia.

Tak lupa pemaparan kesiapan laboratorium Balitbangkes dalam menghadapi kejadian luar biasa, wabah dan pandemi, khususnya ‎new emerging diseases atau reemerging diseases. Sampai sekarang telah dilakukan penelitian terhadap 32 dari 1.068 etnik di Indonesia.

Dari setiap etnik akan diketahui dampak positif dan negatif terhadap kesehatan, sehingga intervensinya tepat sasaran, memperkuat yang positif dan menghilangkan yang negatif. Keenam penelitian di atas merupakan hasil lolos dari 174 penelitian yang sudah dilakukan oleh Balitbangkes selama 2014.

Nila berharap masyarakat awam dapat bertambah taraf kesehatannya dengan hasil penelitian ini sehingga hasil sosialisasi akan terus dilakukan. "Hasil penelitian ini bila menyangkut lintas sektor maka akan kami lakukan kerjasama," katanya.

Selain enam penelitian tersebut, masih ada 174 penelitian tahun 2014 ini yang belum dipublikasikan. "Kami berharap penelitian ini sejalan dengan bidang lainnya di Indonesia," ujar Nila.

Parade penelitian ini pertama kali diadakan di Indonesia, bentuk sosialisasi dan akutabilitas kinerja ini turut dikomentari oleh para pakar di bidangnya dan juga masyarakat. "Kami coba bentuk baru dengan mempublikasikan melalui film," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Tjandra Yoga Aditama dalam kesemoatan yang sama.

BACA JUGA: