Peneliti dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Adrian Sopa (tengah), Dewi Arum (kiri) serta Novriantoni Kahar memaparkan hasil survei mengenai program politik presiden jelang Pilpres 2014, di Jakarta, Selasa (22/4). Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan Presiden Yudhoyono dinilai sebagai kepemimpinan terburuk dalam menjaga keragaman dan kerukunan di Indonesia dan mendapatkan angka terendah, yakni 39,8 persen, sedangkan Presiden Soekarno dan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menempati peringkat teratas dengan skor 65,3 persen dan 57,8 persen.

Kasus-kasus kekerasan berlatar SARA di era kepemimpinan SBY berdasarkan survei LSI memang meningkat. Jika di era sebelum SBY terdapat 915 kasus kekerasan dengan rata-rata per tahun 150 kasus. Maka pada era pemerintahan SBY sejak 2005 hingga 2012 terdapat 1.483 kasus, atau rata-rata 210 kasus per tahun. Sementara laporan Komite untuk orang hilang dan korban tindak kekerasan (KontraS) menyebutkan selama tujuh tahun pemerintahan SBY, terdapat peningkatan kekerasan yang dialami kelompok rentan dengan kekerasan. KontraS mencatat kekerasan terkait diskriminasi agama, sosial maupun etnis mengalami peningkatan. Ditambah lagi, proteksi negara terhadap kelompok rentan sangat minim sehingga membuat jumlah korban turut bertambah.

Lemahnya penegakan hukum terhadap kasus-kasus bermuatan SARA ini dinilai sebagai penyebab banyakna terjadi tindak kekerasan seperti ini. Aparat hukum kerap ragu dan tidak mengambil langkah tegas dengan penangkap para pelaku kekerasan tersebut. Kasus kekerasan yang terus terjadi, terutama sepanjang tahun 2012 menurut laporan KontraS terdapat pola-pola lama. Polisi terkesan melakukan pembiaran terhadap kekerasan yang dilakukan kelompok tertentu. Hal ini berbanding terbalik dengan penanganan kasus teroris yang dilakukan aparat kepolisian. Polisi bertindak profesional dan tegas. (ANTARA/Teks: Gresnews.com)

BACA JUGA: