JAKARTA, GRESNEWS.COM - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengggelar seminar internasional untuk memperingati 10 tahun peringatan bencana tsunami Aceh tahun 2004 lalu di Hotel Borobudur, Jakarta, (24/11). Dalam acara tersebut turut hadir sejumlah pejabat tinggi negara seperti duta besar India, para donor internasional dari Jepang, deputi food and agriculture (FAO) untuk Asia dan sejumlah pimpinan serta dirjen KKP.

Dalam kesempatan itu, Susi menilai bencana tsunami Aceh, dapat menjadi pedoman dan pembelajaran bangsa. Susi memahami bahwa masyarakat pesisir dan nelayan sangat merugi akibat bencana ini. "Semua hal teknis dan manajemen bencana harus disiapkan. Inovasi riset dan teknologi segera dibangun agar masyarakat diberi tanda apabila terjadi keadaan darurat sewaktu-waktu," katanya.

Susi sangat berharap agar pertemuan dengan beberapa donor internasional ini tidak dimaknai sebagai suatu acara seremonial biasa. "Kerjasama dan sinergi antar G to G (government to government-red) harus terus dibangun," ujarnya.

Menurut Susi, bidang iptek harus memiliki alat tanggap risiko bencana dan sistem deteksi dini (early warning system). Susi mengatakan, lembaga penanganan bencana seperti BNPB dan BMKG harus ada koordinasi sehingga aksi tanggap bencana dapat berjalan efektif.

Ia menambahkan, untuk sampai ke level itu, harus ada pemahaman dasar dan manajemen bencana yang sistematis agar melalui program tanggap darurat pemerintah dapat menjamin keamanan masyarakat.

Pada kesempatan yang sama, Dirjen Pesisir dan Laut Subandono Diposaptono menilai bahwa pihaknya akan segera mengkaji dan melakukan langkah nyata untuk menjaga keamanan daerah pesisir Indonesia. "Kami telah mengadakan koordinasi dan nanti akan kami tindaklanjuti program ini," kata Subandono.

BACA JUGA: