JAKARTA, GRESNEWS.COM - Dua partai besar  telah menggelar konggres untuk memilih ketua umum yang baru. Keduanya Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) justru diambang perpecahan lantaran internal kedua partai bergolak. Para kader terbelah merapat ke dua kubu, kubu ketua lama dan penantangnya. Bagaimana dengan Partai Demokrat yang selama ini selalu mengandalkan ketokohan dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sementara ia telah berjanji untuk tak lagi menjadi ketua umum.

Direktur Sinergi Masyarakat Untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) Said Salahudin mengatakan bahwa kecil kemungkinan Kongres Partai Demokrat akan berujung pada perpecahan seperti yang dialami oleh Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Hal itu dikarenakan sosok Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berbeda dengan Aburizal Bakrie di Partai Golkar atau Suryadharma Ali di PPP.

"Golkar itu partai tua. Kaderisasi kepemimpinan di partai itu berjalan dengan baik, sehingga dari waktu ke waktu Golkar selalu mampu melahirkan tokoh-tokoh baru yang kemudian saling berebut pengaruh di dalam partai. Dinamika persaingan di internal Golkar pun masih turut dipengaruhi oleh keberadaan ormas-ormas pendiri partai tersebut, yakni Kosgoro, MKGR, dan Soksi," katanya kepada Gresnews.com, Senin (29/12).

Said melanjutkan, seperti halnya Golkar, PPP juga merupakan partai tua yang di internalnya kerap muncul persaingan antar tokoh dari tiap unsur penyokong partai itu, yakni Nahdatul Ulama, Parmusi dan Sarikat Islam. Menurutnya, kepemilikan saham kolektif yang memunculkan persaingan antar tokoh di internal partai tua seperti Golkar dan PPP tersebut tidak terjadi di Partai Demokrat.

"Demokrat tidak dilahirkan oleh sekumpulan ormas atau lahir dari hasil fusi partai-partai politik. Demokrat didirikan oleh dan untuk kepentingan politik seorang tokoh bernama SBY," ujar dia.

Said menilai bahwa tumbuh-kembang partai itu pun ditopang oleh popularitas dan ketokohan SBY. Sebagai partai yang terbilang baru, di internal Demokrat belum pula muncul persaingan antar tokoh, apalagi persaingan yang melibatkan SBY.

"Disinilah dapat kita katakan bahwa secara internal Partai Demokrat cenderung lebih solid dibandingkan dengan Golkar dan PPP, sehingga partai tersebut tak mudah pecah saat menggelar Kongres, betapapun misalnya SBY dipilih secara aklamasi untuk menahkodai partai itu," jelas Said.

Direktur Puspol Indonesia Ubedilah Badrun mengatakan bahwa belum ada tokoh di PD selain SBY yang memiliki pengaruh kuat. Oleh karenanya jika SBY mencalonkan kembali menjadi calon ketua umum Demokrat kemungkinan besar SBY akan dengan mudah mendapatkan kursi ketua umum.

"Namun demikian aklamasi tidak menutup kemungkinan memunculkan sikap perlawanan atau protes dari sejumlah tokoh PD. Terutama dari kelompok elit PD yang memiliki hubungan kultural dengan Anas Urbaningrum. Jadi potensi konflik PD ada di lapisan elit PD," katanya saat dihubungi Gresnews.com, Senin (29/12).

Pria yang akrab disapa Ubed ini menilai bahwa akan ada kemungkinan kondisi PD pasca kongres akan sama seperti Golkar dan PPP bila SBY aklamasi. Hal itu disebabkan, sejauh mana kelompok yang memiliki kultural dengan kelompok Anas mampu mengonsolidasi kekuatan baru saat kongres nanti.

"Kemungkinannya ada, itu sangat ditentukan oleh sejauhmana kelompok yang memiliki hubungan kultural dengan Anas Urbaningrum memiliki kemampuan konsolidasi membangun kekuatan baru di PD," ujar dia.

Namun Ubed melihat sampai sejauh ini belum ada tokoh atau elit di PD yang dekat dengan kelompok Anas yang notabene kelompok Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) mampu menyaingi elektabilitas SBY di kongres mendatang. "Saya menilai mereka belum cukup punya kekuatan," tandas Ubedilah.

Sebelumnya suara-suara yang menentang majunya kembali SBY ini semakin menguat. Misalnya dari Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Gede Pasek Suardika yang berencana maju sebagai calon Ketua Umum Partai Demokrat pada kongres yang diadakan 2015. Menurut Pasek, keinginannya mencalonkan diri untuk membuka ruang kompetisi yang demokratis. Jika maju, Pasek akan menghadapi calon terkuat,SBY.

Ia menyindir kondisi Demokrat yang saat ini masih menggunakan gerakan tanda tangan bermaterai untuk mendukungan aklamasi SBY sebagai ketum. Pasek, yang pernah duduk sebagai anggota DPR dari Fraksi Demokrat, mengatakan, dalam Kongres Luar Biasa (KLB) di Bali, SBY menyatakan hanya mau jadi ketum sementara hingga berlangsungnya Kongres Demokrat. "Tapi kalau mau maju ya tidak apa. Tapi, itu mengingkari janjinya sendiri," kata sahabat Anas Urbaningrum ini.

Selain Pasek, Wakil Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Marzuki Alie juga menyatakan siap maju mencalonkan diri alam Kongres Demokrat pada 2015 mendatang. "Saya ini tut wuri handayani, manut saja. Saya bukan tipikal pemberontak, yang penting baik untuk kader. Kalau memang itu yang terbaik, saya akan mencalonkan diri," kata Marzuki, seusai diskusi dan rilis survei Cyrus Network di Jakarta, Jumat (15/12) siang.

BACA JUGA: