JAKARTA, GRESNEWS.COM - Rancangan Undang-Undang Sistem Perbukuan akan dikebut tahun ini. Mengingat beberapa kali Indonesia kecolongan tentang isi buku yang menyimpang. Berbagi permasalahan seperti pornografi serta kekerasan kerap masih masuk dalam isi buku pelajaran dan tak terkena sensor.

Tata kelola perbukuan yang memprihatinkan tersebut, akibat tidak adanya kontrol peredaran buku yang tepat. Ingat saja sejumlah kasus seperti bintang porno jepang yang muncul dalam buku pelajaran. juga  tata cara berpacaran yang ada dalam buku pelajaran.

"Draft RUU Perbukuan ini masih banyak kekurangan," ujar Editor Senior PT.Gramedia, Irna Permanasari di Ruang Wartawan DPR RI, Senayan, Selasa (26/5).

Draf tersebut masih belum mengatur pelanggaran hak cipta, pajak berlapis bagi penulis, dan sanksi yang tegas bagi penerbit yang menerbitkan kembali bukunya tanpa sepengetahuan penulis.

Masalah percetakan pun tak kalah runyam, banyak percetakan salah target. Misal dalam setahun mencetak 3000 eksmplar dan nyatanya tak habis di pasaran. Belum lagi adanya  buku bajakan yang menurunkan omzet pemasukan.

"Jangan sampai RUU ini hanya untuk buku proyek," katanya.

Buku-buku yang beredar akhirnya banyak yang melanggar etika dan moral serta lebih mengedepankan sisi komersil. Tak cukup di situ  harga bukunya pun relatif mahal.

Anggota Komisi X DPR RI Popong Otje Djundjunan menyatakan RUU Sistem Perbukuan harus segera diselesaikan agar perbukuan Indonesia tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang merugikan masyarakat. "Saya optimis RUU inisiatif DPR ini rampung di 2015 karena berdasarkan aturan pembahasannya tidak boleh lebih dari dua tahun," katanya di Ruang Wartawan DPR RI, Senayan, Selasa (26/5).

RUU yang terdiri dari 19 bab dan 94 pasal ini akan digodok oleh Panja Perbukuan Komisi X DPR RI. Rancangan peraturannya menyatakan Badan Perbukuan Indonesia yang akan mengontrol perbukuan di Indonesia. RUU Sistem Perbukuan juga akan mengatur sanksi bagi pelanggaran yang dilakukan oleh penulis, penerbit, dan penjual buku.

Panja Perbukuan Komisi X DPR RI pun meminta masyarakat memberikan masukan terhadap RUU ini hingga menjadi peraturan perundang-undangan. Ia menceritakan Indonesia yang masih kalah dari India soal sistem perbukuan. Walaupun termasuk negara bergolongan miskin, India sangat kaya dalam soal perbukuan.

"Perpustakaan mereka sangat mewah, banyak buku yang tersedia. Bahkan harga buku untuk anak-anak sekolah sangat murah, ditambah ada sekolah serta kesehatan gratis," katanya.

BACA JUGA: