JAKARTA, GRESNEWS.COM - Keberadaan Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih di Kawasan Pegunungan Kendeng  Rembang, Jawa Tengah yang menjadi direncanakan pembangunan pabrik PT Semen Indonesia terus menjadi polemik. Keberadaan CAT Watuputih selama ini menjadi basis argumen, bagi kelompok penolak  pembangunan pabrik semen di lokasi tersebut.

Alasan keberadaannya dinilai penting bagi kelangsungan hidup masyarakat sekitar Rembang. Rusaknya sumber air itu akan berdampak pada terganggunya ekosistem lingkungan. Baik air untuk kebutuhan masyarakat maupun untuk pertanian mereka.

Mantan Kepala Badan Geologi Surono bahkan menyebut kawasan yang bakal menjadi lokasi penambangan semen itu telah ditetapkan sebagai Cekungan Air Tanah.

Namun kelompok yang pro terhadap pembangunan pabrik semen itu justru berpendapat berbeda. Penelitian Lembaga Afiliasi Penelitian Indonesia Institut Teknologi Bandung, yang membuat studi kelayakan untuk pabrik semen tersebut, justru mengatakan karst yang terkandung di lokasi itu berjenis karst biasa.

"Itu kawasan karst biasa, batu gamping yang berongga. Tak ada penetapan kawasan itu sebagai bentang alam karst yang dilindungi," ujarnya Koordinator Lembaga Afiliasi Penelitian Indonesia Institut Teknologi Bandun Budi Sulistijo beberapa waktu lalu.

Pendapat serupa juga sempat disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan. Menurut Jonan dari hasil kajian yang dilakukan pihaknya terhadap CAT Watiputih   Rembang tidak ada indikasi adanya aliran sungai bawah tanah di kawasan tersebut. Di lokasi itu hanya terdapat gua kosong yang tak dialiri air.

Bahkan ia telah mengirimkan hasil kajian tersebut kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK). Namun Jonan menyebut pandangan tersebut masih perlu tindak lanjut dan penelitian lebih lanjut oleh Kementerian LHK. Jonan pun menyerahkan sepenuhnya kepada Menteri LKH Siti Nurbaya terkait sikap apa yang akan diambil dari hasil kajian yang dilakukan kementeriannya.

"Kami sudah memberikan pandangan. jadi terserah Ibu Menteri nanti ngambil leadershipnya arahnya bagaimana," ujarnya, akhir Maret lalu.

Adanya polemik itulah yang mendorong  Presiden Jokowi menugaskan Kepala Staf Kepresidenan untuk melakukan kajian kembali rencana pembangunan pabrik semen tersebut. Kepala Staf Kepresidenan pun akhirnya  meminta PT Semen Indonesia dan Kementerian BUMN menunda operasional Semen yang telah mengantongi izin lingkungan dari Gubernur Jawa Tengah.

Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki meminta pengoperasian  pabrik semen, yang telah siap beroperasi sejak Januari 2017 itu, untuk menunggu hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) yang tengah dilakukan Kementerian LHK.
 
Untuk melakukan kajian lebih mendalam Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral kembali menggelar Rapat Besar Badan Geologi Kementerian Esdm Dengan Stakeholder Terkait Hidrogeologi Karst Watuputih, Jumat (9/6).

Rapat antara Badan Geologi dengan stakeholder Hidrogeologi Karst Watuputih itu merupakan bagian dari upaya mencari penyelasaian permasalahan CAT Watuputih. Rapat yang dipimpin langsung Wakil Menteri ESDM ini, Arcandra Tahar menghadirkan hampir seluruh kalangan. Mulai dari internal Kementerian ESDM seperti Dirjen Minerba, Staf Khusus Bidang Komunikasi Publik, Staf Khusus Bidang Tata Kelola dan Kelembagaan, Tenaga Ahli Bidang Kebencanaan, dan Tenaga Ahli Bidang Organisasi dan Kelembagaan.

Juga hadir dari luar Kementerian ESDM hadir, seperti Bupati Rembang, Deputi II Bidang Kajian dan Pengelolaan Isu-isu Sosial, Ekologi dan Budaya Strategis, Kantor Sekretariat Presiden, perwakilan dari Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan, KLHK, Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka, Kementerian Perindustrian, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, BAPPEDA Provinsi Jawa Tengah.

Dari kalangan akademisi, industry asosiasi dan lembaga swadaya masyarakat hadir, perwakilan dari UPN "Veteran" Yogyakarta, UGM Yogyakarta, UNDIP Semarang, ITB Bandung, dan Dekan FTG UNPAD Bandung, PT Semen Indonesia, IAGI, MGEI, dan PAAI, Pusat Studi Karst UGM, serta Pecinta lingkungan: WALHI, Koalisi Kendeng Lestari, JMPPK, ASC dan ISS.

Rapat tersebut intinya meminta masukan kepada seluruh pihak, termasuk kepada Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) mengenai kajian CAT Watuputih. Terutama masukan mengenai data dan metode penelitian.

Dalam pertemuan itu Wakil Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral, Arcandra Tahar meminta kepada semua pihak dalam menyelesaikan permasalahan Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih, Rembang, Provinsi Jawa Tengah jangan mencari pembenaran untuk kepentingan pribadi dan golongannya.

"Mari kita saling terbuka dan bertukar informasi, jangan mencari pembenaran untuk kepentingan masing-masing, tapi carilah kebenaran," pesan Arcandra, seperti dikutip esdm.go.id, Jumat (9/6).

Untuk mendapatkan kebenaran, menurutnya, semua pihak harus saling terbuka menerima pendapat dari semua pihak." Saya mengundang semua pihak untuk terlibat dalam kajian  CAT Watuputih ini.

HASIL  KAJIAN AWAL - Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Ego Syahrial mengungkapkan terkait kajian terhadap Cadangan Air Tanah (CAT) Watuputih, itu sebelumnya pihaknya telah menemukan hasil awal.

Menurutnya dari hasil kajian dan tinjauan langsung ke lokasi Watuputih. Pihaknya menemukan beberapa gua sumber air di CAT Watuputih yang dimaksud warga ternyata tidak seperti yang dimaksud dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 17 Tahun 2012 tentang Penetapan Bentang Alam Karst.

Menurutnya dari 53 titik yang dimaksud warga sebagai sumber air, ternyata 17 titik merupakan galian sumur biasa oleh manusia dan bukan bagian dari jaringan air di dalam gua. Namun, ia mengaku belum bisa mengambil kesimpulan bahwa tidak ada sumber air bawah tanah di kawasan tersebut sebab kajiannya belum seluruhnya kelar.

"Tapi ini bukan hasil (permanen) karena mungkin kami baru mengumpulkan 25 persen data," katanya dalam konferensi pers  di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (9/6).

Kementerian ESDM dijadwalkan akan melanjutkan survei lapangan serta analisis data pada Juli hingga Agustus mendatang. Pertimbangannya, pada bulan-bulan tersebut adalah musim kemarau sehingga waktu terbaik untuk mengetahui apakah mata air di CAT Watuputih merupakan sumber air permanen.

Lalu pada September, Badan Geologi akan menyusun laporan kajiannya. Menurutnya beberapa kajian lapangan yang dilakukan antara lain penelitian geofosika, geologi, hidroisotop, hidrokimia, hingga susur gua.

Menurutnya hasil kajian itu akan menjadi dasar bagi pemerintah pusat dalam pemanfaatan sumber daya alam di Watuputih, Pegunungan Kendeng. Selain itu kajian  secara tak langsung juga akan menentukan nasib pembangunan pabrik semen Rembang milik PT Semen Indonesia di okasi tersebut.

Sementara itu Koordinator Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) Gun Retno berharap penelitian tersebut  dapat diselesaikan Kementerian ESDM sebelum konflik di kawasan Kendeng merebak. Ia juga meminta Kementerian ESDM melakukan pengeboran untuk mengetahui aliran air bawah tanah di CAT Watuputih.

"Bukan kami curiga, tapi pemerintah yang harus melakukan (pengeboran) ini," kata Gun. Sebab sebelumnya pengeboran dilakukan oleh pihak Semen Indonesia.

Rencana pembangunan pabrik semen dan rencana penambangan di wilayah itu terhambat, karena menghadapi aksi penolakan warga sekitar Pegunungan Kendeng. Karena alasan  pembangunan pabrik dan aktivitas penambangan berada di kawasan karst Pegunungan Kendeng yang dituding akan mengancam cadangan air.






BACA JUGA: